Wednesday, March 27, 2013

Tak ada Judul

Sejak postingan terakhir (Agustus 2012), aku hanya sempat menyambangi situs ini beberapa kali tanpa punya kesempatan (dan juga keinginan :D) untuk meng-update content blog ini.
Selain karena malas dan disibukkan oleh tugas rutin dan tugas sampingan lainnya, juga karena ada beberapa blog yang aku kelola.
Bahkan di tempat tugasku yang baru membuat aku harus fokus pada pekerjaan karena banyak sekali pekerjaan yang harus segera diselesaikan menjelang akhir tahun anggaran. Selain itu, aku juga dilibatkan oleh unit lain untuk membantu tugas-tugas mereka.
*
Selama tiga bulan menjelang akhir tahun 2012 aku bahkan lebih banyak berada di luar kantor. Tidak hanya itu, aku sempat "berkelana" dari satu kota ke kota lainnya. Kota-kota yang aku kunjungi dalam rangka tugas di antaranya adalah Jogja (sebanyak 3x), Pekanbaru, Pontianak, Makassar, Bandung, dan Bogor.
Cukup melelahkan dan menyita waktu, tapi sekaligus menyenangkan. Kenapa? Selain bisa bepergian menghilangkan penat dari rutinitas kantor, juga......dapet penghasilan tambahan hehehehe.
*
Bidang tugas ku yang baru cukup menantang sekaligus memberi nuansa dan pengalaman baru bagiku. Di sini aku jadi semakin tahu tentang bagaimana proses pembuatan Tes Potensi Akademik, Tes Bahasa Inggris, dan Assessment Center. Di tambah, juga jadi tahu bagaimana proses pelaksanaan dan pengevaluasian Psikotes.
Di antara berbagai tes tersebut, yang paling menarik adalah assessment center dan psikotes. Dua tes tersebut menjadikan aku semakin paham dengan bagaimana para asesor menyusun alat asesmen, melakukan asesmen, dan memberikan penilaian terhadap pegawai yang di ases. Untuk psikotes, aku juga jadi tau bagaimana para psikolog bekerja dalam "menentukan nasib orang lain".
Kusebut menentukan nasib orang lain, karena psikotes menjadi faktor penentu bagi seseorang apakah ia memenuhi kualifikasi atau tidak dalam rangkaian tes yang diikutinya.
Contoh, pada proses penerimaan mahasiswa program beasiswa, para kandidat diwajibkan mengikuti rangkaian tes berupa TPA, TBI, dan Psikotes. Nah, bisa saja nilai yang diperoleh kandidat untuk TPA dan TBI tinggi sekalipun namun "fail" di psikotes maka dapat dipastikan kandidat tersebut tidak akan lolos dalam kualifikasi tersebut!
*
Aku jadi teringat sekian tahun silam saat aku mengikuti tes penerimaan program beasiswa untuk tugas belajar ke luar negeri. Saat itu nilai TPA ku masuk dalam kategori tertinggi di antara peserta tes yang ikut. Nilai TOEFL ku pun di atas nilai minimum. Namun, ternyata aku tidak dipanggil untuk mengikuti tes wawancara. Saat kutanya mengapa aku tidak dipanggil tes, jawaban panitia saat itu, "kalau tidak dipanggil wawancara berarti kamu nggak lulus psikotes." Huks...padahal tidak pernah ada pengumuman tentang hasil psikotes saat itu! Dan kesan yang ada di zaman itu, psikotes bagai barang haram yang tidak boleh diumumkan. Sangat rahasia!!! Tidak ada transparansi!!!
Kegagalan ku di tahun pertama ikut tes tersebut tidak menyurutkan ku untuk mengikuti tes yang sama untuk program yang sama di tahun berikutnya. Hasilnya? Kembali mengecewakan! Aku dinyatakan tidak lulus kembali. Dan penyebabnya sama: psikotes!!
Dendam kesumat tumbuh dalam diriku dengan tes yang menurutku sangat subjektif ini!! Bagaimana mungkin seseorang mampu "menduga" kemampuan psikis orang lain untuk masa yang akan datang???
Akhirnya, saat itu aku putuskan untuk tidak akan pernah mengikuti tes-tes program beasiswa lagi. Daripada mengecewakan, begitu pikirku. 
*
Nah, setelah beberapa kali terakhirn ini aku melihat bagaimana para psikolog melakukan serangkaian proses pengevaluasian atas hasil psikotes, jujur aku shock! Menurutku, proses yang dilakukan sungguh-sungguh sulit untuk dipertanggungjawabkan. Paling tidak menurutku!
Ya, aku lihat bagaimana hasil jawaban peserta diinput ulang untuk kemudian di-interpretasikan. Pertanyaannya sederhana: apakah dijamin saat menginput ulang semua jawab yang diinput tidak salah???
Selain itu, bagi aku yang awan, "cara" menginterpretasikan nya pun sungguh-sungguh sulit dipahami. Sepertinya memang hanya bisa dipahami oleh para psikolog sendiri!! Menurutku, mereka "hanya" melihat "keterkaitan" jawaban peserta di beberapa jenis tes yang mereka lalui....!
Kalau seperti ini, tentu saja para psikolog akan dengan mudah lulus dari tes-tes seperti ini bila mereka mengikuti serangkaian tes untuk suatu program tertentu!
Kenapa? Ya, karena mereka sudah tau "pola" jawabannya!!!
Namun, sudahlah....! Secara pribadi aku masih mempertanyakan "validitas" tes ini sebagai alat ukur! Sayangnya, banyak pihak menjadikan alat ini sebagai salah satu saringan utama dalam serangkaian tes! Yang lebih menyedihkan lagi, banyak sekali orang mempercayai bahwa tes ini adalah tes yang valid untuk menyaring peserta tes!!!
*
Tahun ini aku mendengar kabar bahwa unit kerjaku akan dilikuidasi. Alasannya, karena sudah tidak sesuai dengan semangat pembentukannya dahulu. Struktur organisasi akan disamakan dengan struktur organisasi lainnya yang ada di tempat kerjaku. Hal ini, buatku tidak masalah! Toh selama ini aku memang hanya tinggal mengerjakan apa yang seharusnya kekerjakan. Selain itu, tidak!
Berbeda dengan beberapa tahun lalu. Semangat pembaruanku begitu tinggi. Aku begitu loyal pada organisasi. Aku tidak bisa membiarkan setiap organisasiku berjalan di tempat. Apalagi kalo underperform!
Selalu ada saja hal-hal yang akan aku lakukan untuk memperbaiki sistem kerja agar mengarah ke hal yang lebih baik!
Kini, semangatku sudah berbeda! Aku sudah tidak lagi terlalu loyal dengan organisasiku. Aku hanya doing business as usual! Alasannya, demotivasi!
Namun demikian, setiap tugas yang dibebankan selalu kulakukan dengan usahaku yang terbaik. Bagi sebagian orang, usaha seperti itu saja sudah luar biasa! Mereka masih menganggap kinerjaku sangat bagus. Padahal, dalam diriku kukatakan bahwa semua itu kulakukan tidak dengan sepenuh hati!
*
Aku lebih banyak mengurusi diriku sendiri saat ini. Maksudnya, aku sudah mulai self oriented! Aku sudah mulai memikirkan bagaimana masa depanku nantinya? Aku sudah tidak mau lagi mengandalkan kondisi kantor. Kantor bagiku hanyalah status! Penghasilan yang kuterima tiap bulan kuanggap sebagai kompensasi logis dari apa yang kulakukan selama ini. Aku sudah mulai banyak mencari peluang dan tantangan di tempat lain, selama masih bisa "kuatur" jadwal kantor rutin ku tersebut.
Aku mulai berfokus pada aktivitas-aktivitas yang menghasilkan pundi-pundi keuanganku. Aku ngajar di beberapa tempat. Aku mulai berbisnis. Aku mulai mengembangkan usaha perusahaan kawanku, dan bahkan terlibat dalam usaha tersebut!
Tiap hari yang kupikirkan adalah memikirkan potensi-potensi usaha yang bisa kulakukan. Belum semuanya terrealisasi. Kendalanya: dana!
Tapi, paling tidak, aku sudah mulai membidik pontensi-potensi usaha yang bisa kulakukan bila nanti aku memiliki dana menganggur!
*
Untuk mendukung angan-anganku itu, aku berharap bisa beralih profesi dari struktural ke jalur fungsional. Di tempatku bekerja, jabatan fungsional adalah widyaiswara. Pengajar diklat!
Jabatan ini sudah lama aku idam-idamkan. Sejak tahun 2009, seingatku!
Tahun itu aku sudah mengajukan usul agar aku bisa beralih ke fungsional kepada atasanku saat itu. Sayang, usulanku ditolak dengan alasan aku harus mencari pengalaman terlebih dahulu sebanyak-banyaknya di jalur struktural!
Akhirnya aku mengalah dan menyetujui alasan yang disampaikan atasanku saat itu. Sayangnya, hingga saat ini (belasan tahun kemudian) aku masih "terperangkap" di jalur struktural! Hiks....
Tahun ini sebenarnya ada kabar menggembirakan. Akan ada penerimaan widyaiswara. Aku pun sangat ingin mendaftar. Sayangnya, saat keinginan ini ku utarakan kepada atasanku, beliau menolak! Alasannya klasik. Aku masih dibutuhkan, katanya! Huks betapa sedihnya.........
Tapi aku tidak akan patah semangat. Bila pengumuman tersebut telah dilayangkan, aku akan datang khusus ke atasanku agar beliau berkenan mengizinkanku untuk ikut mendafar..... Semoga!!!!