Wednesday, April 06, 2011

Duka masih terus kurasakan. Meski kadang bisa terlupakan sejenak, namun saat kenangan itu terulang kembali, sesak di dada sulit sekali untuk aku hilangkan.
Kenangan masa kecil hingga saat aku bersamanya di beberapa bulan lalu terus membayangi ingatanku seakan ia masih hadir di sisiku.
Air mata tak ada lagi untuk diteteskan. Semuanya telah mengering seiring kepastian diri ini tentang telah berpulangnya adik bungsu kami. Ia melepas nyawa dan menghadap sang Pemiliknya. Kami memang memintanya untuk melepaskan nyawa dan ikhlas meninggalkan keduniawian ini seikhlas kami melepaskan dirinya untuk kami demi melepaskan pula semua penderitaannya.
Luka di bagian kepala yang dialami Agus Setiawan alias Iwan Ketan, adikku ini, sungguh terlalu parah. Entah apa yang terjadi, benturan benda keras mengenai kepalanya saat ia terlempar dari sepeda motor dan helm yang ia kenakan terlepas. Tak ada pihak yang bisa menjelaskan kejadian ini kepada kami, termasuk keponakan kami yang berboncengan dengannya saat itu. Semuanya menjadi misteri bagi kami dan kami serahkan pula kepada Allah untuk menyimpannya.
Kurang dari 24 jam sejak kecelakaan terjadi, akhirnya adikku tercinta ini menghembuskan nafas terakhirnya. Kami memang mengizinkan pihak rumah sakit untuk melepaskan semua alat bantu yang selama beberapa jam telah menopang semu nyawanya.
Melihat hasil ct-scan dan penjelasan dokter ahli bedah syaraf, kondisinya mustahil untuk di tolong. Hanya sebuah mukjizat Nya lah yang mampu menyembuhkannya. Namun haruskah kami menunggu mukjizat itu datang? Akankah Allah memberikan mukjizat itu kepada kami, pemilik sementara adikku di dunia ini? Kami sungguh tak tega melihat ia terbaring tak berdaya di atas ranjang yang diletakkan di sudut kamar ICU dan seolah ia sedang menahan penderitaan besar.
Sesuai saran dokter yang telah menyatakan bahwa ia tak mampu lagi menolong sebagai seorang profesional dan sesuai dengan kesepakatan kami yang telah ikhlas melepaskan kepergian adik kami ini, akhirnya satu per satu alat bantu pun kami lepaskan dari tubuhnya. Perlahan demi perlahan helaan nafas adikku semakin menurun. Sebelum azan magrib menggema ia pun dengan tenang meninggalkan dunia ini. Senyum khas adikku ini pun tersungging di bibirnya setelah nafas terakhir ia hembuskan. Selamat jalan adikku. Semoga engkau mendapatkan tempat yang sangat layak di sisi Nya. Aku tau engkau sangat pantas mendapatkan mahligai nan elok di alam sana sesuai dengan amal ibadah yang engkau lakukan selama ini.
Pekalongan, rabu, 6-4-11
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

2 comments:

mas stein said...

turut berduka cita mas, semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya

Unknown said...

Assalamu'alaikum...
Innalillahi wainnailaihorji'un.
Turut berduka cita atas duka yang sedang mampir di keluarga Bapak.
Kami teman-teman KPPN Makassar I (Fauzul, Cacal, Hardiman, Rili, Victor, Ardiansyah dan Dwi) mendoakan semoga beliau diberikan tempat terbaik serta amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Amiiin.