Tuesday, August 14, 2012

Pindah Lagee......Huff....

Dear all,
          Tidak sampai 5 bulan di posisi saat ini, aku sudah mendapat info tentang pemindahan tugas kembali. Entah ada apa dengan pola mutasi di tempatku bekerja. Kalaupun aku tanya pada pengambil kebijakan, pastilah jawabanya sangat klise: sesuai dengan kebutuhan organisasi! Wakss.....(tempok jidat).
Betul bahwa mutasi-promosi adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi. Kata yang aku pilih adalah harus! bukan dapat! Karena memang sejatinya setiap individu dalam organisasi harus mendapatkan refreshing dalam pekerjaannya. Dan salah satu bentuk refreshing tersebut adalah mutasi. Bentuk refreshing lainnya, bisa berupa: pemberian cuti, mengirimkan pegawai pada sebuah pelatihan, memberikan tugas singkat ke daerah lain (perjalanan dinas), melakukan familiy gathering, dan sebagainya.
           Hanya saja, pemindahtugasan atau pemutasian pun harus dilakukan dengan sebuah pola atau pattern. Sekali lagi, kata yang aku pakai adalah harus! Tanpa pola yang jelas akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan liar dalam diri anggota organisasi. Tanpa pola yang jelas juga akan memberikan ketidakpastian dalam penempatan dan lamanya penugasan. Bila ini terjadi, siap-siaplah untuk mendapatkan pola kinerja pegawai yang juga tidak jelas. Mereka yang tidak bisa menerima penjelasan yang rasional atas pemindahan dirinya ke suatu unit tugas, pada umumnya akan melakukan pekerjaan dengan setengah hati. Meskipun lambat laun bisa saja akhirnya pegawai yang bersangkutan akan tune-in dengan pekerjaannya. Hanya saja, di sini organisasi mengalami "kerugian" karena adanya waktu yang hilang antara kinerja yang setengah hati tadi hingga menjadi kinerja yang sungguh-sungguh. Pada organisasi pemerintah, para pengambil kebijakan bisa saja mengabaikan hal ini. Namun pada organisasi privat, hal tersebut akan sangat mengganggu kinerja organisasi secara keseluruhan.
          Sebagai pengambil kebijakan, mereka dapat saja melakukan law enforcement kepada para pegawai yang lambat tune-in tersebut. Bahkan bisa saja hal tersebut dilakukan dengan disertai ancaman: take it or leave it! Kalau sudah begini, semua berpulan kepada si pegawai. Apakah ia memiliki kekuatan untuk melawan atau tidak. Yang memiliki kekuatan untuk melawan mungkin saja akan mengambil jalan ekstrim yaitu resign dari organisasi. Bayangkan kalau si pegawai tadi adalah pegawai potensial. Maka di sini, organisasi telah mengalami kerugian yang luar biasa!
         Me-manage orang atau sumber daya manusia memang tidak mudah. Saya selalu mengungkapkan bahwa me-manage orang itu adalah pekerjaan yang paling sulit dalam organisasi! Karena kita harus berhadapan dengan makhluk yang memiliki perasaan dan logika. Mereka tidak bisa seenaknya diperlakukan sebagaimana kita memperlakukan sebuah benda. Bila kita melakukan hal tersebut, bersiaplah mendapat respon balik dari mereka. Respon tersebut bisa berupa respon positif maupun negatif.
          So, siapapun Anda yang sedang berada pada posisi pengambil kebijakan, pikirkanlah secara matang langkah yang Anda tempuh. Berpikirlah secara menyeluruh. Jangan parsial atau setengah-setengah. Jadikan kewenangan yang ada pada diri Anda untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dengan mampu memetakan kompetensi seluruh pegawai untuk kemudian menempatkan mereka sesuai dengan kompetensinya. The right man on the right place adalah ungkapan yang sangat tepat dalam pengelolaan sumber daya manusia. Kepekaan pengambil kebijakan sangat diharapkan untuk dapat melakukan hal tersebut!

Tangsel, 14 Agustus 2012

Wednesday, August 01, 2012

Kegagalan itu berhenti mencoba

(Note: Tulisan ini saya ambil dari blog adik saya yang telah wafat pada 5 April 2011 lalu karena sebuah kecelakaan jalan raya. Saya angkat dalam blog saya, untuk mengenang kegigihannya dalam menggapai cita-citanya yang sangat mulia.....)


Tidak ada kesuksesan tanpa Perubahan
Tidak ada Perubahan tanpa Mencoba cara baru dalam kesuksesan


Mencoba dan mencari cara atau formula untuk sukses tidaklah semudah yang kita fikirkan. Seringkali ada hambatan. Seringkali ada tantangan. Seringkali ada cemoohan. Terlebih ketika cara atau formula dipandang berbeda dan penuh kreasi baru. Tak sedikit dari orang lama yang menginginkan ketetapan kenyamanan. Tak sedikit yang menentang demi mempertahankan kenyamanan yang sudah ada. Namun ketika seseorang atau suatu organisasi berhenti mencoba untuk mencari cara baru , berhenti mencoba untuk sukses atau bahkan berhenti mencoba karena sudah merasa cukup dengan apa yang dimiliki sekarang maka kegagalan lah yang sudah pasti dialaminya
Kenapa kita berhenti mencoba? Ada banyak alas an bagi seseorang berhenti mencoba cara-cara baru untuk kesuksesan mereka. Padahal Einstein pernah berkata bahwa suatu kegilaan bagi mereka yang menginginkan hasil yang berbeda namun masih menggunakan cara-cara lama. Sedangkan mereka tidak mampu dan berani mencoba cara-cara baru karena ketakutannya. Berikut adalah beberapa alasan seseorang/organisasi berhenti mencoba yang mungkin juga sedang anda alami saat ini.


1. Mencoba seperti judi tidak pernah memberikan hasil yang tak pasti
Mencoba memang tidak pernah memberikan kepastian jawaban/hasil. Mungkin benar mencoba seperti judi,dimana anda bisa kalah akan tetapi dengan mencoba cara baru anda juga bisa mendapat formula sukses terbaru sehingga anda mampu menjadi seorang pemenang. Namun ketika anda berhenti mencoba, maka yakinilah bahwa kekalahan dan kegagalan sudah terjadi pada diri anda


2. Mencoba akan menghancurkan kenyamanan yang sudah ada 
Mencoba tentunya bukan berarti membabi buta. Mencoba dengan perhitungan justru menyelamatkan kenyamanan yang sudah ada. Dengan mencoba hal-hal baru yang didukung dengan ilmu pengetahuan mempertahankan bahkan memperbesar tingkat kenyamanan anda. Bukankah ketika anda semakin sukses anda akan lebih nyaman? Ataukah anda sudah cukup puas dengan keadaan sekarang? Sehingga anda terlenakan


3.     Mencoba membutuhkan effort yang sangat besar
Effort yang sangat besar diperlukan untuk sebuah mencoba hal-hal baru untuk sebuah perubahaan. Namun akan lebih besar effort yang akan anda alami. Ketika anda telah menyadari bahwa kegagalan dan kekalahan telah diderita. Karena anda telah kalah langkah dari competitor anda. Karena anda telah tersingkirkan oleh dunia karena anda tidak mau mencoba dan berubah menuju kesuksesan berikutnya. Orang/Organisasi yang diam dan tak mau membuat perubahan tak ubahnya seperti air danau yang diam dan tak mengalir . Cepat atau lambat nyamuk akan bersarang di dalamnya.


4.     Sudah tidak ada waktu lagi untuk mencoba
Orang sukses tak pernah kehilangan waktu untuk mencoba. Karena bagi orang sukses kematian lah akhir waktu untuk mencoba. Betapa banyak organisasi yang bersikukuh keras tidak mau mencoba cara baru demi menyelamatkan pasar mereka malah akhirnya kehilangan pasar yang sudah ada. Karena pasar tersebut telah diraih oleh competitor mereka yang menggunakan cara-cara baru dalam dunia usaha.
Mencoba, atau Inovasi atau mencari cara-cara baru dalam sebuah usaha/persaingan bisnis adalah hal yang mutlak harus dilakukan menuju kesuksesan. Bahkan bagi individu pun demikian juga. Ketika seorang karyawan tidak memiliki inovasi dalam pekerjaannya apakah mungkin ada perubahan dalam karirnya selain berharap kepada atasan untuk menaikkan jenjang mereka. Justru karyawan yang kemudian berinovasi kemudian berani menjadi pengusaha yang menjadi sukses pada akhirnya.Justru karyawan yang memiliki ide kreatif dalam perusahaan yang menjadikan karyawan tersebut menjadi kepercayaan perusahaan sehingga memuluskan jalannya menuju kesuksesan yang diharapkan.


Jangan Pernah Menyerah untuk Mencoba-cara baru. Tetap Semangat untuk Inovasi.
Karena Berhenti Mencoba adalah kegagalan yang nyata maka Tetap Mencoba dan Inovasi tinggi pastilah mendatangkan Kesuksesan


Salam Berbagi senantiasa


A. Setiawan
Keep on Smile to Face the World
Life Learner,Trainer & Motivator
Certified Master NLP &Hypnotist
021- 4029 4912 | 08888962555
YM: listant2000 || FB: Iwan Ketan

Monday, July 23, 2012

Dahlan Iskan dan Mobnas Listrik

Sumber: Detik.com, Senin, 23 Juli 2012


"Mogok lagi ya Pak?" Tanya seorang wartawan melalui SMS. Rupanya sekitar pukul 17.00 itu Twitter sudah ramai berkicau bahwa ujicoba hari kedua Mobil Listrik Ahmadi ini mogok lagi. Bukan main senangnya mereka yang berharap proyek mobil listrik ini gagal. Maka untuk menambah kegembiraan itu, saya pun menjawab sekenanya: Mogoooooook! Hehehe! Saat itu sebenarnya ujicoba belum dimulai. Jam-jam itu (Selasa, 17 Juli 2012) saya masih bersama wartawan di restoran di Depok, 2 km dari workshop milik Dasep Ahmadi. Ujicoba baru akan dimulai pukul 19.00. Memang, awalnya ujicoba dilakukan pukul 15.00. Yakni setelah saya kembali dari mengikuti Bapak Presiden SBY menghadiri HUT GP Ansor di Solo.
Begitu tiba di Depok ternyata mobil belum siap. Belum mulai di-charge. Bahkan belum bisa di-charge. Masih ada persoalan yang belum terpecahkan: mengapa charging-nya tidak berfungsi.  Beberapa teknisi (anak-anak lulusan SMK, D-3, dan Madrasah Aliyah) masih mencari-cari di mana kabel yang tidak nyambung. Dasep Ahmadi, pencipta mobnas listrik ini, terlihat batuk-batuk kecil. Wajahnya kusut dan rambutnya berantakan. Kelihatan sekali Dasep kurang tidur. Sudah seminggu memang Dasep dan anak-buahnya begadang siang-malam.
Mereka terus mencari penyebab ‘mogoknya’ mobil listrik ini di ujicoba hari pertama. Sungguh penasaran: mengapa Mobnas Listrik Ahmadi ini tiba-tiba kehilangan power justru ketika perjalanan sejauh 50 km itu tinggal kurang 1 km lagi.
Memang perjalanan itu akhirnya tiba juga di pintu masuk gedung BPPT, tujuan akhir perjalanan. Namun 1 km terakhir itu (antara Bundaran Hotel Indonesia ke BPPT) dilakukan dengan sangat pelan dan beberapa kali terhenti.
Syukurlah, pengecekan satu per satu kabel yang banyak itu akhirnya menemukan penyakit yang dicari: ada sambungan kabel menuju accu yang ternyata tidak nyambung. Jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Tidak nyambungnya itu tidak gampang dilihat karena-nya di dalam box kecil.
Pantas listrik untuk ujicoba hari pertama itu hanya cukup untuk dari Depok ke bundaran Hotel Indonesia. Pantas untuk bisa menyelesaikan sisa 1 km terakhir itu harus berhenti dulu beberapa saat. Ternyata charging malam menjelang ujicoba pertama itu tidak bekerja. Berarti uji coba hari pertama itu hanya menggunakan sisa setrum yang lama.
Tentu itu bukan masalah yang besar. Bahkan amat sepele. Begitu connector-nya diberesin, charging bisa dilakukan lagi. Jreng! Charging berjalan lancar. Aliran listrik masuk ke dalam accu dengan derasnya.
Sambil menunggu pengisian listrik itulah kami menuju restoran dengan perasaan lega. Bahwa di twitter sudah beredar mobnas mogok lagi, saya anggap sebagai lauk santap sore.
Lantaran charging baru dimulai pukul 16.00, berarti ujicoba kedua ini baru bisa dilakukan paling cepat pukul 19.00. Hari sudah malam. Tapi kami mensyukurinya. Sekalian bisa diuji apakah lampunya berfungsi. Ternyata tidak masalah.
Masalah baru justru ketika menapaki tanjakan terjal yang ternyata gagal. Dasep Ahmadi yang berada di sebelah saya langsung mengambil kesimpulan: pengaturan gear-nya kurang tepat. RPM-nya terlalu besar. Ibarat  mobil biasa yang menanjak dengan gigi 5.
Persoalan tanjakan ini tentu lebih serius daripada persoalan mogok di hari pertama. Tapi saya yakin Dasep akan bisa mengatasinya. Lulusan Teknik Mesin ITB yang memperdalam ilmunya di Jerman dan Jepang ini sangat mampu di bidang ini.
Bukankah Dasep sudah mampu membuat, memproduksi, dan mengekspor mesin NCR? Mesin yang fungsinya untuk membuat mesin itu? Ini jauh lebih sulit daripada membuat mobnas listrik. Dia sudah terbukti bisa membuat ‘ibunya’ mesin. Tentu persoalan pindah gear bisa dia atasi.
Malam itu untuk mencapai puncak tanjakan terpaksa harus didorong. Setelah melewati tanjakan itu mobil meluncur kembali dengan gesitnya. Apalagi ketika memasuki jalan tol Jagorawi. Sangat mulus dan cepat. Satu-satunya ‘hantu’ di otak adalah bayangan kehabisan setrum. Karena itu teman-teman Jasa Marga menyiapkan fasilitas charging di pintu-pintu tol.
Ternyata hantunya tidak muncul. Staf Jasa Marga yang sudah terlanjur siap di pintu tol tidak perlu turun tangan. Mereka melambai-lambaikan tangan saat mobnal listrik hijau ngejreng ini melewati pintu tol tanpa persoalan.
Di jalan tol inilah kesempatan uji kecepatan dilakukan: 60, 70, 80, 90, dan akhirnya 100 km/jam. Stabil dan cepat. ♫♫♫... alangkah senang hatiku, hidup bersama denganmu ... ♫♫♫. Baru di dekat Taman Mini Indonesia Indah kecepatan harus diturunkan: hujan turun meski tidak deras. Wah, sekalian dapat ‘bonus’ bisa ujicoba kestabilan dan penyapu kaca. Nema problema!
Bahkan saat melewati Cawang yang agak menanjak itu, mobil meluncur dengan kecapatan 60 km/jam. Di sepanjang tol kawasan Gatot Subroto juga sing-sing-so. Maka kami tiba di Pacific Place dengan horeee...! Saya berhenti sejenak di sini karena harus memenuhi undangan Menteri BUMN yang sebenarnya, Tanri Abeng. Setelah itu kami memacu lagi mobnas listrik ini ke acara yang lain di Wisma Antara di dekat Monas itu.
Menjelang tengah malam mobil saya bawa pulang. Sekalian sudah saatnya di-charge lagi. Saya menggunakan colokan listrik Pacific Place karena rumah saya dekat-dekat situ. Besok paginya akan saya gunakan ke Monas: olah raga di sana.
Tentu saya masih penasaran pada kegagalan melewati tanjakan malam itu. Di hari ketiga ini saya coba menaiki tanjakan di halaman gedung Kementerian BUMN yang juga terjal. Ternyata sama sekali tidak masalah. Saya muter sekali lagi untuk mengulanginya. Juga tidak masalah. Saya ulangi untuk yang ketiga kalinya: juga laa musykilah! Kabar baik ini segera saya sampaikan ke Dasep Ahmadi. Untuk tambahan bahan analisis.
Siangnya ujicoba dilanjutkan menuju Bandara Soekarno-Hatta. Saya memang harus ke Solo-Magetan-Yogya. Menjelang Semanggi timbullah was-was: bagaimana kalau tidak kuat menanjaki jembatan Semanggi yang selalu macet itu? Kalau sampai mogok alangkah macetnya!
Tapi tidak boleh mundur. Tidak boleh ragu-ragu. La tahzan! Hanya saja saya siapkan juga langkah darurat: mobil khusus mengikutinya dari belakang. Kalau tidak kuat menanjak dorong saja dengan mobil itu. Paling rusak sedikit. Ternyata mobnas listrik ini bisa merambati tanjakan itu dengan mulus. Segera pula kami kabarkan ke Dasep Ahmadi.
Lolos tanjakan Semanggi, tentu tidak ada lagi tantangan berikutnya. Rasanya tidak akan ada faktor yang menyebabkan saya ketinggalan pesawat. Bahkan di tol menuju bandara ini saya sempat memacu 70, 80, 90, dan akhirnya 100 km/jam. Terlihat beberapa mobil mengejar kami, membuka kaca dan melambaikan tangan mereka.
Praktis, ujicoba di hari ketiga ini tidak mendapatkan pelajaran baru: semuanya lancar dan mulus.
Hari berikutnya, tidak banyak kesempatan ujicoba. Saya baru tiba dari Yogya tengah hari. Dari bandara langsung mengikuti sidang kabinet di Istana. Maka mobnas listrik Ahmadi saya minta menjemput di Istana Merdeka. Usai sidang kabinet, saya meninggalkan Istana dengan mengendarai mobnas listrik ini.
Dalam hati saya berjanji untuk tidak mengecewakan Istana. Saya bangga dengan dukungan yang begitu kuat dari Bapak Presiden SBY untuk kelahiran mobil listrik ini. Saya juga bertekad untuk tidak mengecewakan para rektor yang telah membeberkan hasil riset mereka yang mendalam mengenai mobil listrik ini.
Sepanjang perjalanan pulang dari Istana saya banyak tersenyum. Di samping karena mobnas listrik sudah masuk Istana, dalam sidang kabinet sore itu Presiden SBY juga menggunakan bahasa terang: seluruh menteri dan anak buahnya, termasuk seluruh jajaran BUMN, tidak boleh main kongkalingkong dengan DPR dalam soal anggaran negara!
Saya akan kian tegas menerapkan penegasan Presiden SBY ini ke dalam jajaran BUMN!
Hari kelima, Jumat 12 Juli 2012, ujicoba dimulai puku 05.00: menuju Monas. Setelah berolahraga, saya mencoba lagi tanjakan di halaman Kementerian BUMN beberapa kali. Tidak ada masalah. Lantas saya bawa mobnas listrik ini ke PLN Pusat. dan saya tinggal di situ. Begitu banyak teman PLN yang mencobanya: Dirut Nur Pamudji, Direktur Murtaqi Syamsudin, Direktur Harry Jaya Pahlawan, dan seterusnya.
Selama lima hari ujicoba, rasanya persoalan tanjakanlah yang terberat. Kalau persoalan ini terpecahkan, kita benar-benar menaruh harapan akan proyek ini.
Benar kesimpulan penelitian UI, UGM, ITB, ITS, dan UNS yang disampaikan di sidang kabinet di Yogyakarta dua bulan lalu: sudah saatnya mobil listrik harus diproduksi. Sekarang juga.
Setelah lima hari ujicoba itu saya selalu membayangkan: alangkah sehatnya hidup ini kalau tidak harus menghirup asap knalpot yang begitu tebal setiap hari. Alangkah leganya nafas kita kalau semua kendaraan beralih ke listrik. Langit Jakarta akan cerah kembali. Paru-paru akan bernafas lega.
Dan, tidak akan ada lagi demo BBM yang begitu masif dan begitu ributnya! Bus listrik LIPI sudah lahir dengan sempurna. Saya sudah mencobanya dengan kesimpulan yang meyakinkan: sudah andal di tanjakan. Mobil listrik Ahmadi sudah lima hari diujicoba. Tiga minggu lagi, lahir pula tiga mobil listrik berikutnya.
Era mobil listrik Indonesia segera tiba!

Saturday, July 21, 2012

Marhaban Yaa Ramadhan 1433H

Alhamdulillah.....terima kasih Yaa Alloh, aku dan sekeluarga masih diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan penuh rahmat dan ampunan tahun ini.
Waktu serasa cepat sekali berlalu. Rasanya seperti baru kemarin kami menunaikan ibadah puasa, kini bulan itu kembali hadir di tengah-tengah kami.
Hal ini sebagai pertanda pula bahwa umur kami semakin bertambah dan jatah waktu hidup di dunia fana ini semakin berkurang.
Semoga ramadhan kali ini dapat kami lalui dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat bagi diri kami dan juga bagi orang lain.
Sebagai manusia tentu saja kita tak pernah tahu kapan kita akan menghadap sang Pemilik! Kita pun tak pernah tahu berapa lama "jatah" yang kita miliki. Semuanya adalah rahasia sang Khalik. Yang dapat kita lakukan adalah mengisi hari dengan keindahan! Mengisi hari dengan berjuta makna! Mengisi hari dengan beribadah kepada Nya!
Seiring datangnya ramadhan, terlintas kembali tentang "kepergian" Bapak dan adik bungsuku. Mereka telah mendahului kami menghadap Ilahi. Mereka telah terbebas dari beban duniawi yang beragam rupa. Semoga mereka berdua telah dipertemukan pada zona yang membahagiakan.
Kami yang tertinggal hanya mampu mengirimkan doa bagi mereka berdua. Sejatinya memang demikian.

Yaa Allah berikanlah kemampuan, keselamatan, dan keberkahan kepada kami di bulan yang suci ini.... Jadikan kami hamba-hamba Mu yang bergelimang dengan taqwa.... Aamiin...

Tangsel, 21-7-12


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, July 10, 2012

Golput dan Jokowi....

Dear all,
Golput?? Yup....selama ini setiap kali ada pemilihan (umum), apakah pemilihan calon presiden/wakil presiden, pemilihan calon anggota dewan (yang katanya terhormat), pemilihan calon gubernur/wakil gubernur, dan sebagainya, aku lebih memilih dalam posisi netral alias nggak menggunakan hak pilih alias golput (golongan putih). Namun entah mengapa, untuk pemilihan calon gubernur/wakil gubernur DKI Jakarta yang akan dihelat besok, Rabu, 11 Juli 2012, aku kok ya tertarik untuk nyoblos ya.... Kayaknya sich ini akibat sentimen pribadiku sama si Kumis (gubernur eksisting), yang kebanyakan ber-retorika, dan sentimenku sama di Jokowi (Joko Widodo) yang fenomenal....
Menurut perkiraanku, si Kumis tidak akan bisa tertandingi karena ia punya banyak jaringan komunikasi dan jaringan massa yang cukup bagus. Apalagi ia menggunakan sentimen "asli" betawi.... Tapi, yang mimpin DKI selama ini juga nggak "asli-asli" banget kok. Lagipula emangnya gubernur DKI apa harus orang Jakarta asli??? Ya nggaklah.... Selama dia orang Indonesia asli, ya oke oke aja mestinya....
Nah, kali ini aku berencana untuk ikutan nyoblos esok hari, dengan catatan aku punya waktu cukup untuk "lari" ke sunter, Jakarta Utara, tempat aku terdaftar sebagai pemilih. Dan kalau pun akhirnya bisa memilih, kok ya aku pengen banget milih "si kotak-kotak", baju khas kampannye ala Jokowi. Sang maestro kota Solo yang sangat bagus kinerjanya....

Mercure, Ancol, Jakarta, 10 Juli 2012

Wednesday, June 13, 2012

Akankah Belanda lolos ke babak selanjutnya??

Beberapa jam lagi tim kebanggaanku sejak kecil, tim orange Holland, akan tampil dalam laga hidup-mati di piala Eropa. Malam ini mereka akan maju melawan tim yang tangguh, Panser Jerman!
Secara matematis cukup berat tantangan Belanda. Jerman terkenal sebagai tim yang sangat ulet dengan barisan pertahanan yang sangat hebat. Tapi bola adalah permainan yang serba penuh dengan kemungkinan! Kemarin tim "kecil" Polandia mampu menyamakan kedudukan saat bertemu dengan tim kuat Rusia!
Bahkan Denmark mampu mengalahkan Belanda di pertandingan pertama. Bila di pertandingan pagi nanti Belanda kalah dari Jerman, maka habis sudah kans Belanda untuk maju ke babak berikutnya!
Hup Holland Hup! Maju terus, raihlah kemenangan......

Bintaro, 13-6-12

Monday, June 11, 2012

Kembali ke Tanah Air

Meskipun hanya seminggu mengikuti pelatihan di Maastricht Belanda, perjalanan ke luar negeri kali ini sangat berkesan buatku. Mengapa? Karena hanya berselang satu bulan sejak aku ditugaskan ke Melbourne, Australia selama seminggu pada bulan lalu, aku kembali mendapat kesempatan ke luar negeri. Ya, berarti sudah dua benua kupijakkan kakiku ini. Sebuah anugerah yang patut aku syukuri.... Sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh orang kecil sepertiku.
Selain itu, banyak sekali kesan yang kuperoleh selama berkunjung ke negeri kincir angin ini bersama 19 rekan sekerjaku yang lain. Paling tidak, keakraban di antara kali semakin terjalin dengan baik. Sesuatu yang bermanfaat bagi pelaksanaan tugas-tugas kami berikutnya sebagai Change Agent.
Perjalanan kembali ke tanah air sangatlah melelahkan bagiku. Pukul 9 pagi di hari Sabtu, 9 Juni 2012 bus yang akan mengantar kami bandara Schiphol di Amsterdam telah tiba di hotel. Tak lama setelah semua tas-tas masuk ke dalam bagasi, bus pun meluncur meninggalkan kota kecil Masstricht nan asri menyusuri highway menuju bandara. Mr. Evekink, manajer program pelatihan, berada di depan pintu masuk bus untuk memberi salam perpisahan kepada kami dengan menjabat tangan setiap rombongan yang akan memasuki bus.

Dua setengah jam waktu yang dibutuhkan untuk mencapai bandara Schiphol. Sesaat tiba di sana kami segera menuju counter check-in untuk mendaftarkan bagasi kami. Ya, kami tinggal mendaftarkan bagasi karena salah satu sahabat kami telah men-check-in-kan kami terlebih dulu kemarin secara on-line.
Setelah urusan bagasi selesai, ada tawaran menarik datang padaku. Seorang temanku menawarkan untuk melihat-lihat kota Amsterdam dengan ditemani oleh  sahabatnya yang sedang menempuh S-3 di Belanda. Waktu yang tersedia sampai dengan saat boarding memang hanya tinggal 2 jam lagi menurut skedul. Itu artinya bila kami harus ke Amsterdam, kami harus tergesa-gesa.
Setelah kupikir-pikir, aku berani menerima tantangan tersebut! Sementara, teman-temanku yang lain tak ada yang berani menerima tantangan tersebut dengan alasan khawatir dengan waktu yang sangat mepet. Walhasil, kami bertiga, aku, Agus Sunarya (teman rombongan), dan Maman (mahasiswa S-3 di Belanda) segera meluncur ke Amsterdam Central dengan menggunakan kereta api yang berada di lantai bawah bandara. Tiket pulang pergi sebesar 4 euro. Jujur saja, sebenarnya aku agak was-was juga menerima tantangan ini....hehehehe

Tiba di stasiun Sentral kami segera menapaki jalan-jalan di sekitar stasiun menuju Museum Patung Liling Madame Tussauds yang berada sekitar 500 meter dari stasiun.
Udara dingin segera menerpa kami saat keluar dari stasiun. Hilir mudik para pejalan kaki begitu riuhnya. Demikian pula hilir mudik kendaraan roda empat, roda dua, dan trem. Benar-benar crowded! Beberapa momen aku abadikan dengan tustel yang telah siap di genggamanku.
Kami bersyukur saat tiba di Museum Madam Tussauds antrean tidak begitu panjang. Menurut cerita Maman, biasanya antrean sangat panjang. Aku dan Agus Sunarya segera mengantre dan masuk ke dalam setelah membayar tiket yang cukup mahal, 22 euro per orang! Maman menunggu di luar karena ia sudah pernah masuk, katanya.
Hanya setengah jam kami berada di museum tersebut karena kami harus segera berjalan kaki kembali menuju stasiun dan menaiki kereta api menuju bandara. Sayang sekali memang! Bila ingin menikmati benar patung-patung lilin orang-orang terkenal tersebut paling tidak kita harus meluangkan waktu minimal 2 jam. Mudah-mudahan suatu saat nanti aku bisa kembali ke tempat ini. Aamiinn........

Dengan rasa was-was kami menuju stasiun.Langkah cepat dan kadang berlari kecil di tengah kerumunan banyak orang kami lakukan. Aku sangat menikmati hal tersebut karena aku memang senang berjalan kaki dengan cara seperti itu. Namun kulihat, sahabatnya yang bertubuh tambun, Agus Sunarya, agak kerepotan mengikuti langkah kaki ku dan Maman. Bahkan keringat terlihat mengucur dari keningnya meskipun udara saat itu sangat dingin.
Alhamdulillah kami akhirnya tiba kembali di Bandara Schiphol setelah menaiki kereta cepat dari stasiun Amsterdam Central. Jam di tangan menunjuk pada angka 14.30! Padahal dalam boarding pass tertulis waktu boarding adalah 14.00!! Yup kami terlambat setengah jam! Meski ada rasa was-was namun kami cukup yakin diri karena untuk penerbangan internasional batas waktu boarding biasanya adalah satu jam sebelum take-off. Dan alhamdulillah kami masih aman! Karena setelah memasuki gerbang imigrasi dan saat menuju gate G-9, kami bertemu dengan beberapa teman lain yang serombongan dengan kami. Dan final call pun belum ada!
Agus Sunarya segera bergabung dengan rekanku yang lain menuju gate G-9. Sementara aku malah kembali menuju duty free shop untuk melihat-lihat terlebih dahulu. Ya, masih ada sesuatu yang aku cari di sana. Sebuah hadiah yang akan kuberikan pada anakku yang akan berulang tahun di awal bulan depan.
Keberangkatan pesawat Emirates delayed selama 30 menit dari jadwal semula. Tahu begitu, aku masih bisa jalan-jalan dulu di duty free shop lebih lama, begitu pikirku nakal.
Akhirnya setelah menunggu cukup lama, kami masuk pesawat dan pesawatpun tinggal landas. Jam saat itu menunjukkan pukul 16.00 waktu setempat. Perjalanan menuju Dubai memakan waktu 6 jam!
Kami tiba di Dubai pukul 24.00 waktu setempat. Ada perbedaan waktu selama 2 jam lebih awal antara Dubai dengan Belanda. Karena saat boarding kembali adalah pukul 03.30 waktu Dubai, itu artinya kami punya waktu selama 3 setengah jam untuk mengekplorkan diri di bandara yang sangat luas ini. Pillihanku adalah: mencari smoking area bersama Sandri teman sekamarku dan  satu-satunya teman perokok diantara 19 rombongan lain.
Setelah selesai melepas hajat (merokok dan menghabiskan segelas kopi buatan starbuck ukuran large), aku dan Sandri mulai melirik dan menjajaki beberapa toko untuk membeli souvenir. Tak terasa, saat kami membayar kami diberitahu oleh petugas kasir bahwa waktu boarding bagi kami tinggal beberapa menit lagi padahal untuk menuju terminal 3 dari terminal 1 diperlukan waktu sekitar 15 menit berjalan kaki!
Pesawat lepas landas pukul 04.30 waktu Dubai. Pejalanan menuju Jakarta akan ditempuh dalam waktu 8 jam. Begitu sang pilot memberi tahu melalu pengeras suara sesaat sebelum kami take-off.
Setelah beberapa jam perjalanan yang membosankan kami diberitahu sang pilot bahwa pesawat harus mendarat darurat di kota Chennai, India karena ada seorang penumpang yang membutuhkan perawatan medis segera. Hmm....bagus juga perlakuan maskapai ini terhadap penumpangnya. Mereka rela mendaratkan pesawat (yang tentu saja berkonsekuensi pada biaya yang cukup besar) demi keselamatan penumpang.
Satu jam lebih kemudian kami meninggalkan bandara Chennai menuju Jakarta. Waktu tempuh adalah 4 jam. Oleh karenanya saat tiba di bandara Soekarno-Hatta, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam WIB. Benar-benar perjalanan yang cukup melelahkan....

Tangsel, Senin, 11 Juni 2012

Saturday, June 09, 2012

Vaalserberg, perbatasan tiga negara....

Mr. Evekink memenuhi janjinya sore ini. Pukul 6 sore ia telah tiba di depan hotel. Demikian pula dengan bus pengantar. Segera kami meluncur ke sebuah restoran china yang bertema "makan sepuasnya alias all you can eat". Restoran ini bernama Wokgroep, yang entah berada di jalan apa. Jujur aku nggak perhatikan sama sekali area tersebut karena fokus pada menu makan malam hehehhe.
Restoran tersebut menyajikan bahan makanan. Dari salad, daging, sayuran, seafood, nasi, bihun, kue, es krim, dan sebagainya. Pengunjung dipersilakan mengambil sendiri bahan makanan yang tersedia di beberapa etalase. Bebas! Sepanjang anda mampu memakannya. Setelah itu, bahan masakan tinggal diserahkan ke para koki di area masak untuk diolah. Dengan cekatan para koki yang terlihat asli china dari raut wajahnya mengolah bahan makanan tersebut sesuai selera pengunjung. Ada beberapa jenis olahan yang dapat mereka lakukan sesuai dengan tulisan besar di dinding belakang mereka.
Kuikuti antrean yang ada. Tak lama kedua piring bahan makanan yang ada di tanganku berpindah tangan ke para koki. Tidak sampai 5 menit, sajian sesuai pesanan telah terhidang di depan ku. Segera aku menuju meja makan di mana teman-temanku berada. Kami memesan deratan meja panjang pada salah satu ruang restoran. Jumlah kami adalah 21 orang, termasuk Mr. Evekink.
Dengan lahap kusantap habis hidangan yang ada di dua piring yang kubawa. Caraku makan persis seperti orang kelaparan. Maklum, setelah hampir seminggu di Maastricht baru kali ini aku memakan masakan yang bercita rasa asia!
Hampir satu jam kami menghabiskan waktu untuk menyantap berbagai hidangan yang ada. Beberapa teman telah mulai meninggalkan meja hidangan. Mr. Evekink pun memberi aba-aba agar kami segera keluar restoran dan menuju bus kembali. Masih ada target perjalanan yang harus dipenuhi sore itu, yaitu Vaalserberg. Titik perbatasan tiga negara: Belanda, Belgia, dan Jerman.

Perjalanan menuju Vaalserberg sekitar 30 menit. Sepanjang perjalanan menuju lokasi tersebut, kami disuguhi pemandangan natural ala "desa" lokal. Bangunan yang rata-rata hampir sama berjejer rapi di pinggir jalan. Beberapa ranch dengan sapi-sapi ternak di ladang menjadi pemanis pemandangan yang kami lalui. Sungguh indah pemandangan alam tersebut. Semua area ini masih berada dalam wilayah provinsi Limburg. Provinsi ini adalah satu-satunya wilayah negeri kincir angin yang berada di atas permukaan laut. Selebihnya berada di bawah permukaan laut!

Saat tiba di Vaalserberg, pintu bus terbuka. Teman-teman segera berhamburan keluar bus. Aku masih dapat mendengar Mr. Evekink mengingatkan bahwa kami hanya diberi waktu 20 menit saja untuk mengambil gambar sebelum aku ikut keluar bus.
Tanpa dikomando, kami langsung menuju satu titik yaitu tugu perbatasan. Sesaat kemudian kami foto bersama. Setelah sesi foto bersama selesai, anggota grup kami sontak berhamburan ke berbagai spot yang menarik sebagai objek foto. Tentu saja aku juga tidak mau ketinggalan!

Saat perjalanan kembali ke Maastricht bus menyempatkan berhenti sejenak di depan gerbang Taman Makan Pahlawan perang dunia kedua. Sayang pintu makan sudah ditutup. Kami hanya bisa berfoto di depan pintu gerbang saja. Taman makan tersebut merupakan penghormatan rakyat Belanda atas gugurnya para pahlawan yang berasal dari Belanda dan Amerika di medan perang di wilayah Limburg.
Beberapa menit kemudian bus tiba kembali di samping hotel. Acara kami hari ini pun selesai sudah! Besok pagi kami harus meninggalkan kota Maastricht nan indah dan bersejarah (tempat disepakatinya penggunaan mata uang bersama eropa atau disebut mata uang euro) menuju Bandara Schipol di Amsterdam. Ya kami harus kembali lagi ke Jakarta!

Randwyck, Maastricht, 8 Juni 2012, 23.19


Friday, June 08, 2012

The last day in Maastricht....

Ini adalah hari terakhir kami mengikuti pelatihan tentang Change Management khusus bagi Change Agent di kota nan apik ini. Besok pagi, Insya Allah kami akan meninggalkan kota kecil ini pada pukul 9 pagi dan menuju bandara Schipol di Amsterdam yang jarak tempuhnya sekitar hampir 3 jam. Kami masih akan memiliki beberapa jam di bandara Schipol sebelum pesawat Emirates membawa kami kembali ke Jakarta melalui Dubai, Uni Emrirat Arab.

Hari ini materi pelatihan masih akan dibawakan oleh Prof. Leo Karklaan sebagaimana hari kemarin. Materi yang diberikan kemarin sangat menarik. Bila di hari senin dan selasa, kami diberikan penjelasan tentang change management dari sisi psokologi (karena sang profesor berlatar belakang seorang psikolog), hari kamis kemarin kami diberikan penjelasan tentang perubahan organsasi dari sudut pandang manajemen dan pengalaman sang profesor sebagai konsultan perubahan organisasi. Hanya saja, dengan penyampaian yang sangat lembut, membuat para peserta yang awalnya sangat antusias menjadi mengantuk pada siang hari karena terpengaruh oleh pembawa lembut sang profesor. Terlebih lagi, beberapa materi yang diberikan mengandung banyak teori yang membuat peserta semakin pening.

Gaya Profesor Karklaan menjelaskan berbagai pengalamannya memang sungguh luar biasa. Ia dapat menjelaskan berbagai jenis perubahan yang terjadi di beberapa organisasi yang pernah ia tangani. Ia bahkan cukup familiar dengan beberapa istilah yang ada di Indonesia, khususnya soal makanan. Dengan fasih ia bisa menyebut beberapa jenis makanan khas Indonesia, seperti: soto ayam, nasi goreng spesial, sate kambing, dan sebagainya. Maklum, baru tahun lalu ia ke Indonesia membantu rekan-rekan BPK-RI dalam hal perubahan organisasi juga. Selain itu, ia sering berkunjung ke sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Indonesia di Amsterdam, tempat ia tinggal.
Semoga saja materi hari ini sangat lebih membantu kami sebagai agen perubahan tentang langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan oleh kami untuk membantu kelancaran proses perubahan yang sedang berlangsung di organisasi kami.
Oya, sore nanti menurut rencana kami akan diundang makan malam bersama oleh pihak penyelenggara dan setelahnya kami akan disediakan bus menuju kota kecil Vaalserberg yang merupakan letak perbatasan tiga negara (Belanda, Jerman, dan Belgia).


Randwyck Maastricht, Jumat 8 Juni 2012, 06:45



Thursday, June 07, 2012

Hari ke-5 di Maastricht....

Hari ini adalah hari kelima kami berada di kota bersejarah Maastrich, Belanda. Cuaca pagi ini sedikit mendung dan hujan rintik-rintik menambah dingin suhu di luar ruangan. Sejak pukul 9 kurang sebuah bus telah berada di sisi jalan di depan hotel tempat kami menginap. Ya, hari ini jadwal pelatihan kami adalah berkunjung ke dua lokasi berbeda, yaitu Kantor Gubernur Limburg (note Maastricht adalah bagian dari wilayah provinsi Limburg) dan Sabic, sebuah perusahaan raksasa milik Saudi Arabia yang bergerak di bidang petrokimia dan lain-lain. Kedua lokasi kunjungan tersebut berada di kota Maastricht.
Beberapa rekan telah memasuki bus sementara aku masih menikmati kudapan roti sebagai sarapan pagi ini sebagaimana pagi-pagi sebelumnya. Belum selesai aku menyantap roti dan menyeruput teh manis hangat, seorang kawanku datang dan memberi isyarat bahwa bus segera berangkat. Aku bergegas menghabiskan makanan yang ada di piringku.
Bus yang membawa kami terbilang sangat besar dibandingkan dengan jumlah kami yang cuma 20 orang plus seorang pria yang mewakili Maastrichth School of Management (MSM). Apalagi jarak yang kami tempuh terbilang sangat dekat. Tak lebih dari sepuluh menit, kami telah tiba di lokasi tujuan. Setelah semua rombongan turun dari bus, seperti biasa, kami mengabadikan kunjugan kami tersebut dengan foto bersama di depan gedung Gubernur Limburg.

Sebelum pemberian materi oleh seorang konsultan manajemen Gubernur, kami diajak berkeliling menikmati berbagai sudut ruang yang ada di dalam gedung dengan dipandu oleh seorang human relation yang sangat ramah. Panggilannya Ria! Dari raut wajahnya usianya kuperkirakan sekitar 48 tahun. Who knows....karena sebagaimana budaya barat, mereka pantang menyebut atau ditanya tentang berapa usia mereka.
Kami sangat menikmati tour yang disajikan. Kabarnya tidak sembarang orang diperkenankan untuk berkeliling ke berbagai ruang. Sekiranya hal itu benar, kami sungguh beruntung! Karena di sana memang banyak sekali benda koleksi bersejarah kota ini, seperti lukisan asli keluarga kerajaan, lukisan asli dan salinan para pendiri kota, lukisan kisah sejarah kota, patung-patung perunggu, dan sebagainya dari karya seorang pelukis dan pematung terkenal.

Selesai berkeliling kami kemudian di tempatkan pada sebuah ruang meeting yang terbilang sempit untuk sebuah rombongan yang beranggotakan 20 orang. Di ruang itu, kami mendapat penjelasan mengenai berbagai hal tentang Nederland dan Maastrich. Khusus terkait kunjungan kami, sang konsultan pemerintah provinsi menjelaskan mengenai perubahan-perubahan perilaku organisasi yang senantiasa mereka lakukan di lingkungan pemerintahan provinsi Limburg. Memang tidak tepat benar bila dikaitkan dengan rencana perubahan organisasi yang akan kami lakukan pada organisasi kami. Namun paling tidak, kami mendapat berbagai tips tentang apa yang mereka lakukan dalam menyikapi perilaku anggota organisasi yang enggan untuk mengikuti perubahan. Sayangnya, saat topik mulai "menghangat', kami harus segera mengakhiri kunjungan tersebut dan kembali menuju hotel untuk istirahat makan siang. Kunjungan berikutnya baru akan dilakukan sore hari.

Sekembali ke hotel, kami segera menuju kantin University of Maastrich (UM) yang lokasinya tidak jauh dari hotel kami dan gedung MSM untuk santap siang. Kantin tersebur sangat besar. Perkiraanku bisa menampung lebih dari 200 orang. Selain itu kantin ini juga sangat , rapi, dan bersih. Setiap selesai makan, secara otomatis semua mahasiswa akan membuang sampah pada tempat yang telah tersedia. Sampah kertas  dan sejenisnya dibedakan dengan sampah jenis plastik. Setelah itu, piring dan nampan cukup diletakkan pada sebuah meja panjang berbahan stainless steel yang memiliki "roda berjalan". Nampan dan piring yang diletakkan di atasnya akan secara otomatis "berjalan" menuju sebuah ruang yang menurut perkiraanku adalah dapur atau tempat mencuci piring. Mirip eskalator horizontal.
Saat kami masuk, ruangan telah dipenuhi oleh mahasiswa yang juga sedang menikmati makan siang.Dan seperti dua hari lalu, kami kebingungan untuk memilih menu makan siang. Semua yang disajikan adalah roti (burger, sandwich, dan sebangsanya), kebab, salad, kentang goreng, makaroni, dsb. Sungguh menu yang sulit kami pilih. Saat itu juga kami merindukan kantin di Indonesia yang menawarkan menu: bakso, mie ayam, berbagai jenis soto, masakan ala warteg atau padang, gado-gado, sate, dsb.... huks!
Aku hanya mengambil kebab sebagai santapanku siang ini dan sebotol Lipton Ice Tea. Rasanya? Hmm.....jelas sangat jauh berbeda dengan kebab yang dijual di emperan sebuah minimarket! Hanya ukurannya saja yang sangat jumbo dibandingkan dengan kabab yang paling jumbo sekalipun yang ditawarkan di Indonesia!
Selesai makan siang, aku dan teman sekamarku menyempatkan diri untuk melihat-lihat student store yang letaknya berada di depan kantin.

Menjelang pukul 3 kami telah siap kembali di depan hotel. Tak lama kemudian, kami memasuki bus yang memang sudah ready di depan hotel dan bus pun segera meluncur. Kali ini perjalanan memakan waktu sedikit lebih lama karena lokasi yang kami kunjungi berada di pinggir kota Maastricht. Butuh hampir 25 menit untuk menuju sebuah kawasan perkantoran. Di kawasan tersebut berdiri sebuah gedung dengan arsitektural yang sangat futuristik. Gedung milik perusahaan Sabic.
Selama di dalam gedung kami tidak diperkanankan menggunakan kamera. Karenanya kami hanya bisa mengabadikan momen kunjungan tersebut di luar gedung saja. Dan saat kami masuk, suasana kantor terasa tidak biasa. Ada yang ganjil di sana. Ruangan sangat terbuka dan hening. Kami pun diingatkan untuk tidak banyak bercakap-cakap di sana.

Pertanyaan dalam benakku tentang hal ini terjawab saat dua orang manajer perusahaan menjelaskan tentang proses bisnis perusahaan tersebut dan perilaku organisasi yang dilakukan di lingkungan kantor. Mereka menyebutnya dengan Open Office. Setiap pegawai tidak memiliki ruang khusus. Semua pegawai dapat bekerja di mana saja di ruang-ruang kerja terbuka yang ada. Bila pun ada ruang kerja yang berada dalam sebuah ruangan, maka dinding ruang kerja tersebut terbuat dari kaca sehingga siapapun dapat melihat. Ruang kerja di tata apik. Tidak boleh ada pegawai yang makan atau minum selama bekerja. Semuanya demi menjaga higienitas ruangan. Pekerja hanya bisa menikmati makan siang atau snack pada jam-jam tertentu dan pada ruang lokasi tertentu.
Sebagian besar meja kerja dilengkapi dengan komputer. Pada pegawai juga bisa menggunakan telepon lokal ruang yang bisa diambil setiap saat dan harus mengembalikan pada tempat semula saat tidak memerlukannya lagi. Pokoknya, semuanya serba hi-tech!
Meski waktu kunjungan kami sangat singkat namun kami masih sempat berkeliling gedung meski hanya sampai lantai dua dari 6 lantai yang ada. Itupun tidak sampai seperempat luas lantai yang dapat kami kunjungi. Oya, Sabic juga menerapkan sistem "paper independent" untuk menggambarkan bahwa yang ada di atas meja kerja hanyanlah laptop atau komputer. Tidak ada berkas. Semuanya serba online. Bilapun harus menge-print, maka mereka tinggal memerintahkan komputer untuk menge-print pada lokasi mesin printer terdekat. Pegawaipun harus berjalan menuju ruang mesin printer yang kadan agak cukup jauh. Dengan kondisi ini, setiap pegawai akhirnya akan bekerja secara teliti agar tidak bolak-balik menuju ruang printer hanya karena ada kesalahan dalam tulisan. Sungguh pengalaman yang luar biasa menginspirasi!

Menjelang pukul 6 kami telah berada kembali di hotel. Kali ini kami tidak bisa bepergiaan jauh karena sempitnya waktu. Akhirnya, aku dan 3 orang temanku memutuskan untuk sekedar berjalan-jalan di pusat kota sambil mencari tempat untuk makan malam. Tempat yang kami tuju adalah daerah Market yang memang menjadi pusat perbelanjaan di kota Maastricht. Sayangnya semua toko, kecuali beberapa toko yang menjual makanan, telah tutup sejak pukul 6 sore.

Maastricht, Kamis, 7 Juni 2012, 08:10

Wednesday, June 06, 2012

Liege, Belgia

Sejak dua hari lalu, aku sering mendengar cerita teman-teman yang telah lebih dahulu melancong ke Liege, sebuah kota kecil di Belgia yang berada di sebelah Selatan kota Maastricht tempat kami tinggal selama pelatihan. Aku dan beberapa temanku memang baru merencanakan kepergian ke sana pada hari Selasa. Sedangkan Senin kemarin kami gunakan untuk memburu souvenir yang ada di pusat kota Maastricht. Maklum, bila bepergian seperti ini, selalu saja banyak pihak yang memesan untuk dibawakan cinderamata. Kalau dihitung-hitung, uang saku yang diberikan selama pelatihan nggak akan cukup bila digunakan untuk membeli berbagai souvenir sesuai permintaan banyak teman. Huks.
Hari ini, Selasa, adalah hari kedua kami mendengarkan materi yang disampaikan oleh Prof. Heling, seorang profesor psikologi yang membidangi "perubahan organisasi" pada Maastricht School of Management (MSM). Materi kedua hari ini tidak kalah menarik dengan hari pertama kemarin. Prof. Heling dengan lugas menggambarkan betapa perubahan perilaku individu dalam organisasi sangat beragam pada saat organisasi tersebut "harus" mengubah dirinya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Secara teori, perubahan organisasi memang bisa disebabkan karena keinginan sendiri dari organisasi tersebut (evoked change) atau memang dilakukan dengan "paksaan" atau disebut dengan imposed change.
Dan materi yang dibahas oleh Prof. Heling adalah perubahan pada kondisi yang dipaksakan. Tentu saja respon individu akan beragam. Nah, sebagai bagian dari pegawai yang ditunjuk sebagai Change Agent, kami mendapat gambaran tentang banyak hal yang pernah dihadapi Prof Heling saat membantu beberapa organisasi dalam fase perubahannya. Materi yang sangat menarik dan menantang!
Siang ini kami agak bersyukur mendapat makan siang yang disediakan di hotel NH oleh pihak penyelenggara. Mereka mentraktir kami hari ini. Sajian menu pun disesuaikan dengan selera orang Timur. Meski tidak senikmat di Indonesia, siang itu kami disajikan nasi goreng entah ala mana yang dihindangkan bersama sate daging sapi yang ukurannya menakjubkan. Selain menu tersebut, tentu saja selalu ada roti sebagai hidangan lainnya.

Pelatihan kami berakhir pada pukul 16.00. Setelah berterima kasih dengan sang Profesor, kami segera kembali menuju hotel yang berada tak jauh dari hotel NH dengan berjalan kaki. Sore ini, sesuai rencana, aku dan beberapa teman merencanakan berkunjung ke Liege, Belgia untuk mengetahui seperti apakah kondisi kota tersebut. Itung-itung untuk menambah wawasan tentang kondisi kota di negara lain.
Liege berada sekitar 30km arah Barat Daya kota Maastricht. Kami cukup menggunakan kereta api sebagai moda transportasi.
Setelah sholat dan berganti pakaian, kami langsung menuju halaman depan di luar lobi hotel untuk menunggu rekan yang lain. Beberapa orang sudah nampak standby di halaman lobi tersebut. Saat kutanya, ternyata ada yang akan mengunjungi kota Eindhoven.
Setelah rombongan lengkap, kami berdelapan orang segera meninggalkan halaman hotel untuk menuju stasiun kereta terdekat yaitu Maastricht Randwyck yang berjarak sekitar 200m dari hotel. Rombongan lainnya yang akan menuju Eindhoven masih menunggu kelengkapan anggota grup.
Saat akan membeli karcis, kami kesulitan untuk menggunakan mesin karcis. Ya di seluruh stasiun kecil, pembelian tiket hanya dilayani oleh mesin. Itu pun hanya uang logam yang dapat digunakan.
Dari Randwyck sebenarnya kami bisa langsung ke Liege. Namun karena kami harus membeli tiket pulang pergi (one day return ticket), terpaksa kami harus menuju stasiun utama Maastricht untuk membeli tiket tersebut. Di stasiun ini kami bisa dilayani oleh petugas penjual tiket.

Sore itu, tarif menuju stasiun Maastricht sebesar 1,2 euro. Entah mengapa ada tulisan korting 40% tertera di karcis. Biasanya tarif yang dibayar adalah 1,8 euro. Sedangkan karcis yang kami bayar untuk tujuan Liege lebih mahal dari yang tercantum di atas karcis. Angka yang tertera di karcis 9,6 euro persis yang dibayar oleh kawan-kawan kami sebelumnya. Tetapi sore itu kami membayar 11,5 euro! Entah kenapa bisa begitu, kami tidak tahu. Di sini kendala bahasa menjadi faktor utama. Masyarakat setempat lebih senang menggunakan "bahasa daerahnya" daripada bahasa Inggris. Bahkan banyak dari petugas yang tidak mahir dalam berbahasa Inggris. Tidak hanya itu. Hampir sebagian besar informasi-informasi di tempat-tempat umum menggunakan bahasa Belanda! Menyebalkan!!

Selesai membayar tiket, kami segera berlari ke jalur kereta yang akan menuju Liege. Waktu kami cuma tinggal 4 menit. Bila tertinggal, kami harus menunggu 30 menit lagi. Alhamdulillah setelah berlari kecil menaiki dan menuruni anak tangga, kami masih bisa menaiki kereta tua yang sudah nangkring di jalur 5A. Dan tak lama kemudian, kereta pun bergerak menuju Liege melalui beberapa stasiun kecil (termasuk Randwyck tempat kami tinggal).
Perjalanan menuju Leige hanya sekitar 30 menit. Saat memasuki stasiun Liege kami disuguhkan oleh pemandangan lengkungan-lengkungan besar baja pada bagian atap stasiun. Susunannya begitu indah. Menakjubkan! Sebuah kota kecil di Tenggara Belgia memiliki bentuk stasiun yang begitu megah.
Sesuai arahan teman kami yang sebelumnya sudah ke kota ini, kami tidak bisa berlama-lama mengagumi keindahan bangunan stasiun tersebut. Kami segera menaiki ekskalator menuju lantai dasar. Di sana tersedia beberapa ruas toko dalam bungkusan kaca yang menjajakan beberapa barang. Sayang, toko yang khusus menjual souvenir sudah tutup. Kami pun hanya bisa membeli coklat belgia di toko lain yang masih buka.

Segera kami bergegas ke luar stasiun untuk menaiki bus menuju balai kota yang katanya memiliki bangunan tua yang indah. Dan setelah mengabadikan beberapa momen di halaman stasiun kami segera membeli tiket bus yang berada sisi jalan tak jauh dari halaman stasiun. Kami membeli tiket untuk bus nomor 4. Entah ke jurusan mana. Yang pasti bus tersebut akan melewati balai kota dan kami akan turun di sana. Oya, tiket bus di Liege berlaku untuk selama satu hari namun untuk nomor bus yang sama.

Bus mengantar kami ke balai kota yang waktu tempuhnya hanya sekitar 10 menit. Di pinggir sebuah lapangan yang tidak terlalu luas berdiri bangunan-bangunan tua nan megah. Itulah lokasi balai kota berada.
Segera kami mengabadikan beberapa momen kembali di sana melalui jepretan kamera. Setelah itu, kami menuju toko halal Kebab2go yang berada tak jauh dari lapangan tersebut untuk santap sore sebelum akhirnya kami harus kembali menuju stasiun dengan menggunakan bus dengan nomer yang sama.
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah dua jam kami berada di kota kecil tersebut. Kami harus segera menuju stasiun agar tak tertinggal oleh kereta terakhir menuju Maastrich. Jam di tangan menunjukkan pukul 21 namun langit di atas kota itu  masih terang benderang, layaknya pukul 4 sore bila di Indonesia.
Menjelang pukul 10 malam kami pun telah kembali di hotel tempat kami tinggal, Aparthotel Randwyck.

Randwyck Maastricht, Rabu, 6 Juni 2012

Tuesday, June 05, 2012

Maastricht, kota kecil nan Indah....

Sudah tiga hari aku berada di kota kecil Maastricht bersama rombongan. Hari ini (Senin, 5 Juni 2012) adalah hari pertama kami menerima pelajaran dalam sebuah shortcourse tentang Change Management di Maastricht School of Management untuk satu minggu ini. Materi hari pertama ini cukup menarik meskipun masih dalam fase pendahuluan. Semoga hari-hari berikutnya pun materi yang diberikan semakin menarik dan menantang....
Karena keberadaan kami di kota ini sangat terbatas, maka setiap waktu yang ada selalu kami gunakan semaksimal mungkin. Bila kemarin kami mencoba meng-eksplor beberapa sudut kota sekaligus hunting souvenir....maka sore hari ini selepas kursus, kami pun segera ber-eksplor ria kembali. Maklum toko-toko  hanya buka hingga jam 6 sore saja. Kecuali di hari kamis, jam buka hingga pukul 9 malam. Khusus hari minggu, mereka hanya buka di minggu pertama dalam suatu bulan. Itupun hanya buka dari jam 12 hingga jam 6 sore!
Kota kecil dengan bangunan-bangunan bergaya eropa kuno memang selalu menarik untuk dipandang dan juga diabadikan dalam frame kamera. Karenanya kemana pun aku pergi, jinjinganku adalah sebuah tas punggung berisi kamera dan perlengkapan lainnya. Selain itu, aku juga selalu membawa tas berisi tripod.
Di bawah ini adalah foto-foto beberapa sudut kota Maastricht yang sebisanya aku jepret.






Sunday, June 03, 2012

Akhirnya menginjakkan kaki di negeri penjajah....

Badan terasa pegal luar biasa. Dan rasa kecewa pun sempat menghampiri saat rombongan (20 orang) turun dari bus yang membawa kami dari bandara Schipol Amsterdam menuju Maastricht, sebuah kota kecil di sebelah tenggara negeri kincir angin. Aku tak mengira kalau kami di tempatkan di sebuah hotel (Apart Hotel Randwyck) yang jauh dari keramaian. Namun kegundahan tersebut seketika sirna saat rekan-rekan ku lainnya mengingatkan bahwa kehadiran kami di kota ini memang bukan untuk vakansi melainkan untuk menimba ilmu. Hehehehehe......aku pun tersipu malu... Yup, kami datang ke sini memang untuk menimba ilmu, bukan untuk berlibur!!

Waktu tempuh bandara Schipol menuju Maastrich lebih dari 2 jam. Jalan yang dilalui seluruhnya adalah highway...! Sebelumnya kami harus menempuh penerbangan selama 16 jam dengan Emirates dari Jakarta. Sempat transit di Dubai selama 3 jam. Itu berarti total perjalanan yang perlu kami tempuh untuk menuju kota kecil nan asri ini adalah 21 jam!!! What a very long journey...

Meski lelah, semangat kami untuk langsung keliling kota kecil ini begitu besar. Kami penasaran dengan isi kota ini. Maka, setelah check in, mandi, dan mengganti pakaian, aku pun bergegas menuju lobi hotel untuk bergabung bersama rekan lain.
Beberapa orang bersemangat untuk tour kecil menuju pusat kota. Beberapa kawan lainnya lebih memilik istirahat untuk memulihkan tenaga akibat perjalanan yang sangat jauh tersebut.
Aku dan teman sekamarku, Sandri, dengan sigap memotret semua view yang menarik untuk diabadikan.
Sore itu, dengan menumpang bus umum bertarif 2 euro per orang kami pun menuju pusat kota. Jarum jam di tangan mengarah pada angka 6. Meski telah sore menurut jam Indonesia namun langit di Maastricht masih terang benderang. Ya, bulan Juni ini, malam di eropa memang sedang pendek. Langit gelap datang pukul 10 malam, dan fajar pagi telah terbit kembali pukul 5 pagi.
Sore itu kami menghabiskan waktu untuk makan malam di sebuah restoran pinggir jalan di pusat kota: Lezzet Gril, sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Turki.


Tuesday, May 29, 2012

Maastricht H-3

Saat keberangkatan aku dan temen2 terpilih mengikuti training ke Maastricht Belanda tinggal 3 hari lagi. Namun beberapa hari ini suasana diskusi kami melalui grup BBM semakin panas. Banyak issu berkeliaran di antara rencana keberangkatan kami. Bahkan kabarnya ada pihak yang mulai mempertanyakan agenda training itu sendiri. Entah siapa yang menghembuskan issu ini.
Keberangkatan kami ke Masstricht tentu saja bukan tanpa perencanaan yang matang. Beberapa agenda kegiatan telah disusun sedemikian rupa oleh tim yang ditugaskan. Aku sendiri bukan bagian dari tim persiapan tersebut.
Meski banyak info bertebaran, rasanya untuk membatalkan keberangkatan ini sangat tipis. Deal dengan pihak mitra di Maastricht telah dilakukan. Tiket telah dibeli. Dan exit permit dari kementerian luar negeri pun telah dikantongi. So what??
Pagi ini akan ada pertemuan antara tim change agent yang akan berangkat ke Maastricht dengan our bigboz and staff. Aku tidak tahu agenda apa yang akan dibahas nanti. Bagiku, lebih baik memposisikan diri saja sebagai pendengar yang baik. Iya kan semua petuah dan saran yang nantinya diberikan dan berikan yang terbaik nantinya bagi lembaga. That's it! So simply!

Purnawarman, 29 Mei 2012, 07:45
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, May 20, 2012

Amerika akan Bom Makkah dan Madinah??

Forwarded:
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/05/12/m3wjl3-amerika-akan-bom-makkah-dan-madinah akan Bom Makkah dan Madinah?
Sabtu, 12 Mei 2012, 15:58 WIB
NEW YORK -- Meski Arab Saudi disebut-sebut sebagai
salah satu sekutu utama Amerika Serikat, ternyata negeri Paman Sam itu
memiliki agenda tersembunyi untuk menghancurkan dua kota suci umat
Islam yang berada di Saudi, Makkah dan Madinah. Kabar itu terungkap
setelah materi kursus militer untuk para perwira AS bocor ke media
massa.
Seperti dilaporkan Associated Press, Jumat (11/5), dalam salah satu
kursus militer yang digelar Pentagon, Amerika mendoktrin para perwira
AS masa depan, bila Islam adalah musuh yang wajib dihancurkan. Karena
itu, Amerika mengagendakan bakal menghancurkan tempat-tempat suci umat
Islam, yakni Makkah dan Madinah --kota tempat Ka'bah dan makam Nabi
Muhammad SAW berada-- dengan bom atom. AS bakal melontarkan bom atom
ke Makkah dan Madinah laiknya saat mereka membumihanguskan Kota
Hirosima dan Nagasaki di Jepang pada Perang Dunia II.
The Guardian melaporkan, pelatihan selama satu tahun yang digelar di
Sekolah Gabungan Angkatan Bersenjata AS di Norfolk, negara bagian
Virginia itu, merupakan upaya Amerika mendapatkan para prajurit dan
pemimpin masa depan yang bakal melakukan perang total terhadap 1,4
miliar umat Islam di seluruh dunia. Ini yang mengesalkan, dalam
pelatih itu para perwira diminta tidak mempedulikan berapa banyak
nyawa warga sipil Muslim yang bakal melayang.
Instruktur Angkatan Darat AS yang mengajar dalam pelatihan itu, Letkol
Mattew Dooley menyatakan, dirinya tidak percaya ada konsep Islam
moderat. Dooley mengatakan, agama Islam dan para pengikutnya masuk
dalam kategori musuh yang dapat mengancam eksistensi AS.
"Mereka (Muslim) membenci segala hal tentang kamu (warga Amerika) dan
tidak akan mau hidup berdampingan dengan kamu hingga kamu lenyap,"
ungkap Dooley dalam sebuah presentasi Juli 2011 lalu, seperti
dilaporkan AP.
Dooley juga memprovokasi, teori perang yang ditetapkan dalam Konvensi
Jenewa sudah tidak relevan dengan teori perang sesungguhnya. "Ini
membuka opsi baru, di mana perang dengan penduduk sipil boleh
dilakukan, jika diperlukan. Sebab, sudah ada sejarahnya seperti Tokyo,
Hiroshima, dan Nagasaki," kata Dooley.
Skenario Amerika berikutnya adalah ingin menjadikan Saudi terancam
kelaparan dan Islam. Meski awalnya menutup-nutupi pelatihan tersebut,
Pentagon akhirnya menghentikan kursus tersebut. AP melaporkan,
penghentian kursus tersebut diawali protes seorang perwira yang
menilai materi kursus bertentangan dengan pernyataan pemimpin AS tahun
lalu, yang mengatakan AS memerangi kelompok fundamentalis Islam, bukan
memerangi ajaran Islam.
Pentagon pun memerintahkan penyidikan materi kursus militer tersebut.
Akhirnya, para petugas termasuk instruktur kursus, Dooley diskor
Pentagon. Tapi mereka tidak dipecat.
Sejatinya, pelatihan militer bagi perwira AS yang menargetkan umat
Islam bukan kali ini saja. Tahun lalu terkuat, FBI menghentikan kursus
militer serupa. Seperti kata pepatah, serapat-rapatnya bangkai
ditutupi, akhirnya tercium juga. Meski Pentagon dan Gedung Putih
berusaha menutup rapat niat jahat tersebut, rencana membumihanguskan
kaum Muslimim yang ingin hidup di dalam naungan syariat Islam dan
menolak sistem yang coba diterapkan AS terungkap juga.
Redaktur: Karta Raharja Ucu
Sumber: Presstv/AP/the Guardian

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, May 18, 2012

Sidak Dahlan Iskan di ATC Bandara Soetta

Dari Milis tetangga..
SIDAK ATC Dahlan Iskan
Minggu, pukul 06.00 wib, saat jalanan di Jakarta masih lengang, mobil Mercy L 1 JP melaju kencang menuju bandara Soekarto Hatta. Penumpangnya hanya berempat. Pak Menteri BUMN, aku dan pak Jusak. Pak Dis duduk di depan kiri berdampingan dengan Zahidin, sopir pribadinya. Sedangkan aku dan pak Jusak, duduk di belakang. Kami berdua seperti juragan di mobil mewah itu. Terlihat beberapa botol air mineral dan camilan kecil tersedia rapi. Juga ada permen. ''Kita berangkat pagi, karena aku pingin mampir ATC (Auto Traffic Control) di Soeta,'' kata pak menteri sambil menggulung lengan hem bergaris-garis warna biru yang dikenakan. Sesegera mungkin, tas kopor kutarik dan kumasukkan ke dalam bagasi mobil berwarna hitam metalik itu.
Sepinya jalanan ibukota, membuat Zahidin tancap gas full. Tidak sampai 1 jam, perjalanan menuju bandara Soeta dari Capital Residence, dilalui tanpa hambatan. Lucunya, saat sampai di pintu gerbang Perum Angkasa Pura (PAP), mobil melaju pelan. Pak menteri bergegas menurunkan kaca sambil menyapa sekurity dan satpam yang tengah berjaga. ''Pagi, pak. Permisi, ya'' sapa pak Dis dengan ramah. Belum sempat menjawab, mobil yang membawa kita melaju menuju sebuah gedung paling ujung. Rupanya gedung ini adalah tempat paling vital milik PAP. Karena di gedung inilah letak berbagai mesin pengontrol lalu lintas udara yang ada di bandara Soeta.
Belum sampai di tempat parkir, terdengar peluit dari security yang kita lalui. Dari belakang, kulihat petugas jaga yang ada di pos, berlari-lari menghampiri mobil kami. Dengan wajah garang, seorang petugas berbadan agak tambun menyuruh mobil kami kembali. Alasannya, tempat terlarang dan tidakb oleh sembarangan orang masuk. Untuk urusan itu, pak Dis menyerahkan pada Zahidin. Sepintas, kulihat ada adu argumentasi antara sopir pribadi pak Dis dengan petugas security. Sedangkan Pak Jusak buru-buru mencari toilet. Apa yang terjadi, aku tidak tahu pasti. Bagiku, mengikuti langkah pak Dis yang sangat cepat, lebih penting. Setengah berlari, kuikuti langkah pak Dis menuju sebuah gedung yang salah satu mejanya bertuliskan receptionis. ''Pagi, Assalamulaikum, permisi,'' sapa pak Dis. Ternyata, ruangan itu kosong. Tak ada jawaban. Namun demikian, Pak Dis tetap bertahan dan berusaha memasuki ruang demi ruang yang ada sambil melihat-lihat keadaan. Kotor dan perlatan kantor berserakan tidak pada tempatnya. Disamping itu, terlihat meja kerja maupun meja tamu, terdapat botol air menieral, bekas piring makan dan satu lagi, asbak penuh puntung rokok. Padahal, ruangan itu full AC. Dingiiiiiin.
Bagiku, ini aneh. Meskipun minggu dikenal hari libur bagi masyarakat umum, tidak demikian dengan PAP dan dunia airline. Hari libur, justru hari-hari sibuk bagi instansi yang ada dalam salahs atu BUMN tersebut. Makanya, ada 3 shift yang diberlakukan bagi karyawannya di bagian ini. Belum tuntas keanehanku, muncul suara nyanyian dari laki-laki yang ada di dalam ruangan yang ada di televisinya itu. Akupun kembali mengeraskan suaraku mengucapkan salam. Bukan jawaban salam, yang kuterima, malah semprotan sinis. ''Siapa sih lo, pagi-pagi gini. Berisik amat,'' demikian jawab laki-laki berseragam dengan wajah ketus. Begitu melihat wajahku, laki-laki lain muncul dengan suara tak kalah garang. ''Siapa yang suruh masuk ke sini,'' katanya dengan suara lebih keras. Akupun tak mau kalah. ''Mana bosmu, pak menteri pingin ketemu,'' jawabku dengan tak kalah garang. Mendengar suara galakku, laki-laki yang ada di dalam, ikutan keluar. Sampai akhirnya ada lima orang lelaki yang bersiap menghadapiku. Saat kutoleh ke belakang, pak Dis buru-buru beranjak pergi. Pak Dis keluar dan mencari-cari sendiri ruangan ATC. Akupun bergegas mengikuti langkah gesitnya. ''Lho, bukannya itu pak Dahlan Iskan ya,'' kata dua petugas yang masih muda dan ganteng. Tanpa menjawab, akupun pergi berlari menguntit langkah pak Dis dari belakang.
Kulihat, ada perubahan wajah pak Dis dari yang sebelumnya ramah, agak kecut. HP blakberry warna hitam dikeluarkan dan memencet nomor telepon. Sambil terus berjalan, pak Dis menelepon seseorang. ''Assalamulaikum, selamat pagi mas. Mohon maaf, mengganggu libur anda ya. Sory, nih, saya nuwun sewu, dan kulo nuwun, ingin melihat ATC. Melihat komputer yang baru kita beli kemarin. Nuwun sewu lho, mas,'' ucap pak menteri. Rupanya, pak Dis menelpon bos PAP yang tengah menikmati libur minggu. ''Tidak usah, tidak usah. Biar saya sendiri saja yang mencari. Saya sudah ada di dalam kantor anda kok ini. Cuma mencari-cari belum ketemu,'' ucap pak menteri sambil terus membuka-buka pintu ruangan yang dilalui. Rupanya, sebelum itu, pak Dis sudah pernah berkunjung. Hanya saja, lupa tempatnya. Meski demikian, pak Dis tidak putus asa. Sampai akhirnya, ada ruangan yang bertuliskan ATC. Bergegas, pak Dis masuk. ''Nah, ini dia,'' ucapnya dengan wajah berbinar.
Akupun mengikuti langkah pak Dis. Benar. Di ruangan yang agak tersembunyi itu, terdapat sebuah ruangan khusus. Di dalam ruangan itu ada beberapa orang bekerja. Sambil mengucapkan salam, pak Dis menyalami satu persatu karyawan yang tengah bertugas. Tentu saja mereka kaget. Tidak mengira, jika ruangan mereka dikunjungi menteri. Beberapa orang yang tadinya santai, terlihat kembali ke komputernya. Begitu juga yang tengah merokok, meletakkan putung rokoknya di asbak yang ada di sampingnya. ''Wah, nglembur ya. Maaf, saya menganganggu, '' ucap pak Dis sambil bertanya-tanya pada karyawan yang berkerja kala itu. Setelah meminta penjelasan bagian apa ruangan yang tengah didatangi, pak Dis minta ditunjukkan tangga menuju tower ATC. ''Wah, disini perokok semua ya,'' kata pak Dis setengah menyindir. Kudengar ada yang menjawab dan ada yang membisu, sambil mematikan putung rokoknya. Beberapa orang, kulihat sibuk menelepon. Entah siapa yang ditelepon.
Pastinya, ada dua orang lelaki yang memperkenalkan diri sebagai supervisor menjadi penunjuk jalan menuju tower. Kamipun berjalan menuju ruangan yang ditunjukkan. ''Di sini pak. Mari,'' ucap lelaki bertubuh tegap yang mengenakan hem kuning muda. Di depan pintu masuk ruangan itu, terdapat tulisan ''dilarang masuk'' dan tulisan ''steril''. Selain itu juga ada tulisan ''jagalah kebersihan'' .
Karena tempatnya steril, tanpa diminta pak Dis mencopot sepatu ketsnya. Apalagi di tempat itu juga terdapat rak sepatu. ''Di sini tidak sembarang orang boleh masuk, pak,'' kata petugas tadi menjelaskan ruangan khusus itu. Pak Dis hanya manggut-manggut. Setelah itu, kami diajak naik ke sebuah tangga. Kalau tidak salah, ada 10 anak tangga yang kami naiki. Di ujung anak tangga, terdapat sebuah ruangan yang dipintunya bertuliskan ''yang tidak berkepentingan di larang masuk''. Rupanya, kita diajak ke sebuah ruangan kontrol yang seluruh ruangannya full komputer. Suasananya ramai. Sedikitnya ada 30 komputer berbagai ukuran. Masing-masing komputer ada seorang operatornya. Cuma sayang, ruangan yang super dingin itu tidak sesteril, seperti slogan yang dituliskan. Buktinya, di samping meja komputer, ada beberapa makanan. Mulai makanan kecil, sampai piring bekas makan mie. Tragisnya, ruangan ber suhu super dingin itu terdapat beberapa asbak ukuran 1 meter. Sangat kontradiksi, memang.
STRES
Melihat ini semua, pak Dis bertanya-tanya. ''Kenapa masih ada rokok dan bekas makanan di ruangan ini? Katanya steril,'' ucap pak Dis serius. Kulihat, leki-laki yang mengaku supervisor itu gelagapan. ''Oh, iya pak. Rokok itu untuk menghilangkan stres saja. Kalau tidak, temen-teman tidak bisa konsentrasi dalam memantau jalur-jalu penerbangan, '' jawab lelaki itu sekenanya. ''Oh, gitu ya. Kalau stres ya gak usah bekerja saja. Cukup di rumah. Di sini kan butuh orang sehat. Bukan untuk orang stres,'' jawab pak Dis tak mau kalah. Melihat jawaban itu, lelaki tadi tersenyum kecut. ''Iya, pak. Siap,'' jawabnya dengan wajah pucat. ''Tolong ya, pak. yang stres diistirahatkan saja,'' tambah pak Dis. Setelah itu, pak Dis minta penjelasan tentang komputer raksasa yang baru saja didatangkan oleh kementeriannya. Setelah itu, pak Dis berkeliling dan melihat sekeliling. Begitu melihat ada piring makan, sendok, mangkuk dan beberapa bekas pembungkus mie, pak Dis berucap lagi. ''Lebih komplit disini, dibuka kantin atau resto ya,'' ucapnya sinis. Sindiran ini ternyata direspon positif. Buktinya, beberapa lelaki yang sebelumnya mengikuti langkah kita, buru-buru menugasi kawannya membersihkan bekas makanan, piring atau apa saja yang ada di meja sekitar komputer. Akupun hanya senyum-senyum melihat karyawan di bagian komputer itu kelabakan.
KONSER
Puas berkeliling, pak Dis minta ditunjukkan tower tempat mesin ATC berada. Sesuai namanya, Tower ini merupakan bagian tertinggi yang ada di bandara Soeta. Tower inilah tempat paling vital dari setiap bandara. Karena di tempat inilah komunikasi antara petugas dengan pilot pesawat untuk minta ijin landing atau take off pesawat. Sial. Meskipun tempat ini bisa dikatakan jantungnya bandara, tidak seperti yang digambarkan. Super sterilnya tidak tampak. Puntung rokok juga masih ada di beberapa tempat. Bahkan, sebuah asbak tinggi, juga disiapkan. Pak menteri, kembali kecewa. Peralatan serba canggih dan super mahal, tidak diimbangi dengan attitude operatornya. Ketika ditanya mengapa masih ada puntung dan asbak, petugas tadi berkata lugu.
''Biasanya kalau teman-teman panik, pelampiasannya memukul-mukul berbagai alat yang ada untuk pelampiasan kegalauan sambil menyanyi-nyanyi, pak. Apalagi jika cuacanya buruk seperti akhir-akhir ini,'' ujar petugas yang bertanggung jawab di bagian tower. Pak Dis pun mendengar dengan serius jawaban petugas tersebut. ''Oh begitu. Bagus, bagus,'' jawab menteri kelahiran Takeran sambil mengangguk-anggukka n kepala. Sejenak, pak Dis minta penjelasan secara rinci, bagaimana dan apa keluhan yang dirasakan karyawan di bagian tower itu. Puas, pak Dis mengajak beberapa supervisor turun. Di sebuah ruangan kecil, pak Dis mengatakan, bahwa semua keluhan akan ditindak lanjuti. Utamanya, masalah stres dan menabuh bunyi-bunyian di bagian tower sebagai pelampiasan kegalauan karyawan.
''Ita, tolong, bapak-bapak ini anda beri penjelasan, bagaimana kinerja kita di Jawa Pos dulu. Bila perlu, besok, yang dibagian tower dibuatkan orkestra untuk konser musik. Anda kan mantan wartawan musik toh, jadi gampang untuk mengatur mereka,'' kata pak Dis kepadaku. Mendengar ucapan pak Dis kepadaku, beberapa supervisor tadi hanya menganggukkan kepala.
Jelas sekali, jika pak Dis kecewa. Jelas, bila pak menteri gundah.
DOSEN
Sampai akhirnya, akupun angkat bicara. Pada saat pak menteri mengenakan sepatu, akupun memberi pencerahan. Seperti seorang guru, akupun mengisahkan bagaimana sterilnya ruangan redaksi Jawa Pos. Bapak-bapak, kataku memulai ''ceramah'' kecil''. Di Jawa Pos, peralatannya juga canggih karena ada alat cetak jarah jauh dan lain sebagainya yangberkaitan dengan satelit. Untuk menjaga itu semua, bukan berarti karyawan yang merokok tidak boleh merokok. Boleh. Asalkan di luar ruangan. Begitu juga dengan makan. Semuanya boleh dilakukan. Karena merupakan kebutuhan utama manusia. Namun, semuanya itu harus dilakukan pada tempatnya. Untuk merokok, haruslah di luar ruangan. Di dalam ruang redaksi, harus steril. Jadi, kataku lebih lanjut, tolong, di sediakan ruangan merokok bagi yang merokok. Sehingga, selain ruangan ber AC jadi segar dan bersih, peralatan super canggih yang dibelikan dengan uang rakyat bisa diperlihara dengan aman. Melihat aku berceramah seperti dosen di depan mahasiswa, pak Dis menahan senyum sambil pura-pura sibuk membetulkan tali sepatunya.
Oalah....rek. ...rek. Dadi opo aku iki. Setelah itu, kamipun pamitan pulang. Di tengah perjalanan menuju mobil, kulihat ada seorang pejabat yang buru-buru hendak menemui kami. ''Mana pak menteri Dahlan,'' tanyanya kepadaku. Akupun segera menunjukkan dengan tanganku ke arah belakang. Kulihat pak Dis sibuk menelpon di temani tiga orang supervisor yang tadi kukuliahi. Sayup-sayup, ku dengar, pejabat yang berlari-lari itu meminta maaf pada pak Dis karena keterlambatannya itu. ''Maaf pak. Tadi saya ada di tempat lain,'' ucapnya memberi alasan. Akupun berlari menuju toilet karena dinginnya ruangan ''steril'' tersebut.
(bandara Soekarno-Hatta medio februari 2012)

dituturkan oleh Siti Ita Nasyi'ah wartawan di Majalah Kartini

Monday, May 07, 2012

Maastricht I'm coming....

Alhamdulillahirobbil alamiin..... Tahun ini Allah SWT benar-benar melimpahkan keberkahan padaku. Meski cobaan yang menerpaku juga datang tiada henti namun keberkahan yang diberikan-Nya seketika mampu menghapus keresahan dalam diriku selama ini.
Setelah sebulan yang lalu aku dimutasikan ke kantor yang letaknya tidak jauh dari rumah tinggal dan dua minggu lalu aku berkesempatan mengunjungi kota Melbourne, Australia, diawal bulan depan aku berkesempatan mengunjungi kota Maastricht di Belanda. Allahu Akbar!!
Keberkahan beruntun yang kuterima ini tentu saja patut aku syukuri.


Sejak awal April lalu, aku sudah tidak perlu bersusah payah membelah kemacetan jalanan kota Jakarta untuk berangkat menuju kantor dan pulang kembali menuju rumah. Kepenatan rutinitas seperti itu yang kujalani selama setahun setengah lebih akhirnya berakhir sudah. Kini aku bisa dengan santai berangkat ke kantor tanpa rasa was-was akan telat tiba di sana. Biaya transportasipun menjadi jauh lebih ekonomis. Belum lagi, aku tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk makan siang karena saat jam istirahat siang, aku cukup berjalan kaki untuk mencapai rumah dan menyantap makan siang bersama istri tercinta.

Kabar menggembirakan berikutnya kuterima ketika aku baru satu minggu bertugas di tempat yang baru. Aku didaulat untuk mengikuti studi banding ke negara kangguru selama satu minggu. Kabar tersebut tentu saja menyontakkan kesadaranku. Betapa tidak, aku tidak pernah bermimpikan untuk bisa bepergian ke luar negeri. Kini kesempatan untuk melihat kota di negara lain menjadi terbuka. Akhirnya, dua minggu lalu aku pun dapat menyaksikan dan merasakan bagaimana suasana kota Melbourne yang sejuk dan tenang.

Hari selasa lalu (1 Mei 2012), kabar gembira kembali menghampiriku. Aku dan 19 orang teman sejawatku terpilih untuk mengikuti diklat singkat di negeri kincir angin, tepatnya di kota Maastricht. Wuuiihh.....senang sekali rasanya mendapatkan keberkahan beruntun seperti ini. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik pada diriku..... Aamiin...yaa Robbal alamiin....

Tangsel, Senin, 7 Mei 2012

Tuesday, May 01, 2012

Farewell Melb....

Pagi ini badan terasa letih sekali. Berbagai kegiatan selama seminggu di Melbourne, Australia, termasuk aktivitas meng-explore sudut-sudut kota, yang dilakukan dengan semangat tanpa lelah kini menyisakan kepenatan di tubuhku. Senin pagi ini aku kembali beraktivitas di kantor. Padahal baru tadi malam aku tiba di rumah dari perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Perjalanan dengan pesawat sebenarnya tidak terlalu lama. Melbourne menuju Denpasar ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam. Sedangkan Denpasar menuju Jakarta ditempuh kurang dari dua jam. Yang membuat lama adalah waktu persiapan di bandara keberangkatan, transit di Denpasar, menuju ke tempat pengambilan bagasi dan sebagainya.


Aku dan rombongan sudah harus bangun pukul 5 pagi waktu Melbourne karena sesuai skedul jam 6 kami sudah harus check out dari hotel dan pukul 7 bus siap mengantarkan kami ke bandara. Beda waktu antara Jakarta dan Melbourne adalah 3 jam. Melbourne berada lebih Timur dari Jakarta. Itu artinya saat kami bangun jam 5 pagi, waktu di Jakarta menunjukkan pukul 2 pagi.


Setelah semua urusan perhotelan selesai, bus pun meluncur meninggalkan Hotel Citadines di Bourke Street 131-135 di pusat kota Melbourne menuju bandara. Tidak sampai satu jam kami tiba di bandara. Seperti saat kami berangkat satu minggu yang lalu, antrean untuk check in dan juga saat melintasi pos pemeriksaan pabean, sangat panjang.
Setelah menunggu cukup lama, pesawat garuda yang kami tumpangi pun take off pukul 10 meninggalkan bandara Melbourne. Hal ini menandakan pula berakhirnya kunjungan kami di kota yang sangat indah ini. Pantas saja bila kota ini dinobatkan sebagai kota paling layak huni sedunia (liveable city of the world).
Farewell Melb.....(Senin, 30 April 2012)

Tuesday, April 17, 2012

Bengong di halaman masjid Sunda Kelapa

Judul di atas kemungkinan akan membuat sebagian orang bertanya, "ngapain kok bengong di halaman masjid. Kenapa nggak masuk aja ke dalam masjid. Sholat kek atau ta'aruf kek...". Yap, jarum jam di arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiriku menunjukkan pukul 09.25. Aku datang lebih awal satu jam dari waktu yang dijanjikan oleh pegawai Bappenas. Kemarin, aku diberitahu oleh sahabat kantorku agar pagi ini bisa segera datang ke Bappenas untuk penandatangani paspor dinasku agar segera bisa memproses visa.
Yap, aku direncanakan mengikuti kursus singkat ke Melbourne, Australia selama seminggu. Tanggal keberangkatan direncanakan hari Minggu, 22 April 2012. Informasi tentang pengusulanku ini kuterima sekitar satu minggu lebih yang lalu. Agak kaget juga mendapat info tersebut dari atasanku. Soalnya, aku tidak punya persiapan apa-apa, termasuk dokumen pendukung keberangkatan. Aku belum punya paspor (karena aku memang belum pernah ke luar negeri sebelumnya). Dan aku juga tidak punya TOEFL score, sebagai salah satu persyaratan.
Saat menerima info tersebut, aku sempat berterima kasih dan juga menolak karena aku tidak memiliki dokumen-dokumen tersebut. Namun atas desakan atasan dan rekan kerja ku, akhirnya aku putuskan untuk mencoba melengkapi dokumen tersebut. Mereka berjanji untuk membantu sebisa mungkin.
Untuk mendapatkan TOEFL score, aku mencari berbagai informasi di internet tentang lembaga-lembaga yang menyelenggarakan tes Institutional TOEFL. Sulit juga ternyata mencari penyelenggaraan tes dalam waktu dekat. Aku terdesak waktu. Dua lembaga penyelenggara tes yang aku hubungi memiliki jadwal tes yang terlalu jauh dari waktu yang diharapkan, yaitu Lembaga Bahasa UI dan AMINEF. Belum lagi, hasil tes nya pun harus menunggu satu minggu! Jelas tidak akan bisa mengejar target waktu penyerahan dokumen yang cuma satu minggu.
Alhamdulillah, Allah memberiku jalan. Aku masih ingat, saat itu pas selesai sholat magrib di kantor seorang temanku, aku segera teringat mantan atasanku saat di Manado dulu. Sang anak, kabarnya menyelenggarakan kursus bahasa Inggris versi IELT. Segera saja ku sms mantan boz ku itu untuk menanyakan kebenaran kabar tersebut. Tidak sampai 5 menit, hape ku berdering. Tertulis nama sang anak mantan boz ku yang telah aku save nomornya beberapa minggu lalu saat aku bertemu mantan boz ku itu di sebuah pelatihan yang aku ikuti.
Percakapan aku dengan sang anak mantan boz tadi berlangsung positif. Aku dipersilakan untuk datang ke kantornya kapan saja untuk mengikuti tes. Beruntung, hari itu hari Kamis dan Jumat pun kebetulan hari libur nasional. Kupilih waktu tes di hari Senin agar aku punya persiapan 3 hari untuk menghadapi tes yang sudah lama tidak aku ikuti heehehehe....
Di hari Senin kemudian, urusan TOEFL score beres. Score ku "cuma" 520! Lumayan pikirku. Soalnya selama ini aku tidak bisa melampaui angka 500 haahaha....! Syarat untuk berangkat ke kursus ini cuma 450! Sekarang, tinggal mengurus paspor dan visa. Untuk dokumen yang satu ini, aku dibantui rekan-rekanku yang bertugas mengurusi pengiriman pegawai untuk belajar ke luar negeri.
Pagi ini, setelah bertemu bigboz, aku segera meluncur ke kantor Bappenas di bilangan Cikini untuk menandatangani paspor. Janjinya memang jam 10. Tapi berhubung tadi ada tumpangan mobil teman-temanku yang mau rapat di lapangan banteng, satu jam lebih awal aku sudah berada di lokasi. Untuk membuang waktu, aku cari tempat yang santai untuk menunggu. Awalnya, target lokasi tongkrongan adalah kantin. Tapi aku nggak menemukannya. Aku enggan bertanya pada orang. Kususuri saja trotoar yang ada dipinggir gedung Bappenas dan kutemukan pelataran masjid Sunda Kelapa yang sangat luas. Kebetulan ada penjual kopi bersepeda di sana.
(Masjid Sunda Kelapa, 17 April 2012, 10:14)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, April 04, 2012

Pindah Tugas (lagiiii....)

Kabar menggembirakan akhirnya aku terima pada hari Rabu, 28 Maret  2012 sore. Kabar via BBM tersebut menginformasikan bahwa besok (Kamis) atau paling lambat Jumat pagi, aku agar bersiap-siap untuk menghadiri pelantikan perpindahan tugasku. Waahhh..........kabar yang kunanti-nantikan sejak Selasa akhirnya datang juga!
Kontan rasa senang menyelimuti perasaanku. Betapa tidak, yang terbayangkan dalam benakku saat itu adalah aku tidak harus bersusah payah menerjang kemacetan kota Jakarta pada saar berangkat dan pulang kerja. Bila nanti sudah menempati tempat tugas yang baru maka aku cukup berjalan kaki saja menuju kantor hehehe.
Kamis pagi ada perasaan malas untuk menuju kampus STAN. Seharusnya pagi itu aku mengajar sebuah mata kuliah di sana. Meski malas aku tetap menuju ruang kelas yang telah ditetapkan. Sayang....saat aku tiba di kelas tersebut jumlah mahasiswa yang telah hadir sangat sedikit. Meski agak kecewa, aku tetap bersabar menanti mahasiswa lainnya. Aku pun membuka kotak rokok ku dan mulai menghisap dan menghembuskan asap rokok di luar ruang kelas.
Sekitar 15 menit berlalu. Saat aku masuk kembali ke kelas, jumlah mahasiswa sudah cukup banyak meski aku lihat masih ada kursi yang kosong. Karena LCD masih dicarikan oleh ketua kelas maka aku berinisiatif untuk menulis di papan tulis. Sayang........saat kutanya di mana pennghapus dan spidol, beberapa mahasiswa menjawab bahwa yang bertugas membawa perlengkapan perkuliahan belum hadir. Spontan, amarahku memuncak. Segera kututup kembali laptop yang telah kubuka dan memasukannya ke dalam tas. Aku pun lantas berkata, "sampaikan kepada ketua kelas. Bila anda sudah siap untuk menerima pelajaran maka saya baru mau untuk memberikan kuliah." Aku pun bergegas meninggalkan kelas dan pulang kembali menuju rumah. Niatku bulat, tidak akan mengajar di kelas tersebut dan menunggu saja jam kelas berikutnya.
Saat aku masih di rumah untuk siap-siap kembali mengajar, telpon genggamku berdering. Suara sahabatku di ujung telepon mengabarkan agar aku segera menuju Purnawarman untuk menghadiri pelantikan. Aku diberikan waktu satu jam untuk menuju ke lokasi tersebut.
Segera saja aku berkemas dan meluncur ke Purnawarman dengan terlebih dahulu memberitahu ketua kelas bahwa perkuliahan ditiadakan.
Pukul setengah dua siang aku pun membacakan sumpah jabatan. Acara berlangsung khidmat meski dilaksanakan dengan sederhana mengingat pejabat yang dilantik hanya dua orang saja, yaitu aku dan penggantiku.

Tuesday, March 27, 2012

Kabar yang Menyenangkan....

Kemarin pagi aku diundang rapat untuk yang kesekian kalinya di Purnawarman tentang transformasi kelembagaan. Dan untuk kesekian kalinya aku "ngabur" dari kantorku di Slipi. Bulan ini tercatat aku cuma masuk kantor 3 kali!!! Waks!! Gile bener........hahahaha. Ada seneng dan nggaknya sich. Seneng karena tiap pagi jadi nggak ngejar-ngejar mesin fingerprint di kantor! Nggak seneng, karena harus ninggalin tugas-tugas rutin kantor (yang sebenernya sich nggak banyak hehehehe).
Dah hampir satu setengah tahun ini tugasku memang jauh lebih ringan dibanding tempat tugasku sebelumnya. Kalau dulu, tugasku tiap hari tidak ada habis-habisnya dan bahkan cenderung semakin bertumpuk, di Slipi tugasku sangat nyantai. Hampir semua pekerjaan bisa dilakukan dengan baik oleh mitra-mitraku. Yang perlu kulakukan hanyalah memantau setiap aktivitas yang ada dan aktivitas yang akan dilakukan. Selebihnya, semua running dengan well....
Rapat kemarin, sama seperti rapat-rapat sebelumnya, lebih cenderung mendengarkan petuah sang Pimpinan yang enerjik. Beberapa rencana kegiatan atau tepatnya strategi untuk meng-goal-kan skema kelembangaan yang baru telah dirancang. Kami cuma diminta untuk memastikan agar rencana ini dapat dilakukan dengan baik dan tepat waktu.
Saat aku datang pukul setengah sembilan, aku langsung akan mengambil tempat duduk di bagian tengah menjauh dari boz-boz ku. Maksudnya sich biar bisa santai dan nggak ditanya macem-macem selama rapat hehehe. Sayang, begitu boz nomor duaku liat aku masuk ruangan dan akan mengambil tempat duduk di tengah, ia langsung memanggilku dan menyuruh duduk di kursi samping kanannya. Apa boleh buat, aku pun terpaksa duduk di sana. Hmmm nasiiib, begitu pikirku.
Saat baru duduk, boz nomer duaku langsung berbisik, "Pak....nanti sehabis rapat kita ngobrol-ngobrol dulu ya...." Waah.....tumben nich, pikir ku. Dah lama ia nggak ngomong begitu kepada ku meskipun hubungan kami sangat dekat. Maklum, ia juga pernah menjadi atasan langsungku beberapa tahun lalu.
Aku pun berpikir bahwa ajakan tersebut pastilah bukan tanpa maksud. Pasti ada sesuatu yang akan ia sampaikan padaku. Selama ini bila ia mengajak aku ngobrol di ruangannya pastilah akan membicarakan hal-hal yang cukup penting bagi diriku.
Selama rapat aku kepikiran juga dengan ucapannya tersebut. Ada apa gerangan? Berita baik kah atau berita buruk?

Menjelang siang rapat selesai dan dilanjutkan dengan makan siang bersama. Selesai makan, aku pun menuju ruangan boz nomor duaku. Setelah berbasa-basi sejenak, ia pun mengutarakan informasi yang terkait dengan diriku.
Alhamdulillah berita baik rupanya! Beliau menyampaikan bahwa aku akan di rolling ke tempat lain yang kebetulan letaknya tidak jauh dari tempat tinggal ku. Hurrraaaiiiiii.......................!!!!
Beliau juga mengutarakan alasannya. Tapi hal tersebut tidak terlalu penting bagi diriku. Apa pun alasan yang menjadikan aku di rolling, yang penting bagiku adalah aku bisa berkantor di tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal. Maklum, jalanan di Jakarta telah penuh sesak. Tiap berangkat dan pulang kantor aku harus merasakan kemacetan yang luar biasa bersama jutaan penduduk Jakarta (dan sekitarnya) lainnya.
Semoga saja berita ini benar adanya dan tidak ada sesuatu yang menghalangi rencana ini....
Selamat datang Jurangmangu..... I'll be there for you soon....!!! ^^

Slipi, 27 Maret 2012, 10:55