Friday, October 31, 2014

Selamat Jalan Ibunda Tercinta

Pukul 10.22 wib hape ku berbunyi tanda sebuah sms masuk. Segera kuangkat hape dan kulihat isi pesan tersebut.
Aku masih di atas sebuah bus bersama rombongan keluarga besar kami. Posisi kami masih di jalan raya boyolali.
Adikku mengirim pesan. Ia mengatakan bahwa ibunda kami baru saja selesai dimakamkan.
Ucapan hamdalah segera kupanjatkan sebagai rasa syukur kami karena beliau telah berada di tempat peristirahatannya yang terakhir tanpa halangan berarti. Kemarin sore kami membawanya dengan ambulans dari Sunter, Jakarta menuju kampung halaman di Madiun.

Aku dan keluarga yang lain memang tidak bisa menyaksikan pemakaman tersebut. Namun mendengar beliau telah dimakamkan, hatiku sangat lega.
Sebagian tanggung jawab kami sebagai anak telah tuntas untuk saat ini. Tugas berikutnya adalah selalu mengirimkan doa untuk beliau dan juga ayahanda serta adik kami.

Ibunda kami telah berpulang kemarin pagi. Saat mendapat kabar kepulangannya aku sedang berada di kantor kanwil pajak di bekasi.
Aku sedang memberikan materi pelatihan di sana.

(To be continued)

Di atas bus, 31 Oktober 2014

Sent from Yahoo Mail on Android

Friday, October 17, 2014

Portrait dalam berbagai aktivitas

Ini adalah kumpulan foto yang aku peroleh dari hasil sercing di gugel.
Lumayan buat nambah koleksi hehehee

Bersama Kepala KPKNL Pontianak, Bp Samsudin (September 2014)

Di KPKNL Samarinda (Oktober 2014)

Di KPKNL Semarang bersama Kepala Kanwil dan Kepala KPKNL

di KPKNL Makassar (Oktober 2014)

Pada pembukaan diklat DKK Kreativitas dan Inovasi (2013)

Samarinda dan Balikpapan

Senin, 6 Oktober 2014, lewat pukul 11 siang pesawat yang kami tumpangi mengangkasa menuju bandara Balikpapan. Kali ini aku bepergian dengan 4 orang teman dari Ditjen Kekayaan Negara. Tiga orang wanita dan satu orang laki-laki.
Sudah cukup lama aku tidak ke Balikpapan. Ada rasa penasaran seperti apakah kota ini kini?
Uniknya, beberapa waktu lalu saat aku akan bertugas ke Sidoarjo, aku membayangkan ingin sekali melihat bandara Balikpapan yang saat itu baru saja diresmikan oleh Presiden SBY. Dan kini, harapan itu terwujud.
Menjelang pukul 2 siang waktu Indonesia bagian tengah, kami mendarat di bandara Sepinggan.

Kami tidak memerlukan waktu lama untuk menunggu kedatangan bagasi. Sangat berbeda dengan kondisi di bandara Soekarno Hatta. Pengambilan bagasi membutuhkan waktu yang cukup lama dan menyita kesabaran kita.
Di area luar kedatangan sudah menunggu seorang pegawai KPKNL Samarinda yang memang ditugaskan untuk menjemput kami. Namanya mas Adi.
Kami pun segera meluncur menuju Samarinda.

Perjalanan menuju ibukota Kalimantan Timur ini membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Area yang dilalui berupa jalan lurus yang terkadang berbelok. Sebagian besar kontur tanahnya bergelombang.
Menjelang kota Samarinda ada jalan di tengah hutan yang sangat terkenal, yaitu jalan bukit Soeharto.
Kondisinya mirip-mirip dengan Alas Roban di Jawa Tengah. Bedanya, tidak ada tanjakan terjal. Yang ada hanya jalan berliku dan bergelombang.

Menjelang Isya kami tiba di Samarinda. Kami langsung menuju kantor KPKNL yang terletak di pinggi jalan utama yang berada di pinggir sungai Mahakam.
Kantor ini tidak terlalu besar. Bangunannya pun terkesan sederhana.
Rupanya gedung kantor ini masih berstatus sewa. Sungguh miris! KPKNL yang salah satu tugas utamanya mengurusi aset-aset pemerintah (Barang Milik Negara atau biasa disingkat BMN) ternyata bangunan kantornya masih menyewa!

Sebelum menuju hotel, kami makan malam di sebuah rumah makan sea food yang cukup ramai. Namanya rumah makan BEMO. Singkatan dari Bersih, Enak, Murah, dan Oke!
Begitu melihat ada tom yam di daftar menu, aku segera memesannya.

Kami menginap di sebauh hotel bintang 3: Dragon hotel. Kami menginap di sini karena besok acara in-house training dilaksanakan juga di tempat ini.
Gedung kantor belum memiliki ruang rapat atau aula yang memadai.

Selasa pagi, setelah sarapan aku segera bersiap menuju ruang meeting. Kupersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan pemberian materi hari ini.
Setelah ku cek semua, ada satu yang kurang bagus dari fasilitas hotel ini, yaitu sound system untuk laptop.
Entah pada bagian mana yang rusak, suara yang dimunculkan dari laptop hanya berupa suara mono.

Acara berlangsung satu hari penuh. Peserta pelatihan cukup aktif mengikuti setiap sesi yang kami berikan. Kepuasan setelah pemberian materi tentu saja menjadi hal penting bagi diriku.
Kebersamaan satu hari dengan penuh canda tawa membekas di benakku.
Kondisi yang sama selalu aku alami tiap kali aku mengunjungi kantor-kantor seperti ini.
Sebagian karya teman2 KPKNL Samarinda

Sebagian karya teman2 KPKNL Samarinda

Esok hari, setelah menyempatkan berkeliling kota Samarinda, kami kembali menuju Balikpapan. Kali ini kami dijemput oleh pegawai dari KPKNL Balikpapan yang menyengajakan diri untuk menjemput kami.
Setelah sholat Dhuhur kami meninggalkan kota Samarinda yang panas dan penuh dengan debu.
Kami sempat cukup lama mengantri dalam iringan kendaraan yang akan melintasi jembatan sungai Mahakam.
Jembatan yang lebarnya sekitar 7 meter tersebut membuat setiap kendaraan yang melaju harus rela mengantre. Sepertinya pemda setempat kurang peka dengan kebutuhan jembatan yang lebih besar dan lebih layak mengingat jembatan ini adalah jembatan terdekat yang menghubungkan Samarinda dengan daerah-daerah lain di bagian Selatan, termasuk Balikpapan.
Tak terbayangkan seandainya jembatan ini rubuh. Pastilah ritme lalu lintas barang dan orang akan sangat terganggu.

Di tengah perjalanan kami menyempatkan diri mampir di peristirahatan di dekat bukit Soeharto. Kabarnya, tempat peristirahatan ini memiliki posisi di tengah-tengah antara Samarinda dan Balikpapan.
Papan plang besar tahu Sumedang terpampang di kedua sisi jalan.
Sore itu cukup banyak kendaraan yang mampir untuk beristirahat dan menikmati semilirnya angin di sana.

Menjelang magrib kami tiba di Balikpapan. Kami segera menuju hotel Mega Lestari yang memang sudah di booking kan untuk kami.
Jam delapan malam kami dijemput kembali untuk menikmati makan malam dan keramaian kota minyak ini di malam hari.
Suasana jalan raya cukup ramai karena kebetulan malam itu adalah malam rabu gaul. Sebuah istilah yang sudah digunakan di kota ini cukup lama. Sebuah istilah untuk menyamakan dengan malam minggu sebagai malam berkumpulnya kaum muda mudi.

Malam ini aku sulit tertidur. Padahal sekujur badanku terasa sangat lelah.
Untuk mencari kantuk, kupaksakan menonton sebuah acara TV yang isinya menjemukan.
Tak lama kemudian aku pun terlelap dalam mimpi.

Esok paginya, sebuah dering telpon dari hape membuatku terperanjat bangun!
Saat melihat angka jam pada hape tersebut aku segera melompat dari tempat tidur dan segera menuju kamar mandi.
Ya, aku kesiangan! Kedua telingaku tertutup oleh jin-jin yang membuatku kehilangan untuk menunaikan sholat subuh. Hiks.
Aku bergegas menyikat gigi, mandi, berpakaian, dan merapikan pakaian untuk dimasukkan dalam koper.
Semua kulakukan dengan segera!

Dengan kondisi yang masih menahan kantuk, aku segera mengurus check out dan bergabung dengan teman-teman ku yang sudah menunggu ku cukup lama.
Tanpa sarapan pagi, aku dan teman-teman segera meluncur menuju kantor KPKNL Balikpapan yang letaknya tidak terlalu jauh dari hotel.

Seharian aku memberikan materi yang sama dengan materi yang kuberikan pada teman-teman di Samarinda.
"Sentuhan" saja yang kubedakan. Karena "sentuhan" sangat bergantung pada atmosfir yang ada di masing-masing kantor.
Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Meskipun saat di siang hari, bingkai kacamata ku patah.
Di sesi siang hingga sore pandanganku kabur untuk melihat jarak yang hanya 2-3 meter saja.
Tanpa mengurangi semangatku, aku tetap melakukan semuanya secara normal. Seolah-olah aku bisa melihat mereka dengan baik hehehe...
Sebagian karya teman2 KPKNL Balikpapan

Sebagian karya teman2 KPKNL Balikpapan

Sore hari aku dijemput seorang sahabat baikku yang sudah 3 tahun bertugas di Balikpapan. Ia temanku saat SMA dan juga kuliah. Saat siang tadi aku telpon bahwa aku sedang berada di Balikpapan, ia segera merespon untuk menjemputku.
Bersama sahabatku, Wignyo Purwodo

Pertemuan kami tidak bisa berlangsung lama. Karena malam ini aku harus kembali ke Jakarta.
Aku hanya sempat memintanya mengantarku ke sebuah optik untuk memasang kontak lens agar pandanganku tidak kabur.
Ini adalah pertama kalinya aku memakai kontak lens. Ribet dan terasa mengganjal di kelopak mata.
Setelah mampir sejenak di sebuah rumah makan yang menjual kepiting dengan berbagai olahan rasa, kami segera menuju bandara yang kini nampak megah.