Monday, February 06, 2012

Musibah 27 Januari 2012, pkl. 00:15

Dears,
Aku sering mendengar dan menyaksikan kejadian yang tidak menyenangkan di jalan toll Cipularang. Dari yang dampaknya biasa-biasa saja sampai yang fatal sekalipun.
Tiap kali melalui jalan toll itu pun, tidak jarang aku melihat banyak sekali jejak gesekan ban yang membekas di aspal jalan tersebut. Itu menandakan banyaknya kendaraan roda empat yang terpaksa melakukan pengereman mendadak. Semuanya selalu menjadikan diriku sangat berhati-hari saat melintasi jalan tersebut.

Musibah tetaplah musibah! Semuanya telah dirancang oleh Yang Mahakuasa. Bisa saja musibah itu terjadi karena keteledoran diri kita atau karena keteledoran orang lain yang berdampak pada diri kita!
Nah, Jumat dini hari sekitar pukul 00:15 aku pun "akhirnya" merasakan bagaimana rasanya bertabrakan di jalan toll, yang tentu saja pada saat kendaraan kita sedang melaju dengan kecepatan tinggi.

Tengah malam itu menjadi malam yang mendebarkan jantung ku. Meskipun dalam hitungan menit aku mampu menguasai rasa kaget (shock) dalam diriku pasca kecelakaan tersebut. Semuanya berkat ridho Yang Maha Agung. Malam itu, ajalku belum tiba! Allah masih memberikan kesempatan padaku untuk menghirup dunia fana ini. Terima kasih Yaa Allah atas kemurahan-Mu..........

Bayang-bayang kecelakaan itu masih terus mengusik pikiranku. Bila mengingatnya, ada rasa takut yang sangat dalam diriku. Ya, malam itu, setelah aku menyempatkan diri beristirahat di kilometer 72 toll Cipularang arah Bandung, aku melanjutkan perjalananku kembali menuju hotel Gran Pasundan Bandung untuk bergabung dengan rekan-rekan kerjaku yang sudah berada di sana sejak Kamis siang.
Di kilometer 72 aku sempat makan malam di rumah makan Ciganea langgananku. Bahkan aku sempat pula sholat Isya di masjid yang ada di sana. Saat aku melajukan kendaraanku kembali sama sekali tidak perasaan apapun! Semuanya normal sebagaimana bila aku akan melanjutkan perjalananku kembali. Bahkan seperti biasanya, sebelum memulai perjalanan, aku pun selalu berdoa dalam hati, "Bismillahi tawaqaltu alalloh..."

Kilometer-kilometer awal setelah km.72 aku lalui dengan lancar. Beberapa kendaraan berat sering aku jumpai meskipun dengan interval yang cukup jauh. Ada yang taat mengambil jalur di sisi kiri jalan, sesuai dengan himbauan pengelola jalan toll, "truk tetap berada di jalur paling kiri!". Namun ada juga yang mbandel dengan mengambil jalan di sisi kanan. Tidak sedikit pula yang kadang berusaha pindah jalur dari kiri ke kanan, untuk sekedar mendahului kendaraan berat lainnya yang berada di depannya yang tentu saja melaju lebih lambat.

Aku selalu menggunakan lampu dim-ku (lampu jarak jauh) di setiap kali aku akan mendahului kendaraan lain. Kadang dengan sedikit membunyikan klakson sebagai antisipasi bila saja pengedara di depanku tidak memperhatikan lampu yang datang dari arah belakang. Sejauh ini semua aman. Setidaknya hingga menjelang kilometer 80.
Setelah mendahului beberapa kendaraan berat dengan aman dan lancar, aku mencoba kembali untuk mendahului kendaraan berat yang kini ada di depanku. Jaraknya mungkin sekitar 800meteran di depanku. Aku merasakan ada gelagat truk yang ada di sisi lajur kiri akan berpindah jalur ke sisi kanan. Seketika aku langsung menyalakan lampu jauh berkali-kali untuk memberi isyarat bahwa aku akan mendahului terlebih dahulu sebelum ia berpindah jalur. Aku lihat truk tersebut mengurungkan diri untuk berpindah jalur.
Tentu saja aku tetap dengan kecepatanku dan sedikit menambah kecepatan agar bisa segera mendahului truk tersebut.

Perasaanku seketika terguncang! Truk yang tadinya tetap berada di sisi kiri tiba-tiba berpindah ke kanan. Jarakku tinggal beberapa ratus meter lagi di belakang! Panik dan kaget itu yang kurasakan. Segera kuinjak remku perlahan untuk menghindari pengereman secara mendadak. Entah apa yang terlintas dalam benakku. Tiba-tiba saja feeling ku mengajakku untuk mengambil sisi kiri truk yang sudah berada di sisi kanan tersebut.
Aku mengira sisi kiri jalan tidak ada kendaraan lain. Ya, karena kondisi jalan di kilometer tersebut kurang penerangan dan dari jauh terlihat sisi kiri jalan tidak ada kendaraan.

Dengan yakin aku mengambil jalur kiri! Namun, jantungku seketika bergetar keras ketika yang kulihat di depanku adalah sebuah truk tronton yang melaju pelan! Ya, jarakku kurang dari seratus meter! Adrenalinku langsung meninggi! Dengan reflek ku injak kembali pedal rem dengan lebih keras.
Hitunganku, tidak mungkin aku bisa berhenti persis di belakang truk. Segera kubanting steer ke kanan untuk menghindari kendaraanku menabrak truk tersebut!

Bantingan steer yang mendadak dan kecepatan kendaraan ku yang kuperkirakan masih berada di kisaran 100km/jam membuat mobilku oleng seketika. Saat mobil berbelok ke kanan, dalam hitungan detik tersebut mataku tertuju pada beton pemisah jalan! Secara reflek kubanting kembali steer  ke kiri agar aku tidak menghujam beton pemisah tersebut! Braaakkkk!!!! Mobil yang tidak bisa lagi kukendalikan seketika terhenti dengan posisi melintang di tengah jalan setelah aku menabrak sisi kanan truk yang ada di sebelah kiriku!
Dentuman terdengar begitu keras. Aku pun pasrah seraya bersyukur karena mobilku tidak terguling. Rasa shock yang menghinggapiku pun bertambah, saat secara relflek ku palingkan wajahku ke arah kanan. Ku lihat sebuah truk lain yang berada di belakangku sedang melaju ke arah ku. Kugenggam erat steer untuk berjaga-jaga bila truk tersebut menghantam diriku. Kembali yang bisa kulakukan adalah berpasrah diri!

Alhamdulillah......begitu gumamku seketika saat truk yang berada di belakangku mampu bermanuver ke kiri jalan sehingga ia tidak menabrak mobilku. Ku tatap penuh rasa syukur truk yang melintas di depanku itu. Tiba-tiba kembali terdengar benturan keras. Bagian belakang truk tersebut ternyata tidak bisa menghindari mobilku. Seketika mobilku bergeser ke arak kanan, meskipun tetap dalam posisi melintang di tengah jalan.

Setelah truk tersebut lewat di depan ku. Segera kunyalakan kembali mobilku. Kupaksa ia untuk bisa sekedar menepi di bahu jalan! Beberapa mobil yang datang dari arah belakang memperlambat laju kecepatan. Kubuka kaca di sisi kiriku. Ku julurkan tangan dan memberikan lambaian agar mereka terus melaju ke depan sebagai tanda bahwa aku baik-baik saja.
Tempat kejadian tersebut tidak diterangi lampu jalan. Ku lihat ke depan tidak ada satu pun truk yang menghentikan laju kendaraannya. Ya, aku ditinggalkan begitu saja di sana!

Dengan pasrah, kunyalakan lampu darurat dan berharap akan ada mobil patroli yang akan membantuku.
Sedianya aku akan menunggu saja di tempat tersebut hingga ada mobil patroli. Namun niat itu kuurungkan! Aku merasa bahwa entah berapa lama aku harus berada di tempat tersebut.
Tiba-tiba saja kurasakan keinginan yang kuat untuk keluar dari mobil dan mengecek kondisi kendaraanku. Segera ku keluar dari mobilku. Ku lihat kerusakan yang cukup para pada sisi kiri depan. Spontan ku cek ban mobilku, apakah ia bengkok atau tidak. Ternyata banku tidak penyok! Kulihat juga jarak antara ban dengan bodi yang penyok. Masih ada jarak! Alhamdulillah, gumamku kembali!  Sayangnya, aku bisa mengecek apakah radiatorku bocor atau tidak!

Untuk mengetahuinya, aku segera kembali masuk ke dalam mobil dan menyalakan kembali mesin. Saat mesin menyala, mataku langsung tertuju pada dashboard. Kuperhatikan dengan seksama jarum penunjuk panas tidak bergeming. Itu artinya radiatorku baik-baik saja! Rasa senang muncul seketika. Spontan aku pun mencoba untuk memajukan kendaraanku.
Gambling! Itu yang kulakukan. Bisakah mobilku melaju kembali??? Dengan perlahan kumasukkan persneling ke posisi satu. Ku tekan pedal gas dan kuangkat perlahan pedal kopling. Mobilku melaju perlahan meski diiringi dengan bunyi gesekan ban dan bodi mobil ketika jalan yang kulalui bergelombang.
Kupindahkan gigi ke posisi dua dan seterusnya ke posisi tiga! Mobilku melaju secara normal! Allahu Akbar, teriak ku! Sungguh mukjizat, mobil ini masih bisa melaju dengan baik.....

Niatku yang semula hanya ingin membawa mobilku untuk sekedar menemukan tempat yang lebih terang seraya menunggu mobil patroli, akhirnya kuurungkan. Ide gilaku muncul! Aku harus bisa membawa mobil ini ke Bandung yang jaraknya masih 40-50 km atau sampai ia sendiri yang menghentikan dirinya karena sesuatu hal!!!
Kecepatan mobil tersebut bisa kupacu hingga 60-80km. Kembali kuambil lajur kanan setelah aku yakin mobil ini masih bisa kuajak untuk berlari meskipun dengan sesekali terdengar gesekan ban dan bodi saat jalan yang kulalui bergelombang.

Cuplikan Ucapan Mohon Diri Kapus Pajak, Bpk. Chaizi Nasucha

Muhasabah (Introspeksi Nilai-Nilaiku)

Duh Maha Pendekar
Yang sanggup meremas seluruh tata jagad raya menjadi setetes sunyi,
Yang mampu meniup kehidupan ini sekarang juga menjadi tiada,
Yang dengan seucapan "kun" bisa membuat segala sesuatu menjadi sia-sia,
Jauhkanlah kami dari kepedihan hidup,
Jiwa yang tersakiti,
Keterpenjaraan,
Luka yang berurai air mata,
Ampunilah kebusukan INTEGRITAS ku

Duh Maha Resi
Yang mengetahui jumlah kelopak bunga seluruhnya yang telah gugur,
Yang sedang kembang serta yang baru tumbuh di bumi dan langit
Ampunilah tingkat PROFESIONALISME ku yang belum optimal

Duh Maha Empu
Yang mengerti batas terkecil dan batas terbesar dari setiap jiwa dan raga,
Penjaga yang terahasia dari kenyataan,
Pemelihara yang paling nyata,
Dari rahasia seluruhnya di bumi dan langit, serta yang tak dikeduanya,
 Ampunilah kekurang-SINERGI-an ku

Duh Maha Guru
Cakrawala segala kemungkinan dan ketidakmungkinan,
Wilayah tak berhingga dari segala ketinggian dan keagungan,
Penggenggam kunci misteri kebenaran dan keadilan,
Satu-satunya yang sanggup menerangkan cinta dan keindahan,
Ampunilah ketidaksabaran PELAYANAN ku

Duh Maha Kekasih,
Kalau tak Paduka bangunkan kami dari tidur,
Kalau Paduka potong seurat nadi kesadaran kami,
Kalau Paduka hempaskan dan aduk gunung-gunung dan samudera dengan ujung jari Paduka,
Pastilah kami semua menjadi sirna

Duh Maha Raja
Yang bertahta tanpa singgasana,
Yang bersemayam tanpa tempat,
Yang bernafas tanpa udara,
Yang berenang tanpa samudera,
Yang menerangi tanpa cahaya,
Yang hidup tanpa kehidupan,
Yang suci dari segala ilmu kandungan ruang dan waktu
Ampuni ketidak-SEMPURNAN-an ku