Mungkinkah 2 gambar ini mempunyai korelasi
Satuan ini diresmikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya
Inspektur Jenderal Firman Gani pada tanggal 26 Agustus 2004. Detasemen
88 yang awalnya beranggotakan 75 orang ini dipimpin oleh Ajun Komisaris
Besar Polisi Tito Karnavian yang pernah mendapat pelatihan di beberapa
negara.
Densus 88 dibentuk dengan Skep Kapolri No. 30/VI/2003
tertanggal 20 Juni 2003, untuk melaksanakan Undang-undang No. 15 Tahun
2003 tentang penetapan Perpu No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme, yaitu dengan kewenangan melakukan penangkapan
dengan bukti awal yang dapat berasal dari laporan intelijen manapun,
selama 7 x 24 jam (sesuai pasal 26 & 28). Undang-undang tersebut
populer di dunia sebagai "Anti Teror Act".
Angka 88 berasal dari
kata ATA (Anti Terror Act), yang jika dilafalkan dalam bahasa Inggris
berbunyi Ei Ti Ekt. Pelafalan ini kedengaran seperti Eighty Eight (88).
Jadi arti angka 88 bukan seperti yang
selama ini beredar bahwa 88 adalah representasi dari jumlah korban bom
bali terbanyak (88 orang dari Australia), juga bukan pula representasi
dari borgol.
Pasukan khusus ini dibiayai oleh pemerintah
Amerika Serikat melalui bagian Jasa Keamanan Diplomatik (Diplomatic
Security Service) Departemen Luar Negeri AS dan dilatih langsung oleh
instruktur dari CIA, FBI, dan U.S. Secret Service. Kebanyakan staf
pengajarnya adalah bekas anggota pasukan khusus AS.Informasi yang
bersumber dari FEER pada tahun 2003 ini dibantah oleh Kepala Bidang
Penerangan Umum (Kabidpenum) Divisi Humas Polri, Kombes Zainuri Lubis,
dan Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar. Sekalipun demikian, terdapat
bantuan signifikan dari pemerintah Amerika Serikat dan Australia dalam
pembentukan dan operasional Detasemen Khusus 88. Pasca pembentukan,
Densus 88 dilakukan pula kerjasama dengan beberapa negara lain seperti
Inggris dan Jerman. Hal ini dilakukan sejalan dengan UU Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme pasal 43.
No comments:
Post a Comment