Tuesday, December 06, 2011

Sabtu, Minggu, dan Senin - Kemana aja kamu?

Dear notes and diary,
Hari sabtu dan minggu kemarin (3 dan 4 Desember 2011) sebagian besar waktu ku, aku habiskan di rumah. Weekend kali ini kami nggak keluar rumah untuk mencari makan, belanja, ataupun cuci mata. Penyebabnya? Jumat malam lalu, anakku yang ketiga, Muhammad Muzakki Rizqullah alias Rizqu, kena campak atau tampek (bahasa Jawa). Agak khawatir juga aku saat mengetahui badan anakku bintik-bintik merah seperti terkena alergi saat istriku mengirimkan foto kondisi tubuh anakku itu via BB (blackberry). Istriku mengira ia terkena alergi sementara aku yakin bahwa itu adalah campak. Saat itu aku masih di kantor, menjelang jam pulang kerja.
Segera saja, kusuruh istriku membawa Rizqu ke dokter terdekat dari rumah. "Jangan nunggu mas sampai rumah untuk memeriksakan ke dokter, Syk. Segeralah bawa ke dokter", begitu kata-kata yang kutulis di BB-ku untuk istriku. Sedianya malam itu aku ada acara dengan teman baikku, Dedot. Namun karena kondisi anakku seperti itu, acara malam itupun aku batalkan. Segera setelah jam kerja berakhir, aku langsung meluncur ke rumah.
Alhamdulillah, anakku ternyata tidak apa-apa. Dokter memang mendiagnosa anakku terkena campak. Namun kondisi tubuhnya normal. Tidak ada demam. Hanya matanya saja yang agak sayu. Akhirnya, aku putuskan bahwa akhir pekan ini kami yang biasanya jalan-jalan (meskipun cuma ke mall atau rumah makan), tidak kemana-kamana. Setahuku (ini pesan dari orang tuaku), anak yang terkena campak tidak boleh terkena hempasan udara luar. Katanya, kalau kena udara luar campaknya tidak akan keluar seluruhnya.Bisa berbahaya bagi kesehatan si anak. Begitulah, kurang lebih petuah orang tuaku terhadap anak yang terkena campak. Pesan itu cukup beralasan mengingat kakak tertuaku (laki-laki, bernama Santoso) meninggal dunia ketika usianya masih sangat balita. Bahkan kami adik-adiknya sama sekali tidak sempat mengenal beliau karena adik-adiknya belum lahir.

Sabtu pagi dan Minggu pagi aku bermain tenis di lapangan dekat rumah. Aku memang telah niatkan diri bahwa bila saja tidak ada halangan maka tiap sabtu pagi dan minggu pagi aku akan selalu bermain tenis. Meskipun wajah dan kedua tanganku semakin gosong karena tersengat matahari, tapi hanya itulah waktu yang kupunya untuk menjaga kebugaran tubuhku. Selain itu, permainan ini semakin menyenangkan diriku meskipun kau telah mengenalnya saat bertugas di Manado tahun 2004 lalu.
Kegiatanku di hari Sabtu dan Minggu, akhirnya ku isi dengan bercengkerama dengan keluarga dan menonton DVD (bajakan) film-film terbaru. Maaf ya, terpaksa beli yang bajakan karena mau beli yang asli, belum muncul di store resmi dan juga harganya mahaaal bangeeett hehehehehe.

Minggu malam selepas magrib, saat aku dan istriku membeli makan malam di warung pinggir jalan di Jalan Raya Ceger, Jurangmangu Timur, Tangerang Selatan, (hehehhe lengkap banget tuh!), tiba-tiba henpon-ku berdering. Untungnya setiap aku keluar rumah, aku selalu membawa HP. Saat ku ambil henpon dari case yang menggantung diikat pinggangku, kuliat nama boz-ku di sana. Segera saja kuangkat dengan perasaan agak was-was. Kenapa malam-malam begini boz-ku kok nelpon. Dah gitu, hari minggu lagi. Begitu pikirku.
Di tengah kebisingan mobil dan motor yang lalu-lalang di sebelahku (karena aku berada persis di pinggir jalan dan berada di atas motor Tiger-ku), aku mendengarkan suara boz-ku yang kadang kurang jelas. Intinya, beliau minta aku segera ke rumahnya bila aku tidak acara. Ada potensi pekerjaan yang bisa diserahkannya padaku.

Tanpa berpikir panjang, segera kusampaikan hal ini kepada istriku yang menemaniku mencari makan malam di warung pinggir jalan tersebut. Kukatakan bahwa aku harus segera ke rumah boz ku di bilangan Kebayoran Baru Jakarta Selatan karena ada pekerjaan untukku. Pekerjaan ini tentu saja bukan pekerjaan kantor melainkan kerjaan luar-kantor hehehehe.
Aku memang sering diberi peluang oleh boz ku ini untuk mengerjakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kantor kami. Maklum, bozku ini (Pak Chaizi Nasucha) banyak memiliki usaha sampingan yang hasilnya lebih besar daripada sebagai seorang kepala kantor (eselon II). Banyak etos dan pengalaman kerja beliau dalam bergelut di bidang bisnis yang menginspirasi diriku. Nggak sia-sia aku meminta dipindahkan dari tempat kerja yang lama (STAN) ke tempat kerjaku yang sudah setahun ini aku jalani (Pusdiklat Pajak). Ya, semua ada hikmahnya. Meskipun belum ada peluang yang bisa memberikan diriku sebuah hasil namun pemberian berbagai kesempatan atau peluang dari bozku itu kepada diriku adalah sebuah penghargaan yang luar biasa. Minimal, aku bisa mengenal dunia bisnis yang keras itu. Semoga pengalaman ini bisa semakin membesarkan diriku dalam melihat potensi-potensi yang menghasilkan. Trims boz!

Setelah satu jam lebih aku tiba di rumah boz ku yang sangat mewah. Rumah itu kabarnya adalah hasil kerja keras beliau selama menekuni beberapa bisnis yang nggak ada hubungannya dengan birokrasi. Untuk ukuran seorang PNS, rumah tersebut jelas terbilang sangat mewah. Selain berada di daerah elite juga banyak ornamen menghiasi rumah tersebut. Sejak tahun 80-an kabarnya beliau memang telah berbisnis. Selain bermain di pertambangan, beliau juga bermain di kuliner. Ia memiliki beberapa franchise rumah makan padang. Ia juga aktif di tambang batu bara dan juga perkebunan sengon. Entah berapa jenis bisnis lagi yang beliau miliki. Pokoknya, ia adalah sosok PNS dan pengusaha sukses.

Kami ngobrol selama hampir satu jam. Bozku menjelaskan dan memberikan beberapa arahan untuk potensi pekerjaan kali ini. Aku mendengarkannya dengan seksama. Mataku berbinar-binar mendengar potensi pekerjaan ini. Aku pun berjanji untuk segera menganalisis peluang pekerjaan tersebut esok hari di kantor. Namun aku harus mengerjakannya segera karena senin sore aku harus terbang ke Palembang.
Selama di perjalanan pulang ke rumah pikiranku melayang ke proyek tersebut. Wuiiiihhhh seandainya saja proyek tersebut terrealisasi.................hmmm nggak terbayang dech kayak apa jadinya. Qiqiqi....aku senyam senyum sendiri. Sebaiknya kubuang jauh-jauh khayalan tentang keberhasilan proyek ini, begitu nuraniku membisikan diriku yang kembali mengkhayal. Ya, kembali mengkhayal! Karena beberapa bulan lalu beliau pernah memberikan dua kesempatan bisnis padaku. Sayangnya, aku nggak berhasil mencari investor yang berminat. Akibatnya semua peluang tersebut hilanggggg! huks.
Kali ini aku memang tidak mencari investor. Aku cuma diminta memberikan pendapat tentang rencana sebuah pekerjaan besar di Kalimantan Timur. Aku diminta menganalisis rencana pekerjaan tersebut sesuai dengan pengalamanku mengelola sebuah proyek. Meski aku berpengalaman mengelola sebuah proyek namun rencana proyek kali ini terbilang fantastis dari segi angka! Masuk akalkah proyek ini, begitu pikirku agak ragu. Tapi sudahlah. Aku akan kerjakan apa yang bozku minta. Apakah hal ini nantinya memberikan peluang pekerjaan atau tidak bagiku, urusan nanti! Pokoknya kerjakan dan jangan menyia-nyiakan setiap peluang yang ada. Lakukan dengan sepenuh hati! Itulah, beberapa semangat yang bisa kuperoleh sejak "berkenalan" dengan bozku ini.
Ya....dengan mengucap bismillah pekerjaan itu aku kerjakan. Selebihnya.....kuserahkan kepada kemurahan Allah SWT.....

Senin pagi.....aku tetap berangkat ke kantor meskipun statusnya sedang Dinas Luar (DL). Senin sampai dengan rabu nanti aku mendapat tugas ke Balai Diklat Keuangan Palembang untuk menghadiri sebuah seminar tentang pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan (P2) dari pemerintah pusat kepada pemerintah kota/kabupaten. Acara seperti inilah yang setahun ini menghiasi pekerjaanku. Acaranya memang tidak selalu dalam bentuk seminar tetapi bisa juga dalam bentuk pelatihan, bimbingan teknis, atau apalah.
Senin pagi ini aku memang berjanji ke stafku bahwa aku akan tetap ke kantor. Alasannya karena pagi ini ada diklat yang harus aku buka (mewakili kepala kantor). Lagi pula tiketku ke Palembang dijadwalkan sore hari.
Selepas membuka diklat itulah, order pekerjaan bozku tadi malam aku kerjakan sesuai dengan apa yang kutahu. Untuk membuat analisis sederhana tersebut, aku pun menghubungi beberapa sahabatku yang aku anggap lebih tahu dan berpengalaman tentang hal tersebut.
Tidak sampai dua jam, hasil analisis sederhanaku selesai. Segera kuberitahu hal ini ke bozku via henpon. Berkas tertulis aku titipkan ke staf beliau. Tak lama kemudian, sms balasan kuterima, "makasih Pak Kuwat analisisnya. Tetap pelajari ya draf tersebut. Kalau sudah pulang dari tugas nanti kita jadwalkan bertemu dengan Pak X (menyebut nama pemilik pekerjaan)." Aku pun menjawab singkat, "sama-sama Pak. Siaaap."

Sore ini aku terbang ke Palembang by Garuda Indonesia Airways. Mobil panther touring kutitipkan di tempat parkir menginap terminal dua sebagaimana biasanya bila aku harus terbang ke luar kota. Boarding kali ini on time! Tumben begitu pikirku hehehehe. Maklum, dua minggu lalu aku terbang ke Malang, baik berangkat maupun pulang semua jadwal ter-delay! Meskipun boarding on time tapi take off tetap telat. Penyebabnya, untuk take off ternyata harus antreeee.....! Dah persisi kaum papa ngantri beras raskin dech nich Bandara Soekarno Hatta!
Setiba di Bandara Palembang, aku di jemput sabahatku yang juga pernah menjadi stafku. Setelah makan malam, kami langsung meluncur ke hotel tempat aku menginap yang juga menjadi tempat acara hari Selasa ini.
Aku menginap di Hotel Swarna Dwipap (artinya Pulau Emas dalam bahasa sansekerta. Baca "pulau kita lengkap") Hotel bintang tiga yang berada di Jalan Tasik 2. Hotelnya cukup luas dilihat dari luar tampak luar. Meski terlihat tua, namun kamarnya lumayan luas dan nyaman. Sayangnya, beberapa fasilitas tidak berfungsi baik. Misalnya, bathtube tidak ada penutup buangannya airnya sehingga kita nggak bisa berendam. Air panas pun tidak berfungsi baik. Kadang hidup kadang tidak. Wifi pun tidak berfungsi baik meskipun banyak sekali sinyal wifi yang bisa terdeteksi oleh laptop-ku.
Tapi sudahlah, namanya juga hotel bintang tiga. Tentu tidak sama dengan bintang empat apalagi bintang lima.

Selasa, 6 Desember 2011, 06:32

No comments: