Wednesday, December 07, 2011

Et Palembang

Dear notes and diary,
Senin, sekitar pukul 4 sore aku dah tiba di Bandara Soeta (Soekarno-Hatta) Jakarta. Memasuki areal parkir terminal II mataku langsung tertuju pada pintu masuk areal parkir inap. Tulisan "penuh" pada papan di depan pintu masuk tersebut telah dipampang. Namun, seperti biasanya, aku cukup membuka jendela kanan mobil dan menekan pelan bagian tengah steer untuk membunyikan klakson. Beberapa petugas yang ada di sana, seperti biasa, memberikan tatapan yang menandakan bahwa masih ada "ruang" parkir tersisa. "Masih ada boz?", begitu tanyaku ramah seraya menyeringai sebagai tanda bahwa aku sudah biasa memarkirkan mobil di area tersebut.
Seorang paruh baya menghampiriku. "Ada boz, tapi di trotoar. Yang di bawah atap dan di pinggir jalan dah penuh". "Nggak apa2, boz", sahutku segera.
Setelah mengambil tiket masuk, segera mobilku dipandu petugas tadi yang sudah menaiki sepeda motor menuju area yang disebutkan. "Alhamdulillah", ucapku dalam hati karena masih bisa memarkirkan kendaraan di area parkir inap.
Area parkir di Bandara Soeta memang sudah tidak mampu lagi menampung kendaraan yang datang, termasuk area parkir inapnya. Kalau berniat menginapkan mobil di sana kita memang mengadu nasib alias untung-untungan. Bila area parkir inap penuh sama sekali, kita masih bisa minta tolong para tukang ojek yang mangkal di dekat pintu masuk area parkir inap untuk mencarikan kita "space" parkir di dekat-dekat area tersebut. Imbalannya, kita memberikan sedikit rezeki kita pada mereka. Selama ini, aku selalu dapat " space" untuk memarkirkan mobilku di sana, baik di terminal I maupun terminal II.
Info yang aku baca di media, pihak pengelola bandara (PT Angkasa Pura II) sudah memiliki masterplan perluasan bandara Soeta. Luas area bandara kita ini termasuk yang kecil diantara negara Asia Tenggara. Sudah saatnya perluasan dilakukan. Target 2014 akan terrealisasi bergantung pada cepat tidaknya skema pembebasan lahan. Persoalan pembebasan lahan menjadi salah satu hal tersulit dilakukan di negara ini. Semoga saja PT Angkasa Pura dapat mewujudkannya.

Antrean check in di counter Garuda untuk penumpang nonbagasi tidak terlalu padat. Namun tetap saja terasa lama karena tidak semua calon penumpang bisa dilayani dengan cepat oleh petugas. Biasanya, hal ini terkait dengan kota tujuan dan jadwal pesawat. Selain itu, mungkin kecepatan sistem integrasi pencatatan calon penumpang masih belum terlalu tinggi. Apalagi Garuda memberlakukan sistem on-line terpadu untuk semua counter.
Diperlukan antre hampir 20 menit untuk melakukan check in.

Proses boarding cukup on schedule. Hanya proses take off yang terlambat karena kelihatannya setiap pesawat harus antre untuk take off ataupun landing. Benar-benar crowded!
Perjalanan menuju Palembang hanya 45 menit. Menjelang magrib aku dah tiba di kota Pempek. Sahabatku dan stafnya telah menunggu di sana. Malam itu, kami makan pindang ikan patin di sebuah rumah makan di pinggir jalan, sebelum menuju hotel tempat aku menginap dan sekaligus tempat berlangsungnya acara seminar besok: hotel Swarna Dwipa.

(Tobe continued)

Rabu, 7 des 2011, bandara badaruddin, 09:05



Powered by Telkomsel BlackBerry®

No comments: