Tuesday, March 27, 2012

Kabar yang Menyenangkan....

Kemarin pagi aku diundang rapat untuk yang kesekian kalinya di Purnawarman tentang transformasi kelembagaan. Dan untuk kesekian kalinya aku "ngabur" dari kantorku di Slipi. Bulan ini tercatat aku cuma masuk kantor 3 kali!!! Waks!! Gile bener........hahahaha. Ada seneng dan nggaknya sich. Seneng karena tiap pagi jadi nggak ngejar-ngejar mesin fingerprint di kantor! Nggak seneng, karena harus ninggalin tugas-tugas rutin kantor (yang sebenernya sich nggak banyak hehehehe).
Dah hampir satu setengah tahun ini tugasku memang jauh lebih ringan dibanding tempat tugasku sebelumnya. Kalau dulu, tugasku tiap hari tidak ada habis-habisnya dan bahkan cenderung semakin bertumpuk, di Slipi tugasku sangat nyantai. Hampir semua pekerjaan bisa dilakukan dengan baik oleh mitra-mitraku. Yang perlu kulakukan hanyalah memantau setiap aktivitas yang ada dan aktivitas yang akan dilakukan. Selebihnya, semua running dengan well....
Rapat kemarin, sama seperti rapat-rapat sebelumnya, lebih cenderung mendengarkan petuah sang Pimpinan yang enerjik. Beberapa rencana kegiatan atau tepatnya strategi untuk meng-goal-kan skema kelembangaan yang baru telah dirancang. Kami cuma diminta untuk memastikan agar rencana ini dapat dilakukan dengan baik dan tepat waktu.
Saat aku datang pukul setengah sembilan, aku langsung akan mengambil tempat duduk di bagian tengah menjauh dari boz-boz ku. Maksudnya sich biar bisa santai dan nggak ditanya macem-macem selama rapat hehehe. Sayang, begitu boz nomor duaku liat aku masuk ruangan dan akan mengambil tempat duduk di tengah, ia langsung memanggilku dan menyuruh duduk di kursi samping kanannya. Apa boleh buat, aku pun terpaksa duduk di sana. Hmmm nasiiib, begitu pikirku.
Saat baru duduk, boz nomer duaku langsung berbisik, "Pak....nanti sehabis rapat kita ngobrol-ngobrol dulu ya...." Waah.....tumben nich, pikir ku. Dah lama ia nggak ngomong begitu kepada ku meskipun hubungan kami sangat dekat. Maklum, ia juga pernah menjadi atasan langsungku beberapa tahun lalu.
Aku pun berpikir bahwa ajakan tersebut pastilah bukan tanpa maksud. Pasti ada sesuatu yang akan ia sampaikan padaku. Selama ini bila ia mengajak aku ngobrol di ruangannya pastilah akan membicarakan hal-hal yang cukup penting bagi diriku.
Selama rapat aku kepikiran juga dengan ucapannya tersebut. Ada apa gerangan? Berita baik kah atau berita buruk?

Menjelang siang rapat selesai dan dilanjutkan dengan makan siang bersama. Selesai makan, aku pun menuju ruangan boz nomor duaku. Setelah berbasa-basi sejenak, ia pun mengutarakan informasi yang terkait dengan diriku.
Alhamdulillah berita baik rupanya! Beliau menyampaikan bahwa aku akan di rolling ke tempat lain yang kebetulan letaknya tidak jauh dari tempat tinggal ku. Hurrraaaiiiiii.......................!!!!
Beliau juga mengutarakan alasannya. Tapi hal tersebut tidak terlalu penting bagi diriku. Apa pun alasan yang menjadikan aku di rolling, yang penting bagiku adalah aku bisa berkantor di tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal. Maklum, jalanan di Jakarta telah penuh sesak. Tiap berangkat dan pulang kantor aku harus merasakan kemacetan yang luar biasa bersama jutaan penduduk Jakarta (dan sekitarnya) lainnya.
Semoga saja berita ini benar adanya dan tidak ada sesuatu yang menghalangi rencana ini....
Selamat datang Jurangmangu..... I'll be there for you soon....!!! ^^

Slipi, 27 Maret 2012, 10:55

Wednesday, March 21, 2012

Indonesia, Lepaskan Ketergantunganmu Kepada BBM

Oleh: Widjajono Partowidagdo
Wakil Menteri ESDM

Indonesia memproduksi minyak sebesar 329 juta barel, mengekspor minyak mentah sebesar 132 juta barel, mengimpor minyak mentah sebesar 99 juta barel dan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 182 juta barel pada tahun 2011 (Sumber ESDM 2012) dan mengkonsumsi BBM 479  juta barel. Terdapat defisit sebesar 150 juta barel per tahun. Cadangan terbukti minyak kita hanya 3,7 milyar barel atau 0,3 % cadangan terbukti dunia. Sebagai Negara net importer minyak dan yang tidak memiliki cadangan terbukti minyak yang banyak, kita tidak bijaksana apabila mengikuti harga BBM murah di Negara-negara yang cadangan minyaknya melimpah. 

Negara2 Amerika Latin yang anti Neolib seperti Brasil, Argentina dan Chili BBM nya tidak disubsidi, akibatnya BBN (Bahan Bakar Nabati) dan Industri Nasional (mobil, pesawat, senjata dan pertanian) nya berkembang. Bahkan Brasil sekarang menjadi Negara Idola disamping Rusia, India, Cina dan Korea (BRICK). Brasil bahkan sudah menguasai Teknologi Migas Lepas Pantai disamping Cadangan dan produksi minyaknya meningkat pesat, Petrobras adalah Perusahaan Migas terpandang di Dunia. Di India dan Pakistan maupun Cina  dan Vietnam (Komunis) tidak ada subsidi BBM tetapi transportasi umum disubsidi sehingga nyaman dan Industri Nasionalnya meningkat pesat. Cina menggunakan gas dan listrik untuk transporasi umum dan sepeda motor menggunakan  listrik. BBM murah hanya diterapkan di negara-negara yang cadangan minyaknya melimpah seperti Arab Saudi,  Irak, Lybia dan Venezuela. Bahkan harga bensin di Iran ($ 0,67/l) yang cadangan minyaknya 138 milyar barel lebih mahal dari di Indonesia sekarang ( $ 0,59/l) yang cadangan minyaknya hanya 3,7 milyar barel karena mereka mengutamakan gas untuk transportasi, rumah tangga dan listrik. Iran mempunyai cadangan terbukti gas  nomor dua di dunia yaitu 982 TCF, sesudah Rusia. Sedangkan cadangan terbukti gas Indonesia adalah 112 TCF. 

Indonesia adalah Negara yang tidak kaya minyak. Kita lebih banyak memiliki energi lain seperti batubara, gas, CBM (Coal Bed Methane), shale gas, panas bumi, air, BBN (Bahan Bakar Nabati) dan sebagainya. Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) menyebabkan terkurasnya dana Pemerintah untuk subsidi harga BBM, ketergantungan kita kepada BBM yang berkelanjutan serta kepada impor minyak dan BBM yang makin lama makin besar serta makin sulitnya energi lain berkembang. 

Tahun 2011 Indonesia memproduksi minyak  900 ribu B/D (barel per hari), gas 1,5 juta B/D (ekivalen minyak) dan batubara 3,4 juta B/D. Indonesia mengekspor gas 797 ribu B/D dan batubara 2,4 juta B/D. Cadangan terbukti gas lima kali cadangan terbukti minyak dan cadangan terbukti batubara sepuluh kali. Akibat terobosan teknologi di CBM (gas di lapisan batubara dengan dewatering atau memproduksikan air lebih dulu) dan di shale gas (gas yang tertinggal di batuan induk dengan fracturing atau merekahnya) menyebabkan Amerika Serikat kebanjiran gas. Apabila Indonesia menerapkan teknologi tersebut maka akan mempunyai kesempatan yang sama. Batubara juga bisa diubah menjadi gas dan cairan. Biaya listrik di Sumatera Selatan Rp 800/kWh karena memakai gas dan batubara sedangkan di Sumatera Utara Rp 3.500/kWh karena memakai BBM. Potensi panasbumi Indonesia terbesar di dunia yaitu 29 GW, potensi airnya 76  GW dan potensi biomass 50 GW. Sulawesi selatan mempunyai danau

Poso dengan potensi 900 MW yang kalau dikembangkan membutuhkan biaya Rp 800/kWh, tetapi saat ini 90 MW pembangkit listriknya sebagian besar memakai BBM dengan biaya Rp 3.500/kWh. Seharusnya, sedapat mungkin kita tidak menggunakan BBM untuk listrik.

Dulu waktu harga BBM Rp 6.000/ l sudah banyak yang berpindah ke busway dan transportasi umum.  Begitu harga BBM Rp 4.500/l maka kembali naik kendaraan pribadi lagi. Orang tidak menghemat energi tetapi menghemat uang.  Orang yang mau naik kendaraan umum layak disebut Pahlawan karena menghemat dana Pemerintah, energi dan polusi. Program konversi minyak tanah ke BBG berhasil karena subsidi minyak tanah dihilangkan. Program jarak pagar dan konversi premium ke BBG belum berhasil karena premium harganya Rp 4.500/l.

Kalau seseorang menyikapi kenaikan harga BBM dengan arif maka pengeluarannya justru berkurang kalau di hari-hari kerja dia menggunakan transportasi umum dan hanya menggunakan mobil pribadi di akhir pekan atau silaturahmi. Medco memberi converter kit untuk CNG (Compressed Natural Gas) yang harga CNGnya Rp 4.100/l untuk stafnya dan menyediakan bus kantor untuk pegawainya. Kalau kebanyakan perusahaan berperilaku seperti Medco maka Jakarta tidak macet. Daerah luar Jawa penghasil Migas bisa beralih ke BBG lebih cepat. 

Naiknya harga BBM justru akan menyebabkan energi lain yaitu batubara, gas, panasbumi, air dan biofuel banyak dibutuhkan dan diproduksikan yang akan memberikan lapangan kerja, penghasilan dan pertumbuhan ekonomi serta berkembangnya daerah-daerah terutama di luar Jawa. Minggu 11 Maret 2012 Wakil Menteri Pertanian dan penulis mengunjungi Pesantren Sunan Drajat di Lamongan dan melihat pengembangan Kemiri Sunan disana. Kemiri Sunan ini disamping baik untuk penghijauan sehingga mencegah bajir dan tanah longsor juga buahnya bisa dibuat biodiesel yang dapat menjadikan suatu desa disamping asri juga mandiri energi. Pesantren mempunyai jaringan di seluruh Indonesia dan menurut informasi jumlahnya sekitar 20.000 di Indonesia. 

Ketergantungan yang berlebihan terhadap minyak dan luar negeri adalah ketidakmandirian. Tidak menggunakan energi yang kita miliki secara optimal adalah tidak bijaksana. Mengkonsumsi barang yang mahal tetapi tidak mengkonsumsi barang murah yang kita miliki adalah kebodohan. Cara meminimalkan subsidi BBM untuk transportasi dan listrik adalah dengan sesedikit mungkin memakai BBM. Akibatnya, Indonesia mempunyai dana lebih banyak untuk membuat Indonesia lebih cepat menjadi Negara Terpandang di Dunia. Dengan mengurangi ketergantungan kepada BBM maka Insya Allah Indonesia menjadi lebih baik.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pak Dahlan Iskan dan pintu toll.....

Copas dari staf Kemeng BUMN
-----------------------------------------------------

Berita dari Pak Dahlan di Tianjin - China menanggapi berita2 terkait
kejadian di Pintu Tol tadi Pagi....

Tadi pagi sy tidak mbanting kursi tapi he he membuangnya ke pinggir
jalan. Kursikursi itu betul2 gak ada gunanya krn orangnya/petugasnya
tidak ada di loket di tengah2 antrean mobil masuk gerbang tol yg
begitu panjang.Ini juga bukan marah yg mendadak. Sdh tiga bulan sy
minta agar antrean masuk tol jangan sampai menjengkelkan. Hampir
setiap minggu sy sms direksi jasa marga mengingatkan komitmen kepada
masyarakat yg hrs kita penuhi.Setiap kali sy masuk gerbang tol yg
antre panjang sy selalu sms kepada direksi jasa marga. Tapi kok tidak
ada tindakan nyata. Sabtu lalu, jam 11.00 saat mau ke Bandung utk
bertemu mahasiswa ITB, saat masuk pintu tol kalimalang-2, antrean
juga panjang. Juga saya sms direksinya.Saya tidak henti-hentinya
mengingatkan itu. Pelayanan itu harus baik. Apalagi ini melayani orang
yg mau mbayar. Kalau melayani orang yg mau mbayar saja tidak baik,
bagaimana melayani masyarakat kecil yg tidak punya uang?Sy juga sangat
tidak puas hasil penjualan kartu eToll yg kurang berhasil. Sy sudah
tawarkan utk ikut jualan. Sy tunggu2 begitu lama tidak ada
realisasinya. Sy sudah bilang perlu cara2 kreatif utk jualan kartu
itu. Biar kian banyak yg beli kartu eToll.
Sy siang ini berangkat ke Tiongkok check up. Sudah telat 8 bulan. Sy
tunda terus karena begitu banyak pekerjaan dan juga krn sy tidak
merasa ada sesuatu yg mencurigakan. Tapi sy ditegur terus oleh dokter
karena terlalu lama menunda-nunda terus. Tahun ini sy akan melewati
masa kritis lima tahun setelah ganti hati. Kalau sy bisa melewati lima
tahun ini, agustus nanti, insyaallah pertanda hati baru sy sdh benar2
menyatu dengan tubuh saya. Mohon doa.

Nasibmu Wahai Pahlawan Devisa....

Just copas dari milis sebelah
----------------------------------------------------

Suryati, Maafkan Bangsamu! Catatan Tepi.‬

"Suryati" , itu nama yang disodorkan pada saya ketika pesawat
Emirates mendarat di Soekarno-Hatta selepas perjalanan dari London
dengan transit di Dubai. Ia seorang TKW yang mengaku bekerja di
Polandia namun harus transit lewat Frankfurt dan Dubai semata hanya
untuk menghindari formalitas birokrasi. Dalam proses menurunkan bagasi
dari kompartemen kabin pesawat boeing-777 Emirates ia meminta saya
untuk bantu menemani selama proses di gate imigrasi karena Jakarta
bukan akhir perjalanannya namun hanya tempat transit sebelum ia
melanjutkan penerbangan ke kota Jogjakarta. Wajahnya penuh
kekhawatiran setelah dua tahun menggadaikan waktu hidupnya di Negara
orang untuk meraih sedikit kemakmuran.

"Bapak, bisa bantu saya, saya takut turun karena harus pindah
keterminal satu, saya nanti boleh ikut mobil bapak kemana saja yang
penting keluar bandara setelah itu saya bisa naik taksi atau bis ke
terminal satu" Ujarnya

" Kenapa harus takut , kamu kan turun di terminal dua , apa bedanya
kamu sama saya, terminal dua itu bukan terminal TKW jadi ya bebas saja
orang. yang turun mau kemana saja!" Tukas saya

" Nggak pak sekarang memang gak ada terminal khusus TKW semua turun
diterminal dua , disana kata teman saya kita bakal di cegat, terus
dikumpulin 
lalu disuruh keterminal satu pakai mobil mereka, saya
takut , belum nanti kita diminta bayaran macam macam, kata teman saya
gak wajar dan kasar mintanya".
 Saya berpikir sejenak, setelah
perjalanan melelahkan selama 10 jam dengan bagasi yang segudang masih
akan ditambah urusan TKW bingung.

" Baik, kamu ikut saja dibelakang saya, gak usah takut, ini negara
kamu sendiri , saya bantu sebisa saya!".

Dibandara yang berciri minimalis, dengan ornament yang menua dan
dulunya sempat. mendapatkan Aga khan award itu kami berjalan
beriringan menuju gate imigrasi.
 Sebelum masuk keantrian saya
memastikan dokumen suryati lengkap, mulai dari passport, departure
card dan segepok dokumen ijin kerja yang saya sendiri nggak tahu mana
yang nantinya bakal ditanya.

Saya sengaja membiarkan suryati lebih dulu melewati gate dan dari
jarak 4 orang antrian saya memastikan proses melewati gate tidak
terkendala. Hanya tanya jawab sewajarnya antara petugas imigrasi
dengan suryati setelah itu clear, bahasa tubuh petugas imigrasi
sedikit berbeda dengan kode ke seseorang yang saya tidak mengerti.
Sesampai di conveyor belt tempat mengambil bagasi dan bersiap keluar,
suryati masih dibelakang saya dan tiba tiba ada seseorang berseragam
biru muda menariknya dengan kasar. Dibelakang petugas seseorang
bertopi baret abu-abu berdiri pasif menjaga.

"Kamu ini bandel, harusnya keluar pintu kiri sana , TKW bukan disini,
ini tempat umum!" Kata orang yang berseragam biru.

"Saya ikut saudara saya pak, itu..!" ia menunjuk saya , wajahnya
ketakutan dengan keringat yang sebiji jagung.

"Ah…lagu lama, ngaku ngaku, ayo cepat sudah ditunggu sama yang lain,
ke sebelah sana!" Kegarangan petugas mengusik saya, lalu saya
menghampiri .

" Maaf pak ..kenapa sama dia?"
 tanya saya

" Bapak kenal ?"
 Saya mengangguk

" Saudaranya ?"
 Lagi-lagi saya mengangguk.

Petugas menghampiri bagasi suryati dan membolak balik tag yang ada dan
ia melongok bagasi saya dari jauh.

"Bapak kan dari Heatrow, anak ini dari Frankfurt, gimana bisa saudara
bapak ?"
 selidiknya

"Sama sama asli jogja, kita ketemunya di Dubai, dia mau pulang sama
saya!"
 Urai saya.

"Ooh...nggak bisa pak, nggak bisa bareng, dia harus ikut kita ke
terminal satu, peraturannya begitu" Ujarnya.

"Itu kan kalau nggak ada yang jemput, kalau ada yang jemput kan boleh
barengan pak, lagi pula peraturannya kok begitu?"

"Ini kan untuk bantu mereka , biar tidak dimanfaatkan calo liar" jawabnya

"Kalau bapak apa …calo apa petugas?" tuding saya padanya.

"Loh, bapak anggap saya calo, saya ini petugas yang mau bantu,
dilindungi peraturan pak." elaknya

"Kalau bapak mau membantu, cara bapak menegur, menarik paksa itu
sebanding dengan calo pak!"

"Anak anak yang bandel ya harus digituin pak, diatur gak mau!"

"Pak, sepanjang perjalanan dia dari Polandia, Frankfurt, Dubai sampai
Jakarta wajah takutnya cuma ketika sampai Jakarta, kenapa?, karena dia
merasa ada ancaman dikampungnya sendiri, di negeri sendiri …aneh gak
menurut bapak?"

"Mereka kan orang kampung, masuk kekota gak diapa apain saja takut."

"Pak…di Frankfurt, Warsawa, Dubai, Jeddah, Riyadh mereka gak 
takut,
lebih modern dan besar mana kota-kota itu sama Jakarta..?"

"Bukan urusan saya pak ..pokoknya anak ini harus ikut saya, itu.
peraturannya biar mereka aman, tugas saya hanya sweeping mereka !"

"Yang di sweeping itu kan mestinya calo dan agen liar, bukan TKW nya,
bapak kayak memburu pendatang haram saja, kayak pasukan RELA nya
Malaysia, padahal ini kampung mereka pak..kasihan."

"Bapak pejabat dari mana sih..kalau perlu saya ketemukan dengan
pejabat
 yang atur ini semua?"

"Bapak juga namanya siapa, ada kartu pengenalnya nggak, saya ini
bukan. pejabat pak, Cuma warga biasa?" Saya balik bertanya.

"Ini nama saya !" dia menunjuk dada kanannya bertulisan huruf bordir
yang tertulis namanya.

"Ok… Saya gak coba langgar aturan, aturan itu dibuat untuk bikin
nyaman
 dan gampang mereka. Saya Cuma mau pastikan saudara saya ini
aman sampai
 Jogja." Pinta saya, menghindari perdebatan.

"Bapak gak perlu urusan mereka mau aman apa nggak, kita orang yang
pastikan itu."

"Nggak bisa begitu, itu urusan saya juga. Suryati ini saudara saya
juga, begitu juga TKW lainnya yang nggak bareng saya, saya akan ikuti
mobil yang jemput mereka, sampai terminal satu. Setelah beres nanti,
urusannya baru selesai."

"Jadi bapak nggak percaya dan mau ketemu sama pejabatnya yang ngatur."

"Kalau bapak mau ketemukan saya juga mau pak..silahkan, yang penting
Suryati aman." Tantang saya.

"Ok..sebelum saya panggil, bapak dari mana dulu?"

"Bilang saja dari keluarga besar Angkatan laut!"
 Sekenanya saya jawab
, entah datang dari mana jawaban itu, melintas saja diotak ini, bapak
saya yang angkatan laut pun sudah pulang ke alam sana belasan tahun
lalu.

Tak lama petugas itu calling ke radio, mundur ke pojok dan lima menit
kemudian kembali kehadapan saya.

"Begini pak, beliau belum bisa kesini, kalau bapak mau ikut proses
antarnya silahkan. Kami niatnya baik pak."

"Saya nggak lihat niat bapak jelek, cara bapak yang jelek. Main
bentak, main tarik, Cuma itu. Saya capek mereka lebih capek. Kalau
saya sampai disini sudah tidak perlu memikirkan kepastian bagaimana
melanjutkan nafkah hidup sebulan lagi nanti sementara mereka gak tahu
mau melakukan pekerjaan apalagi sepulang mereka ini …cukup hormati
mereka, itu cara terbaik porsi kita!"

"Begitu pak ya….Kalau bapak percaya, biar anak ini tetap ikut. saya,
sampai terminal satu."

"Ok, saya percaya sama bapak, tapi saya akan monitor ke suryati gimana
prosesnya."
Petugas setuju, anehnya justru ia memberi hormat ala
militer kapada saya. Aneh. Saya kan gak ngaku anggota angkatan laut,
cuma ngaku keluarga besar angkatan laut..itu saja.

Petugas memberikan identitasnya ketika saya minta.
Saya panggil
suryati, saya minta nomor HPnya, masih Nomor Eropa, lalu
 saya
pastikan ia untuk ikut petugas. 
Dengan cara lembut si petugas
mempersilakan suryati ikut, saya tegaskan kepada
 petugas untuk titip
TKW satu itu dengan baik dan mohon diperlakukan dengan baik

"SIAP pak..!"

Setengah jam berlalu, saya melintasi Serpong menuju rumah, tiba tiba
dering SMS dari HP 
berbunyi. Disana tertulis message dari "SURYATI
TKW""

"PAK ARY , TERIMA KASIH BANYAK , SAYA DIPERLAKUKAN DENGAN SANGAT BAIK,
RAMAH DAN SOPAN SAMA PETUGAS, TIDAK ADA BIAYA APA-APA YANG
DIMINTA…GRATIS, ALHAMDULILLAH ! SAYANGNYA YANG LAIN NGGAK KETEMU ORANG
KAYAK BAPAK ..JADI MEREKA
 NGGAK GRATIS, SEMOGA ALLAH MEMBALAS
KEBAIKAN BAPAK. SALAM , SURYATI."

Alamak!!! Maafkanlah bangsamu ini wahai pahlawan devisa!

- Catatan May 2010-

From the desk of Aryadi Noersaid (AN)

Monday, March 12, 2012

Tiga Hari di Merauke

"Pak.....pak....", suara pelan Bu Majinur dan sentuhan tangannya ke kakiku sontak membuat aku terbangun. Kadispenda Kabupaten Merauke tersebut segera menunjuk ke arah jendela pesawat di sisi kanan kami. Di luar jendela pemandangan pulau paling Timur Indonesia mulai nampak. Aku beruntung, cuaca lumayan cerah. Sejauh mata  memandang hanya warna hijau yang terlihat. Bila pun terdapat warna coklat yang meliuk-liuk itu adalah sungai-sungai yang membentang di pulau Papua.
Sebenarnya, mataku masih sulit ku buka. Demi menghormati orang yang mengundangku ke bumi Papua ini, kupaksakan untuk melihat pemandangan di bawah sana dari balik jendela pesawat. Kucermati pemandangan tersebut dengan rasa syukur karena baru kali ini aku akan menginjakkan kaki di bumi Papua. Kulirik bangku sebelah kiriku. Temanku Heru Supriyanto nampak masih terlelap. Perjalanan malam Jakarta-Merauke ini memang sangat melelahkan. Meninggalkan bandara Soekarno-Hatta pada pukul 21.30 WIB, pesawat tiba di Merauke sekitar pukul 04.30 WIB atau 06.30 WIT setelah sempat transit 40 menit di bandara Sultan Hasanuddin, Makassar.
Total perjalanan malam hingga pagi hari itu hampir 7 jam. Wuiiihh....belum pernah aku melakukan perjalanan udara selama itu. Perjalanan udara terlama yang pernah kulakukan hanyalah Jakarta-Manado yang memakan waktu 3 jam pada penerbangan nonstop.

Pesawat milik BUMN "dhuafa" ini akhirnya mendarat mulus di bandara Mopah diiringi hujan gerimis. Ruapanya di sini, cuaca begitu cepat berubah. Cuaca yang  kulihat dari balik jendela pesawat tadi begitu cerah, kini berubah mendung. Tak lama sesudah kami memasuki ruang kedatangan di bandara kecil tersebut, hujan deras pun turun. Mopah adalah sebuah nama tempat di Merauke, kota paling Timur di Indonesia tempat terbit matahari pertama di bumi Indonesia.

Sabtu malam, 10 Maret 2012, aku dan teman kantorku, Heru Supriyanto, memenuhi undangan Bupati Merauke untuk memberikan pelatihan tentang Penilai PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan bagi pegawai  pemda tersebut. Malam itu kami berangkat bersama Kadispenda Kabupaten Merauke, Ibu Majinur, dengan menumpang maskapai Merpati. Kabarnya hanya maskapai ini yang masih setia melayani jalur penerbangan di wilayah Timur. Mungkin itu yang menjadikan Meneg BUMN, Dahlan Iskan, mencoba mempertahankan BUMN yang masih dalam kategori sekarat ini.

Merauke tidak asing di telingaku dan juga telinga anak-anak Indonesia. Sejak SD kami sudah diperkenalkan dengan nama itu. Bahkan sebuah lagu yang berbait "dari Sabang sampai Merauke...." digunakan untuk menunjukkan batas Barat dan batas Timur wilayah Indonesia. Selain itu aku pun mengenal tentang kota ini dari salah satu atasanku yang tahun 80-an bertugas di sini.
Kini, minggu pagi ini, akhirnya aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri "keindahan" kota kecil yang telah berusia 110 tahun yang berada di ujung Timur Indonesia. Papua.....oh.....Papua.....

Minggu pagi itu kami menginap di hotel Swiss-Bel yang baru saja beroperasi sebulan yang lalu di kota tersebut. Untung, begitu pikirku. Karena kalau tidak, kami bakal menginap di hotel kelas melati hehehehe. Pasalnya, tidak ada hotel lain yang berbintang selain hotel ini. Walhasil, aku bisa merebahkan tubuhku di kamar yang nyaman untuk menghilangkan pegel-pegel yang menyerang tubuhkan akibat duduk berjam-jam sambil terkantuk-kantuk. Setelah mandi dan sarapan, aku pun tertidur pulas untuk membayar rasa lelah akibat  duduk berjam-jam sambil menahan ngantuk selama di pesawat.

Pukul dua siang waktu setempat kami dijemput kembali oleh pihak Pemda. Kali ini staf bu Majinur yang menjemput kami, Pak Rahman dan Pak Karel. Keduanya adalah kepala bidang di dispenda.
Setelah menyantap makan siang, selanjutnya kami menuju distrik Sota untuk melihat tugu perbatasan antara Papua dengan Papua New Guini. Sepanjang perjalanan kami bercerita banyak hal. Dari sana kami tahu bahwa Pak Rahman dan Pak Karel ini bukan penduduk asli Merauke. Mereka pun pendatang asal Maluku yang telah cukup lama bermukim di Merauke. Bahkan Pak Karel lebih banyak menghabiskan waktunya di Jakarta sebelum akhirnya memilih menjadi PNS Pemda Merauke.
(to be continued)