Monday, July 29, 2013

Mengunjungi Manado (kembali)....

Agak terlambat menulis tentang hal ini sebenarnya. Karena kunjunganku ke Manado, kota seribu gereja, ini adalah minggu lalu.Ya, minggu lalu aku berkesempatan melihat-lihat kembali ibukota Sulawesi Utara ini. Kota dimana aku pernah bermukim selama hampir 4 tahun karena menjalankan tugas.

Kedatanganku kali ini ke Manado pun karena tugas kantor. Bedanya, kali ini hanya tugas singkat saja.
Jadwal kebarangkatanku dari Jakarta di tiket penerbanganku adalah Jumat, 19 Juli 2013 pukul 18.30 WIB.
Jumat pagi aku masih menyempatkan diri datang ke kantor di bilangan Kebayoran Baru. Setelah sholat Jumat aku segera menuju lokasi kantor ku lainnya di bilangan Bintaro. Dan menjelang pukul 3 sore aku pun segera pulang ke rumah untuk bersiap diri.

Selepas ba'da Ashar dengan diboncengi istriku aku berangkat menuju lokasi pangkalan taksi. Dari sana aku pun segera meluncur ke bandara. Sayang, jalan yang sudah kupilih ternyata macet total. Tidak seperti biasanya. Aku tersadar bahwa hari ini adalah Jumat. Ditambah lagi dengan bulan puasa. Biasanya menjelang sore, selama bulan puasa, banyak sekali warga yang menghabiskan waktu di jalan-jalan untuk menunggu saat berbuka. Walhasil, jalan-jalanpun padat!
Kuberi aba-aba kepada pak supir untuk mencari jalan lain meskipun aku tidak yakin jalan lainnya pun tidak macet. Dan benar saja, jalan lain yang kami pilihpun macet!!! Gubrak!
Karena tak berdaya, taksi pun hanya bisa mengikuti arus lalu lintas yang ada. Bila biasanya di jalan tersebut tersendat sekitar 5 menit, kali ini tersendatnya bisa mencapai 15-30 menit! Ampun dech!
Aku pun hanya bisa pasrah meskipun ada rasa was-was takut tertinggal pesawat menghinggapi. Dan rasa was-was itu akhirnya menjadi kenyataan. Aku tertinggal pesawat.
Aku tiba di bandara Cengkareng tepat pukul 18.20. Setelah membayar taksi aku segera ngacir menuju tempat boarding yang cukup jauh (sebelumnya aku sudah check-in online via intenet). Dua kali memasuki x-ray membuatku semakin tersendat.
Lima menit kemudian aku tiba di depan petugas boarding dengan tatapan pasrah. Dan aku semakin pasrah ketika sang petugas mengatakan bahwa baru satu menit yang lalu ada perintah untuk menutup pintu pesawat!

Tak ada jalan lain, karena aku harus menjalankan tugas di Manado untuk sabtu dan minggu, aku segera mencari tiket pengganti. Alhamdulillah masih ada seat untuk penerbangan esok pagi.
Setelah mencari makan (karena aku tak sempat berbuka puasa, hanya sekedar meneguk sedikit air) aku segera mencari taksi kembali menuju rumah yang lokasinya lumayan jauh. Apa boleh buat.

***
Pagi-pagi setelah makan saur aku memacu mobilku menuju bandara. Kali ini bukan taksi sebagai pilihan perjalananku menuju bandara.
Setelah mendapat tempat di parkir inap, aku segera check-in. Kali ini masih jauh dari jadwal boarding. Bahkan aku masih sempat sholat subuh berjama'ah di bandara.
Perjalanan menuju Manado melalui kota Makassar. Perjalanan ini menempuh waktu sekitar 2 jam. Kami transit cukup lama di bandara Sultan Hasanuddin yang cukup megah ini. Sekitar 45 menit. Para penumpang diharuskan turun dan menuju terminal bandara. Aku pun menyempatkan diri berjalan-jalan sepanjang koridor sambil menikmati barang pajangan yang dipampang di setiap gerai. Tak ada niat membeli. Selain karena harga pasti lebih mahal dibanding bila kita membeli di kios luar bandara juga karena tak ada barang yang aku minati.
Perjalanan menuju Manado ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam dari Makassar. Karena sedang berpuasa, semua hidangan yang diberikan oleh pramugari selama penerbangan terpaksa ku tolak.
Tiba di Manado rekan-rekan kantor yang bertugas di sana telah menjemput ku. Kami segera menuju lokasi kantor untuk melihat persiapan mereka terkait ujian saringan masuk yang akan dilaksanakan esok hari. Dan setelah yakin tak ada masalah, aku pun menuju hotel tempat menginap dengan diantar sahabat baikku, Wilson Lupa. Mobil dinas telah dipasrahkan kepada ku oleh kepala kantor selama aku berada di kota ini.

Setelah check-in di hotel Swiss-bell Maleosan, aku hanya menaruh tas bawaanku dan menunaikan sholat. Setelah itu ku minta Wilson untuk mengantarku keliling kota Manado yang katanya sudah banyak perubahan.

***
Benar saja! Manado benar-benar berubah! Sangat berbeda ketika aku menginjakkan kaki untuk pertama kali di awal tahun 2012. Ya ternyata 11 tahun adalah waktu yang cukup untuk mengubah wajah kota ini. Bila dulu di sepanjang jalan Boulevard atau jalan Piere Tendean hanya dihiasi dengan gemuruh ombak pantai, kini wajahnya terang benderang karena di sepanjang jalan tersebut (yang dahulunya adalah pantai) berdiri tegak bangunan-bangunan ruko, hotel, dan mall. Luar biasa! Hingar bingar kendaraan dan orang yang berlalu lalang pun semakin terlihat sesak!
Oh Manado, engkau telah terlihat berbeda kini. Wajah mu yang dahulu ndeso kita telah nampak menjadi kuto! Sungguh aku tak lagi mengenalmu....






No comments: