Wednesday, March 21, 2012

Nasibmu Wahai Pahlawan Devisa....

Just copas dari milis sebelah
----------------------------------------------------

Suryati, Maafkan Bangsamu! Catatan Tepi.‬

"Suryati" , itu nama yang disodorkan pada saya ketika pesawat
Emirates mendarat di Soekarno-Hatta selepas perjalanan dari London
dengan transit di Dubai. Ia seorang TKW yang mengaku bekerja di
Polandia namun harus transit lewat Frankfurt dan Dubai semata hanya
untuk menghindari formalitas birokrasi. Dalam proses menurunkan bagasi
dari kompartemen kabin pesawat boeing-777 Emirates ia meminta saya
untuk bantu menemani selama proses di gate imigrasi karena Jakarta
bukan akhir perjalanannya namun hanya tempat transit sebelum ia
melanjutkan penerbangan ke kota Jogjakarta. Wajahnya penuh
kekhawatiran setelah dua tahun menggadaikan waktu hidupnya di Negara
orang untuk meraih sedikit kemakmuran.

"Bapak, bisa bantu saya, saya takut turun karena harus pindah
keterminal satu, saya nanti boleh ikut mobil bapak kemana saja yang
penting keluar bandara setelah itu saya bisa naik taksi atau bis ke
terminal satu" Ujarnya

" Kenapa harus takut , kamu kan turun di terminal dua , apa bedanya
kamu sama saya, terminal dua itu bukan terminal TKW jadi ya bebas saja
orang. yang turun mau kemana saja!" Tukas saya

" Nggak pak sekarang memang gak ada terminal khusus TKW semua turun
diterminal dua , disana kata teman saya kita bakal di cegat, terus
dikumpulin 
lalu disuruh keterminal satu pakai mobil mereka, saya
takut , belum nanti kita diminta bayaran macam macam, kata teman saya
gak wajar dan kasar mintanya".
 Saya berpikir sejenak, setelah
perjalanan melelahkan selama 10 jam dengan bagasi yang segudang masih
akan ditambah urusan TKW bingung.

" Baik, kamu ikut saja dibelakang saya, gak usah takut, ini negara
kamu sendiri , saya bantu sebisa saya!".

Dibandara yang berciri minimalis, dengan ornament yang menua dan
dulunya sempat. mendapatkan Aga khan award itu kami berjalan
beriringan menuju gate imigrasi.
 Sebelum masuk keantrian saya
memastikan dokumen suryati lengkap, mulai dari passport, departure
card dan segepok dokumen ijin kerja yang saya sendiri nggak tahu mana
yang nantinya bakal ditanya.

Saya sengaja membiarkan suryati lebih dulu melewati gate dan dari
jarak 4 orang antrian saya memastikan proses melewati gate tidak
terkendala. Hanya tanya jawab sewajarnya antara petugas imigrasi
dengan suryati setelah itu clear, bahasa tubuh petugas imigrasi
sedikit berbeda dengan kode ke seseorang yang saya tidak mengerti.
Sesampai di conveyor belt tempat mengambil bagasi dan bersiap keluar,
suryati masih dibelakang saya dan tiba tiba ada seseorang berseragam
biru muda menariknya dengan kasar. Dibelakang petugas seseorang
bertopi baret abu-abu berdiri pasif menjaga.

"Kamu ini bandel, harusnya keluar pintu kiri sana , TKW bukan disini,
ini tempat umum!" Kata orang yang berseragam biru.

"Saya ikut saudara saya pak, itu..!" ia menunjuk saya , wajahnya
ketakutan dengan keringat yang sebiji jagung.

"Ah…lagu lama, ngaku ngaku, ayo cepat sudah ditunggu sama yang lain,
ke sebelah sana!" Kegarangan petugas mengusik saya, lalu saya
menghampiri .

" Maaf pak ..kenapa sama dia?"
 tanya saya

" Bapak kenal ?"
 Saya mengangguk

" Saudaranya ?"
 Lagi-lagi saya mengangguk.

Petugas menghampiri bagasi suryati dan membolak balik tag yang ada dan
ia melongok bagasi saya dari jauh.

"Bapak kan dari Heatrow, anak ini dari Frankfurt, gimana bisa saudara
bapak ?"
 selidiknya

"Sama sama asli jogja, kita ketemunya di Dubai, dia mau pulang sama
saya!"
 Urai saya.

"Ooh...nggak bisa pak, nggak bisa bareng, dia harus ikut kita ke
terminal satu, peraturannya begitu" Ujarnya.

"Itu kan kalau nggak ada yang jemput, kalau ada yang jemput kan boleh
barengan pak, lagi pula peraturannya kok begitu?"

"Ini kan untuk bantu mereka , biar tidak dimanfaatkan calo liar" jawabnya

"Kalau bapak apa …calo apa petugas?" tuding saya padanya.

"Loh, bapak anggap saya calo, saya ini petugas yang mau bantu,
dilindungi peraturan pak." elaknya

"Kalau bapak mau membantu, cara bapak menegur, menarik paksa itu
sebanding dengan calo pak!"

"Anak anak yang bandel ya harus digituin pak, diatur gak mau!"

"Pak, sepanjang perjalanan dia dari Polandia, Frankfurt, Dubai sampai
Jakarta wajah takutnya cuma ketika sampai Jakarta, kenapa?, karena dia
merasa ada ancaman dikampungnya sendiri, di negeri sendiri …aneh gak
menurut bapak?"

"Mereka kan orang kampung, masuk kekota gak diapa apain saja takut."

"Pak…di Frankfurt, Warsawa, Dubai, Jeddah, Riyadh mereka gak 
takut,
lebih modern dan besar mana kota-kota itu sama Jakarta..?"

"Bukan urusan saya pak ..pokoknya anak ini harus ikut saya, itu.
peraturannya biar mereka aman, tugas saya hanya sweeping mereka !"

"Yang di sweeping itu kan mestinya calo dan agen liar, bukan TKW nya,
bapak kayak memburu pendatang haram saja, kayak pasukan RELA nya
Malaysia, padahal ini kampung mereka pak..kasihan."

"Bapak pejabat dari mana sih..kalau perlu saya ketemukan dengan
pejabat
 yang atur ini semua?"

"Bapak juga namanya siapa, ada kartu pengenalnya nggak, saya ini
bukan. pejabat pak, Cuma warga biasa?" Saya balik bertanya.

"Ini nama saya !" dia menunjuk dada kanannya bertulisan huruf bordir
yang tertulis namanya.

"Ok… Saya gak coba langgar aturan, aturan itu dibuat untuk bikin
nyaman
 dan gampang mereka. Saya Cuma mau pastikan saudara saya ini
aman sampai
 Jogja." Pinta saya, menghindari perdebatan.

"Bapak gak perlu urusan mereka mau aman apa nggak, kita orang yang
pastikan itu."

"Nggak bisa begitu, itu urusan saya juga. Suryati ini saudara saya
juga, begitu juga TKW lainnya yang nggak bareng saya, saya akan ikuti
mobil yang jemput mereka, sampai terminal satu. Setelah beres nanti,
urusannya baru selesai."

"Jadi bapak nggak percaya dan mau ketemu sama pejabatnya yang ngatur."

"Kalau bapak mau ketemukan saya juga mau pak..silahkan, yang penting
Suryati aman." Tantang saya.

"Ok..sebelum saya panggil, bapak dari mana dulu?"

"Bilang saja dari keluarga besar Angkatan laut!"
 Sekenanya saya jawab
, entah datang dari mana jawaban itu, melintas saja diotak ini, bapak
saya yang angkatan laut pun sudah pulang ke alam sana belasan tahun
lalu.

Tak lama petugas itu calling ke radio, mundur ke pojok dan lima menit
kemudian kembali kehadapan saya.

"Begini pak, beliau belum bisa kesini, kalau bapak mau ikut proses
antarnya silahkan. Kami niatnya baik pak."

"Saya nggak lihat niat bapak jelek, cara bapak yang jelek. Main
bentak, main tarik, Cuma itu. Saya capek mereka lebih capek. Kalau
saya sampai disini sudah tidak perlu memikirkan kepastian bagaimana
melanjutkan nafkah hidup sebulan lagi nanti sementara mereka gak tahu
mau melakukan pekerjaan apalagi sepulang mereka ini …cukup hormati
mereka, itu cara terbaik porsi kita!"

"Begitu pak ya….Kalau bapak percaya, biar anak ini tetap ikut. saya,
sampai terminal satu."

"Ok, saya percaya sama bapak, tapi saya akan monitor ke suryati gimana
prosesnya."
Petugas setuju, anehnya justru ia memberi hormat ala
militer kapada saya. Aneh. Saya kan gak ngaku anggota angkatan laut,
cuma ngaku keluarga besar angkatan laut..itu saja.

Petugas memberikan identitasnya ketika saya minta.
Saya panggil
suryati, saya minta nomor HPnya, masih Nomor Eropa, lalu
 saya
pastikan ia untuk ikut petugas. 
Dengan cara lembut si petugas
mempersilakan suryati ikut, saya tegaskan kepada
 petugas untuk titip
TKW satu itu dengan baik dan mohon diperlakukan dengan baik

"SIAP pak..!"

Setengah jam berlalu, saya melintasi Serpong menuju rumah, tiba tiba
dering SMS dari HP 
berbunyi. Disana tertulis message dari "SURYATI
TKW""

"PAK ARY , TERIMA KASIH BANYAK , SAYA DIPERLAKUKAN DENGAN SANGAT BAIK,
RAMAH DAN SOPAN SAMA PETUGAS, TIDAK ADA BIAYA APA-APA YANG
DIMINTA…GRATIS, ALHAMDULILLAH ! SAYANGNYA YANG LAIN NGGAK KETEMU ORANG
KAYAK BAPAK ..JADI MEREKA
 NGGAK GRATIS, SEMOGA ALLAH MEMBALAS
KEBAIKAN BAPAK. SALAM , SURYATI."

Alamak!!! Maafkanlah bangsamu ini wahai pahlawan devisa!

- Catatan May 2010-

From the desk of Aryadi Noersaid (AN)

No comments: