Tuesday, November 25, 2014

Pekanbaru (again)

Jam setengah tujuh malam lewat aku menuruni lift hotel. Saat lift tiba di lantai satu, langkah kakiku langsung mengarah ke lobby. Di lobby hotel yang luas ini terdapat beberapa set sofa yang disediakan bagi pengunjung.
Mataku segera mencari teman-temanku. Sore tadi, selepas bertugas, kami berjanji akan bertemu di lobby ini untuk mencari tempat makan malam.
Setelah menengok ke beberapa sofa yang ada di sana, akhirnya kulihat dua rekan kerjaku ini sedang asyik ngobrol di salah satu sudut.
Segera kutegur mereka untuk memberi kode bahwa aku sudah berada di dekat mereka duduk.

Mereka berdua segera bangun dari tempat duduk. "Mau makan apa nich?" tanyaku pada mereka."Terserah Bapak. Kami ikut saja."
"Ok, kalo begitu, kita jalan aja dulu ya. Sambil liat-liat kota Pekanbaru di malam hari."
Mereka berdua mengangguk.

Kami bertiga menuju halaman depan hotel Pangeran, Pekanbaru. Dari sana langkah kami teruskan menuju trotoar kecil yang ada di depan hotel.
Aku sempat menjelaskan sedikit kepada kedua rekanku ini bahwa di sebelah hotel ada warung soto Ambengan dan tak jauh di sebelahnya ada gerai KFC. Aku memang baru sekitar 2 bulan lebih yang lalu ke tempat ini.
Saat kusebut KFC, mbak Nona langsung komentar, "Jangan KFC, Pak. Masa' di sini makannya gituan lagi."
"Hehehe, ya Mbak," jawabku. Saya cuma ngasih tau doank kok kalo di sebelah sana ada KFC, sambil tanganku menunjuk ke sebuah arah.
"Lah, kalo mas Suyono maunya makan apa nich?", tanyaku pada rekanku yang satunya.
"Bebas Pak. Monggo saja. Atau....bagaimana kalau kita jalan dulu ke sana sambil liat-liat Pak."
"Ok, kita jalan dulu ya," jawabku sambil melangkah ke arah kiri hotel.

Kami bertiga menyusuri trotoar yang sangat kecil yang sama sekali tidak pro pejalan kaki.
Di sisi trotoar adalah sebuah jalan raya dua arah yang ada pembatas jalan di bagian tengah dan padat sekali dengan berbagai kendaraan yang melaju kencang.
Tak lama kulihat di seberang jalan ada sebuah rumah makan. Aku langsung teringat bahwa di kunjunganku yang lalu di kota ini, aku dijamu makan malam oleh tuan rumah di rumah makan tersebut. Rumah makan Serba Sedap!

"Wah, nanti kita ke sana aja Mas, Mbak." kataku.
"Di sana ada menu ikan khas daerah sini. Ada Patin dan Baung!"

"Boleh, Pak," sahut mereka hampir serempak.
"Ya udah, kita jalan dulu ke arah sana. Nanti kalau nggak ada rumah makan lagi ya terpaksa kita menyeberang jalan ke rumah makan tadi ya," kataku.

Kami meneruskan langkah kaki sambil ngobrol beberapa hal.

Setelah beberapa meter kami tidak melihat lagi tanda-tanda rumah makan. Akhirnya, kami putuskan untuk menyeberang jalan dan menuju rumah makan Serba Sedap.
Laju kendaraan yang lewat di jalan raya di depan kami seperti tanpa rem!
Mobil maupun motor melaju kencang. Mungkin mereka merasa seperti sedang berada di jalan toll yang tidak akan ada penyeberang jalan.
Sungguh pengendara yang tidak ramah sama sekali dengan penyeberang jalan!

Ya, temanku yang lama tinggal di kota ini pernah berseloroh, "di sini nggak ada yang mau nginjek rem, Pak. Mereka cuma bisa nge-gas!"
Ada benarnya juga menurutku.
Untuk bisa menyeberang menuju pembatas jalan yang membagi jalan raya tersebut saja kami butuh waktu cukup lama.
Kami tidak ingin mati konyol. Kami benar-benar menyeberang saat ada space kendaraan yang agak longgar.
Sungguh tidak menyenangkan!