Thursday, January 02, 2014

Perubahan batasan PKP

Telah terbit PMK-197/2013 ttg perubahan batasan pengusaha kena pajak dr 600jt menjadi 4,8milyar. Berlaku mulai 1 januari 2013. PMK ini mengubah PMK nomor 68 tahun 2010.
PMK 197 tahun 2013 merupakan penyesuaian dengan PP nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas penghasilan yang diterima WP yang memiliki peredaran bruto tertentu.
Sehingga per 1 Januari 2014, WP yang beromzet kurang dari 4,8 milyar tidak wajib PKP. Karena tidak wajib PKP maka tidak wajib pungut PPN dan berarti tidak wajib pula untuk menyetor PPN.
WP yang beromzet kurang dari 4,8 milyar hanya membayar PPh sebesar 1%.

Sent from Yahoo Mail on Android

Wednesday, January 01, 2014

Akhirnya kutemukan juga desa sentra batik ini....

Setelah nyasar beberapa kali dan bertanya juga beberapa kali pada orang yang kutemui di jalan, akhirnya aku (dengan ditemani oleh keluargaku) bisa mencapai desa di kaki gunung lawu ini. Sebuah desa yang dikenal sebagai sentra batik di daerah Magetan.
Kemarin aku juga mencari desa ini. Hanya saja kemarin aku lebih mengandalkan papan petunjuk yang kuharap ada di sepanjang jalan raya maospati-magetan. Sayang! Tak ada papan petunjuk sama sekali di sepanjang jalan tersebut terkait keberadaan desa sentra batik! Sungguh mengherankan!

Yup mengherankan bagiku. Karena kabarnya desa sidomukti adalah desa yang memopulerkan motif batik khas kota Magetan, yaitu batik pring sedapur (bahasa Indonesia: serumpun bambu).
Bahkan kabarnya, motif ini didukung oleh pemda setempat dan sekitarnya.
Aku sendiri mengenal motif batik ini dan desa pengrajinnya dari peserta lomba karya ilmiah yang diselenggarakan oleh sebuah perguruan tinggi di bilangan bintaro, tangerang selatan. Kebetulan saat itu aku menjadi salah satu panelisnya. Dari beberapa peserta lomba, ada satu peserta yang berasal dari Magetan. Dan mereka mengenalkan produk khas kota mereka yaitu kerajinan kulit dan batik! Dari sanalah aku mengetahui bahwa kota Magetan memiliki motif khas untuk batik.
Sejak itu aku berniat bila suatu ketika berlibur ke kampung halaman leluhurku, aku akan mencari desa pembatik ini.

Akhir tahun ini (2013) aku dan keluarga pulkam alias pulang kampung. Liburan kali ini adalah pengganti liburan lebaran kemarin. Selama liburan lebaran kemarin kami tidak pergi ke mana-mana selain mengunjungi sanak saudara di daerah Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Selebihnya, kami lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Tentu saja aku diprotes oleh anak-anakku. Aku katakan bahwa tugas di kantor tidak bisa kutinggalkan karena banyak sekali pekerjaan yang urgent. Selain itu, rasa malas luar biasa muncul tatkala terbayang betapa arus mudik lebaran sungguh luar biasa macetnya...!

Kami tiba di kampung halaman pada hari kamis minggu lalu (26 Desember 2013). Perjalanan kali ini kami tidak menginap di suatu kota (biasanya kami menginap di Cirebon atau kota lain untuk mengurangi kepenatan selama perjalanan). Meski lelah, kupaksakan untuk bisa mencapai kampung halaman tanpa harus menginap. Istirahat hanya kami lakukan saat waktu makan tiba. Juga saat harus mengisi solar ataupun salah seorang di antara kami harus ke toilet. Perjalanan kali ini kami tempuh cukup lama. Kurang lebih 23 jam! Berangkat jam 9 pagi dan tiba sekitar jam 8 keesokkan harinya.
Normalnya, perjalanan dari Jakarta sampai dengan Madiun/Magetan adalah sekitar 12-14 jam saja. Penyebab keterlambatan kami adalah: kami cukup lama beristirahat di kota Cirebon untuk belanja dan makan malam dan juga ada kemacetan panjang di kota Tegal.

Liburan kali ini kami isi dengan kegiatan yang menyenangkan. Jalan-jalan, makan, tidur, dan berkunjung ke sanak famili serta berziarah ke makam keluarga. Waktu yang ada kugunakan untuk benar-benar me-refresh diri. Nah. Mengunjungi desa sentra batik adalah salah satunya!

Ada rasa kecewa saat tiba di desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kota Magetan ini. Ekspektasiku mungkin terlalu tinggi. Aku membayangkan sebuah desa yang sebagian besar warganya melakukan aktivitas membatik. Nyatanya? Kegiatan membatik hanya dilakukan di balai desa saja. Melihat kenyataan ini, rasanya terlalu berlebihan menurutku bila desa ini disebut sebagai desa sentra batik.

Di balai desa tersebut hanya ada sebuah etalase berukuran kecil yang berisi display kain batik yang mereka buat. Tidak ada display lain semisal baju batik atau kaos batik atau hal-hal lain yang berbau batik.
Di bagian belakang balai desa terdapat ruangan-ruangan yang digunakan untuk mengolah dan membuat kain batik.

Kami membeli beberapa kain yang ada dengan motif berbeda. Harga yang ditawarkan menurutku cukup standar untuk sebuah kain batik tulis.


Powered by Telkomsel BlackBerry®