Friday, April 08, 2011

Kenangan Bersama Iwan Ketan, adikku.

Duka masih belum mau sirna dari lubuk hati ini. Kilasan-kilasan masa lalu bersama adikku masih terus membayang. Rasanya masih sulit untuk meyakinkan diri ini bahwa ia telah berpulang keharibaan-Nya. Adikku, sungguh sulit melupakan semua kenangan bersamamu.
Pagi ini, kenangan itu mencuat kembali dalam memoriku saat aku menuju markas Kopassus untuk menghadiri acara penutupan orientasi peserta diklat teknis pajak. Saat aku harus keluar pintu toll Cijantung dari arah bintaro, sebuah kilas kenangan di bulan januari lalu kembali menguak. Saat itu aku menjemput dirinya di pintu keluar toll tersebut untuk bersama-sama menuju taman mini Indonesia indah untuk mengikuti sebuah pelatihan hypnosis yang diselenggarakan oleh E.D.A.N.-nya Ikhwan Sopa, seorang trainer motivasi dan hypnosis. Di pelatihan itu aku menjadi peserta sedangkan adikku menjadi asisten pelatih secara sukarela. Aku jemput ia di sana karena tempat kost bila ia sedang berada di Jakarta ada di bilangan lenteng agung.
Kenangan lain yang muncul dalam memoriku adalah saat aku menyusuri jalan pasar rebo. Di sana, pada tahun 2006, aku dan adikku membuka sebuah warnet. Warnet yang kami buka di sana menggunakan label "It@n warnet" yang menjadi brandname bisnis beberapa warnet yang ia bangun.
Itulah warnet pertama dan terakhir yang kami miliki. Selama ini, ia membangun bisnis warnetnya bersama teman-teman investor. Ia hanyalah bertindak sebagai konsultan IT-nya saja.
Aku ingat, betapa senangnya ia saat warnet di pasar rebo itu telah beroperasi. Ia berujar kala itu, inilah warnet pertama yang kepemilikannya benar-benar dimilikinya sendiri bersama saya. Sebelumnya, "share" miliknya pada beberapa warnet lain yang telah ia dirikan hanyalah sedikit. Ia berjanji akan mengelola warnet tersebut secara serius meskipun pada akhirnya warnet ini tutup pada saat belum berumur setahun. Mismanagement sebagai penyebab utamanya.
Kala itu aku sungguh menyesali apa yang terjadi pada nasib warnet kebanggaannya tersebut. Overload beberapa pekerjaan lepas yang ia lakoni saat itu menjadikan ia tidak bisa berkonsentrasi penuh pada warnet yang ia bangun. Nasi sudah menjadi bubur. Kegagalan mengelola warnet menyisakan banyak utang pada diriku. Aku shock menghadapi situasi saat itu, namun adikku tetap tegar dan bahkan menerima hal ini sebagai cobaan dari Nya. Itu begitu mudah menyerahkan semua masalah kepada Allah sementara aku belum bisa melakukannya. Ia hanya berujar padaku bahwa apa yang terjadi saat ini dan bila kita berpasrah diri maka Insya Allah akan dilipatgandakan oleh Nya rezeki kita kelak.
Benar saja, beberapa bulan kemudian aku mendapat promosi jabatan di kantorku dan terjadi kenaikkan remunerasi di kementerianku. Allah mengembalikan investasiku yang hilang secara bertahap.
Wahai adikku, tak sanggup aku melebihimu dalam hal berpasrah diri. Banyak pelajaran yang engkau berikan padaku selaku kakakmu. Engkau begitu dekat dengan-Nya. Sementara aku berada jauh dari-Nya. Akankah aku mampu mengikuti jejakmu di dunia fana ini? Akankah aku mampu mewujudkan impian-impianmu yang belum tergapai hingga saat ajal menjemputmu?
Bila kau khawatir akan nasib anak-anakmu, aku berjanji akan menjaga anak-anakmu.
Pergilah dengan tenang wahai adikku. Allah akan menjaga semua milikmu di dunia.....
Cijantung, jumat, 8 april 2011
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

1 comment:

eRic said...

Sunggh saya pun merasa sangat kehilangan, beliaubanyak mengajarkan tentang hikmah dalam menyikapi kehidupan.

Saya Icha sahabat Istri beliau Mba Ita.