Wednesday, July 31, 2013

Inspirasional

Kiriman dari seorang sahabat:
Tian zhi di zhi ni zhi wo zhi 
(天 知 地 知 你 知 我 知/Langit Tahu, Bumi Tahu, Kamu Tahu, Saya Tahu)

Pada jaman dinasti Han Timur, hiduplah seorang pejabat tinggi yg bernama Yang Zhen (杨震).Yang Zhen adalah seorang yg memiliki pengetahuan luas, dalam keseharian bersikap jujur & tulus.
Suatu ketika, Yang Zhen hendak melakukan perjalanan dinas, kebetulan melintasi kabupaten Chang Yi (昌邑县). Bupati kabupaten Chang Yi bernama Wang Mi (王密). Yang zhen adalah orang yang merekomendasikan kepada raja agar Wang Mi menjadi bupati di daerah tersebut.
Wang Mi orangnya cekatan; serba bisa, merupakan teman dekat yang Zhen.Yang Zhen datang, sudah selayaknya Wang Mi menjamu dengan penuh keakraban. Tetapi Yang Zhen tidak berkenan terlalu merepotkan sahabatnya ,karena itu setelah jamuan santap malam segera pamit untuk beristirahat.

Tidak disangka saat tengah malam, Wang Mi diam-diam pergi menemui Yang Zhen.Wang Mi membawa sejumlah barang berharga untuk dihadiahkan kepada yang Zhen.
Wang Mi berkata, "terima kasih, atas rekomendasi dari anda barulah saya dapat menjabat sebagai seorang bupati."
Tetapi Yang Zhen tetap bersikukuh untuk tidak menerima hadiah tersebut, dia berkata kepada Wang Mi, "saya merekomendasikan kamu karena kemampuan kamu, bukan karena ingin dapat imbalan dari kamu.
Kamu berbuat demikian, jangan sampai terlihat oleh orang lain, sangatlah tidak baik bagi kita semua.
Wang Mi lantas berkata, "sekarang adalah tengah malam, tidak akan ada orang tahu jika saya memberi hadiah kepada kamu, terimalah hadiah ini."
Setelah mendengar itu semua, Yang Zhen dengan nada tinggi menjawab, "langit tahu, bumi tahu, kamu tahu, saya tahu, bagaimana bisa disebut tidak ada orang tahu?"
Wang Mi mendengarkan sambil menyesali, sibuk meringkas kembali hadiah yg akan diberikan,menundukkan kepala undur diri.

Andaikan semua orang bisa menghayati cerita ini tentunya negara kita bisa selangkah lebih maju, para pejabat ketika menjabat lebih memperhatikan rakyat daripada memikirkan kembali 'modal'. Dalam hidup seseorang pasti memperoleh banyak jasa dari pihak lain, memang perlu untuk berterima kasih, tetapi cara menyampaikannya harus tepat dan bijaksana.
Dalam kisah diatas adalah lebih baik bagi Wang Mi untuk menjaga kepercayaan atas kedudukan yg diembankan daripada memberi hadiah kepada Yang Zhen, semisal memajukan pembangunan di daerahnya.

Monday, July 29, 2013

Mengunjungi Manado (kembali)....

Agak terlambat menulis tentang hal ini sebenarnya. Karena kunjunganku ke Manado, kota seribu gereja, ini adalah minggu lalu.Ya, minggu lalu aku berkesempatan melihat-lihat kembali ibukota Sulawesi Utara ini. Kota dimana aku pernah bermukim selama hampir 4 tahun karena menjalankan tugas.

Kedatanganku kali ini ke Manado pun karena tugas kantor. Bedanya, kali ini hanya tugas singkat saja.
Jadwal kebarangkatanku dari Jakarta di tiket penerbanganku adalah Jumat, 19 Juli 2013 pukul 18.30 WIB.
Jumat pagi aku masih menyempatkan diri datang ke kantor di bilangan Kebayoran Baru. Setelah sholat Jumat aku segera menuju lokasi kantor ku lainnya di bilangan Bintaro. Dan menjelang pukul 3 sore aku pun segera pulang ke rumah untuk bersiap diri.

Selepas ba'da Ashar dengan diboncengi istriku aku berangkat menuju lokasi pangkalan taksi. Dari sana aku pun segera meluncur ke bandara. Sayang, jalan yang sudah kupilih ternyata macet total. Tidak seperti biasanya. Aku tersadar bahwa hari ini adalah Jumat. Ditambah lagi dengan bulan puasa. Biasanya menjelang sore, selama bulan puasa, banyak sekali warga yang menghabiskan waktu di jalan-jalan untuk menunggu saat berbuka. Walhasil, jalan-jalanpun padat!
Kuberi aba-aba kepada pak supir untuk mencari jalan lain meskipun aku tidak yakin jalan lainnya pun tidak macet. Dan benar saja, jalan lain yang kami pilihpun macet!!! Gubrak!
Karena tak berdaya, taksi pun hanya bisa mengikuti arus lalu lintas yang ada. Bila biasanya di jalan tersebut tersendat sekitar 5 menit, kali ini tersendatnya bisa mencapai 15-30 menit! Ampun dech!
Aku pun hanya bisa pasrah meskipun ada rasa was-was takut tertinggal pesawat menghinggapi. Dan rasa was-was itu akhirnya menjadi kenyataan. Aku tertinggal pesawat.
Aku tiba di bandara Cengkareng tepat pukul 18.20. Setelah membayar taksi aku segera ngacir menuju tempat boarding yang cukup jauh (sebelumnya aku sudah check-in online via intenet). Dua kali memasuki x-ray membuatku semakin tersendat.
Lima menit kemudian aku tiba di depan petugas boarding dengan tatapan pasrah. Dan aku semakin pasrah ketika sang petugas mengatakan bahwa baru satu menit yang lalu ada perintah untuk menutup pintu pesawat!

Tak ada jalan lain, karena aku harus menjalankan tugas di Manado untuk sabtu dan minggu, aku segera mencari tiket pengganti. Alhamdulillah masih ada seat untuk penerbangan esok pagi.
Setelah mencari makan (karena aku tak sempat berbuka puasa, hanya sekedar meneguk sedikit air) aku segera mencari taksi kembali menuju rumah yang lokasinya lumayan jauh. Apa boleh buat.

***
Pagi-pagi setelah makan saur aku memacu mobilku menuju bandara. Kali ini bukan taksi sebagai pilihan perjalananku menuju bandara.
Setelah mendapat tempat di parkir inap, aku segera check-in. Kali ini masih jauh dari jadwal boarding. Bahkan aku masih sempat sholat subuh berjama'ah di bandara.
Perjalanan menuju Manado melalui kota Makassar. Perjalanan ini menempuh waktu sekitar 2 jam. Kami transit cukup lama di bandara Sultan Hasanuddin yang cukup megah ini. Sekitar 45 menit. Para penumpang diharuskan turun dan menuju terminal bandara. Aku pun menyempatkan diri berjalan-jalan sepanjang koridor sambil menikmati barang pajangan yang dipampang di setiap gerai. Tak ada niat membeli. Selain karena harga pasti lebih mahal dibanding bila kita membeli di kios luar bandara juga karena tak ada barang yang aku minati.
Perjalanan menuju Manado ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam dari Makassar. Karena sedang berpuasa, semua hidangan yang diberikan oleh pramugari selama penerbangan terpaksa ku tolak.
Tiba di Manado rekan-rekan kantor yang bertugas di sana telah menjemput ku. Kami segera menuju lokasi kantor untuk melihat persiapan mereka terkait ujian saringan masuk yang akan dilaksanakan esok hari. Dan setelah yakin tak ada masalah, aku pun menuju hotel tempat menginap dengan diantar sahabat baikku, Wilson Lupa. Mobil dinas telah dipasrahkan kepada ku oleh kepala kantor selama aku berada di kota ini.

Setelah check-in di hotel Swiss-bell Maleosan, aku hanya menaruh tas bawaanku dan menunaikan sholat. Setelah itu ku minta Wilson untuk mengantarku keliling kota Manado yang katanya sudah banyak perubahan.

***
Benar saja! Manado benar-benar berubah! Sangat berbeda ketika aku menginjakkan kaki untuk pertama kali di awal tahun 2012. Ya ternyata 11 tahun adalah waktu yang cukup untuk mengubah wajah kota ini. Bila dulu di sepanjang jalan Boulevard atau jalan Piere Tendean hanya dihiasi dengan gemuruh ombak pantai, kini wajahnya terang benderang karena di sepanjang jalan tersebut (yang dahulunya adalah pantai) berdiri tegak bangunan-bangunan ruko, hotel, dan mall. Luar biasa! Hingar bingar kendaraan dan orang yang berlalu lalang pun semakin terlihat sesak!
Oh Manado, engkau telah terlihat berbeda kini. Wajah mu yang dahulu ndeso kita telah nampak menjadi kuto! Sungguh aku tak lagi mengenalmu....






Friday, July 12, 2013

Micro Finance Training of Trainer, batch 9

Ahai.....ikutan diklat lagi....!
Dua minggu lalu aku baru saja mengikuti pelatihan Municipal Finance yang dilakukan menggunakan video conference. Dan kemarin, aku mengikuti pelatihan dengan model yang sama namun tema berbeda.
Perbedaan lainnya, Municipal Training dilaksanakan full selama satu minggu. Sedangkan Micro Finance dilaksanakan selama 6 bulan dengan skema pembelajaran jarak jauh alias Distance Learning Course.
Tatap muka melalui video conference dilakukan sebanyak 4 kali. Sisanya dilakukan secara mandiri. Kita tinggal mengikuti tutorial yang diberikan melalui sebuah situs, yaitu: http://jointokyo.org

Materi yang diberikan adalah hal baru bagiku. Meskipun aku sudah sering mendengar tentang micro financing, khususnya ketika seorang bankir di Bangladesh yang berhasil mendapat hadiah nobel karena keberhasilannya mengembangkan usaha perkreditan bagi kaum miskin di sana dengan mendirikan Grameen Bank.

Pertemuan pertama video conference agak menjemukan. VC dilakukan selama 3 jam saja. Mulai pukul 14.00 s.d. 17.00. Peserta pelatihan berasal dari beberapa negara, melalui sistem GDLN, yaitu Jepang, Indonesia, India, Nepal, dan Uganda. Pemberi materi berada di Jepang.

Masih ada 3 pertemuan lagi melalui VC. Selebihnya kami harus belajar mandiri dengan membaca modul dan mengerjakan soal latihan yang diberikan dan mengirimkannya via email.
Semoga aku bisa melaluinya dengan baik....

Marhaban Yaa Ramadhan..... 2013

Alhamdulillah aku dan keluarga masih dipertemukan kembali dengan bulan yang penuh berkah ini. Sebuah anugerah kenikmatan yang tak bisa dibiarkan berlalu begitu saja. Sebuah kepercayaan dari Sang Khalik kepada hamba Nya untuk berbuat yang terbaik selagi hayat di kandung badan.
Hari ini adalah hari ketiga berpuasa. Ada beberapa sahabat kami, kaum Muhammadiyah, yang telah memulai puasa 4 hari lalu. Perbedaan seperti ini adalah hal lumrah yang sering terjadi. Perbedaan keyakinan dalam penentuan awal bulan yang disebabkan perbedaan metode yang dipakai.

Bagi kami puasa tahun ini tidak berbeda dengan tahun lalu. Kami selalu menjalani dengan senang hati. Terlebih anak-anak kami, kecuali si kecil yang masih berusia 6 tahun, sudah dibiasakan oleh sekolah mereka untuk menjalankan puasa di hari-hari tertentu.
Satu hal saja yang membedakan dengan puasa 3 tahun terakhir ini, yaitu kami berpuasa di tempat tinggal kami yang baru. Bukan di rumah dinas lagi. Otomatis, lingkungan pun baru.

Di hari pertama dan kedua kami berusaha untuk bisa melakukan shalat tarawih berjamaah di rumah. Demikian pula saat subuh menjelang. Aku sadar, dengan kesibukan ku, jarang nantinya aku bisa sholat berjamaah bersama mereka.
Ingin rasanya dalam bulan ini kesibukan ku aku kurangi. Sayangnya, sebagai seorang kuli, aku tak bisa membuat sendiri jadwal kerja ku. Semua jadwal kerja sudah ditetapkan oleh si pemberi kerja. Aku tinggal melaksanakannya saja.
Seandainya aku adalah seorang pengusaha, mungkin akan ku kurangi aktivitas ku di bulan ini. Dan lebih banyak menjalankan ibadah-ibadah yang disunnahkan.

Oh ya, selama di bulan puasa ini , entah mengapa, aku lebih senang mengonsumsi salad buah daripada makanan lainnya. Awalnya, aku hanya ingin mengonsumsi salad buah saat makan sahur dan berbuka puasa. Namun istriku mengingatkan bahwa tubuh kita juga butuh karbohidrat lho.
Alhasih, ya masih kemasukan nasi dan lain-lain dech.... Padahal, selain karena sedang senang dengan salad buah, aku juga bermaksud untuk bisa mengecilkan ukuran lingkar pinggang ku hahahaha....

Thursday, July 04, 2013

Abepura, Jayapura

Sungguh perjalanan yang sangat teramat melelahkan. Rasanya, lebih melelahkan dari perjalanan ke Australia ataupun ke Belanda sekalipun di tahun lalu.
Waktu tempuh kali ini "hanya" sekitar 10 jam. Hampir sama dengan perjalanan menuju Melbourne dan lebih pendek bila dibandingkan dengan perjalanan menuju Belanda. Namun perjalanan Jakarta-Bandara Sentani Jayapura terasa melelahkan akibat transit di 3 kota: Denpasar, Makassar, dan Timika, sebelum berakhir di Sentani, Jayapura.

Skedul penerbangan, seperti biasanya: tidak on schedule! Maskapai penerbangan milik pemerintah yang menyatakan dirinya sebagai maskapai domestik terbaik di kawasan asia ini tetap saja tidak bisa memenuhi skedul yang ditetapkannya sendiri. Alasannya klasik. Bila tidak karena akibat tertundanya kedatangan pesawat dari penerbangan sebelumnya, alasan lainnya adalah karena padatnya traffic di bandara Jakarta. Alasan kedua sangat masuk akal bila ketertundaan tersebut terjadi di Jakarta. Mengingat traffic penerbangan di Jakarta memang sangat padat! Alasan pertama akan lebih masuk akal bila diajukan dalam penerbangan selain dari bandara Jakarta. Huf apapun alasannya, tetap saja terlambat alias ngaret! Bosan telinga ini mendengar awak kabin yang selalu meminta maaf atas keterlambatan tersebut saat penumpang sudah berada di dalam pesawat dan siap untuk melakukan penerbangan.

Minggu sore, 30 Juni 2013, menjelang magrib aku tiba di Bandara Soekarno Hatta dengan menumpang sebuah taksi. Sebelumnya, aku sempat diantar istriku dengan sebuah motor dari kediaman kami di Pondok Aren hingga perempatan Ciledug Raya. Hal ini kami lakukan demi memangkas waktu tempuh. Maklum, dari rumah kami hingga Ciledug pada sore hari jalanan sangat padat. Dari pada terlambat sampai di Bandara mending pangkas waktu make motor dulu hehehehe. (makasih ya istriku yang sudah mau mengantar dalam gerimis ria)

Kali itu istriku memang tidak mengantarku dengan mobil hingga ke bandara. Biasanya ia dan anak-anak mengantar aku hingga ke bandara. Itung-itung sambil jalan-jalan! hehehe. Nah, karena skedul keberangkatanku adalah sore hari dan karena istriku belum terbiasa menyetir di malam hari maka kami putuskan aku cukup di antar dengan motor sampai di suatu tempat yang akan ada taksi lewat.
***

Saat tiba di bandara, seorang temanku, Dani, sudah lebih dulu berada di sana. Kami memang mendapat tugas yang sama yaitu ke kota Jayapura di Papua. Selain kami berdua, ada pula satu orang rekan lain dari Setjen yang ikut bersama kami, yaitu Mas Vinaldo.

Setelah check in kami menuju ke sebuah kafe untuk menunggu jadwal keberangkatan yang masih cukup lama. Di sana kami bertemu dengan dua orang rekan lainnya yang akan menuju kota Wamena. Mereka menggunakan pesawat yang sama menuju Jayapura. Dari sana nantinya mereka akan melanjutkan perjalanan kembali dengan sebuah pesawat kecil menuju Wamena, sebuah kota kecil di pegunungan Jayawijaya.

Kurang lebih lima belas menit menjelang waktu boarding kami menuju ruang tunggu. Saat melewati meja petugas, mata kami tertuju pada sebuah running text berwarna merah yang ada di meja petugas. Kami pun terkejuut! Kami yang mengira bahwa rute penerbangan menuju Jayapura hanya akan singgah satu kali yaitu di Makassar, ternyata mendapati tulisan dalam running text tersebut bahwa rute kami adalah: Jakarta-Denpasar-Makassar-Timika-Jayapura! Hadeh!! Tepok jidat!

Bagi kami yang sudah terbiasa menumpangi pesawat terbang, rute seperti itu adalah rute yang tidak menyenangkan. Selain melelahkan, juga karena dipastikan banyak sekali waktu yang terbuang. Bayangkan, setiap kali akan landing saja dibutuhkan waktu setidaknya 20 menit. Saat berada di ground, waktu yang diperlukan untuk menurunkan penumpang, membersihkan kabin, menaikkan penumpang, waktu tunggu izin take off bisa sekitar 1 jam! Nah, dengan tiga kali transit, itu artinya kami membuang waktu 3 jam! Walhasil, badan kami pegal-pegal selama penerbangan tersebut. Kegiatan rutin yang kami lakukan adalah: membaca koran dan majalah, menyantap makanan yang disajikan, mendengarkan musik atau menonton film dari layar LCD mungil yang di tempatkan di balik sandaran kursi, dan tentu saja tidur sebisanya!
Pemandangan berupa awan yang berarak baru menemani perjalanan saat kami akan tiba di Timika. Sebuah kota kecil yang terkenal dengan aneka tambang yang di eksplor oleh PT Freeport.
Jujur, pemandangan di bawah sana (bumi Papua) memang indah. Gerombolan pohon-pohon hijau terhampat begitu luasnya. Liukan sungai menambah keindahan panorama tersebut.
***


Kami tiba di bandara Sentani menjelang pukul setengah sepuluh pagi waktu setempat (selisih 2 jam lebih awal dari waktu di Jakarta). Kami take off dari Jakarta sekitar menjelang pukul 10 malam waktu setempat di hari sebelumnya. Itu artinya perjalanan kami adalah kurang lebih 10 jam!

Badan terasa lelah benar. Aku yang tidak terbiasa tidur dalam posisi duduk tentu saja merasa semakin menderita dengan penerbangan kali ini. Ingin rasanya segera merebahkan badan.
Di bandara Sentani kami di jemput oleh staf UP4B yang menjadi penanggung jawab kegiatan penerimaan mahasiswa baru STAN khusus bagi warga Papua dan Papua Barat. Ya kedatangan kami ke bumi Cendrawasih adalah untuk menyelenggarakan ujian saringan masuk bagi lulusan SMA sederajat di sana. Dan....ini adalah kali keduaku menginjakan kaki di pulau yang cantik ini.
Akhir tahun 2011 lalu aku berkesempatan mengunjungi kota Merauke, kota yang tercatat sebagai kota paling Timur Indonesia.
Bila Jayapura berada di Utara pulau Papua, maka Merauke berada di sebaliknya, di Selatan pulau.
Meski lelah tetap terbesit keharuan dan kegembiraan karena bisa menginjakkan kaki kembali di tanah Papua.
***

Ternyata, penyelenggaraan ujian tidak dilaksanakan di kota Jayapura, melainkan di kota kecil Abepura. Kota ini berada di pinggir kota Jayapura. Jarak dari bandara Sentani menuju Abepura kurang lebih sekitar 25 km.
Setelah meninjau lokasi ujian yang akan dilaksanakan esok hari, kami pun segera check in di sebuah hotel kecil yang ada di kota tersebut: Hotel Matos. Kependekan dari Matoa Square.

Hotel ini relatif bersih. Tarif per malam berkisar Rp450.000 untuk kelas standar, Rp500.000 untuk kelas deluxe, dan Rp550.000 untuk kelas suite. Sayangnya fasilitas wifi tidak tersedia di setiap kamar. Wifi hanya ada di ruang makan saja. Itu pun koneksinya tidak bisa diharapkan.

Jangankan koneksi wifi, koneksi telpon seluler saja sangat tidak ramah di wilayah ini. Kawanku, Dani, sampai harus mematikan dan menyalakan kembali handset-nya untuk bisa mendapatkan sinyal. Namun hasilnya sama saja: sinyal lemot! Bila menerima telpon masuk, suara yang diterima cukup jelas terdengar tetapi lawan bicara mengatakan suara kita terputus-putus saat didengar oleh mereka.
Ya ternyata sinyal kadang datang dan pergi. Handset BB ku kadang tidak berfungsi. Menyedihkan!

Untuk layanan petugas dan kebersihan kamar aku memberi nilai 8 untuk hotel ini. Fasilitas hotel bernilai 6. Dan untuk sajian sarapan bernilai 5!

Kota Abepura adalah kota yang berada di lintasan jalan antara Sentani menuju Jayapura. Trafik kendaraan di sana lumayan padat. Toko, ruko, dan tempat makan pun cukup banyak tersedia.
Dalam bangunan yang sama dengan hotel, terdapat restoran pizza hut. Di sebelah kanan terdapat beberapa tempat makan. Ada rumah makan yang menjual cotto makassar, sea food, dan jenis makanan lainnya. Di seberang jalan bahkan terdapat restoran yang menyajikan masakan Jawa.
Jadi, tidak sulit untuk mendapatkan makanan di sekitar hotel. Untuk harga, menurutku sangat relatif. Tidak terlalu mahal dan juga tidak terlalu murah. Sedang!