Thursday, June 07, 2012

Hari ke-5 di Maastricht....

Hari ini adalah hari kelima kami berada di kota bersejarah Maastrich, Belanda. Cuaca pagi ini sedikit mendung dan hujan rintik-rintik menambah dingin suhu di luar ruangan. Sejak pukul 9 kurang sebuah bus telah berada di sisi jalan di depan hotel tempat kami menginap. Ya, hari ini jadwal pelatihan kami adalah berkunjung ke dua lokasi berbeda, yaitu Kantor Gubernur Limburg (note Maastricht adalah bagian dari wilayah provinsi Limburg) dan Sabic, sebuah perusahaan raksasa milik Saudi Arabia yang bergerak di bidang petrokimia dan lain-lain. Kedua lokasi kunjungan tersebut berada di kota Maastricht.
Beberapa rekan telah memasuki bus sementara aku masih menikmati kudapan roti sebagai sarapan pagi ini sebagaimana pagi-pagi sebelumnya. Belum selesai aku menyantap roti dan menyeruput teh manis hangat, seorang kawanku datang dan memberi isyarat bahwa bus segera berangkat. Aku bergegas menghabiskan makanan yang ada di piringku.
Bus yang membawa kami terbilang sangat besar dibandingkan dengan jumlah kami yang cuma 20 orang plus seorang pria yang mewakili Maastrichth School of Management (MSM). Apalagi jarak yang kami tempuh terbilang sangat dekat. Tak lebih dari sepuluh menit, kami telah tiba di lokasi tujuan. Setelah semua rombongan turun dari bus, seperti biasa, kami mengabadikan kunjugan kami tersebut dengan foto bersama di depan gedung Gubernur Limburg.

Sebelum pemberian materi oleh seorang konsultan manajemen Gubernur, kami diajak berkeliling menikmati berbagai sudut ruang yang ada di dalam gedung dengan dipandu oleh seorang human relation yang sangat ramah. Panggilannya Ria! Dari raut wajahnya usianya kuperkirakan sekitar 48 tahun. Who knows....karena sebagaimana budaya barat, mereka pantang menyebut atau ditanya tentang berapa usia mereka.
Kami sangat menikmati tour yang disajikan. Kabarnya tidak sembarang orang diperkenankan untuk berkeliling ke berbagai ruang. Sekiranya hal itu benar, kami sungguh beruntung! Karena di sana memang banyak sekali benda koleksi bersejarah kota ini, seperti lukisan asli keluarga kerajaan, lukisan asli dan salinan para pendiri kota, lukisan kisah sejarah kota, patung-patung perunggu, dan sebagainya dari karya seorang pelukis dan pematung terkenal.

Selesai berkeliling kami kemudian di tempatkan pada sebuah ruang meeting yang terbilang sempit untuk sebuah rombongan yang beranggotakan 20 orang. Di ruang itu, kami mendapat penjelasan mengenai berbagai hal tentang Nederland dan Maastrich. Khusus terkait kunjungan kami, sang konsultan pemerintah provinsi menjelaskan mengenai perubahan-perubahan perilaku organisasi yang senantiasa mereka lakukan di lingkungan pemerintahan provinsi Limburg. Memang tidak tepat benar bila dikaitkan dengan rencana perubahan organisasi yang akan kami lakukan pada organisasi kami. Namun paling tidak, kami mendapat berbagai tips tentang apa yang mereka lakukan dalam menyikapi perilaku anggota organisasi yang enggan untuk mengikuti perubahan. Sayangnya, saat topik mulai "menghangat', kami harus segera mengakhiri kunjungan tersebut dan kembali menuju hotel untuk istirahat makan siang. Kunjungan berikutnya baru akan dilakukan sore hari.

Sekembali ke hotel, kami segera menuju kantin University of Maastrich (UM) yang lokasinya tidak jauh dari hotel kami dan gedung MSM untuk santap siang. Kantin tersebur sangat besar. Perkiraanku bisa menampung lebih dari 200 orang. Selain itu kantin ini juga sangat , rapi, dan bersih. Setiap selesai makan, secara otomatis semua mahasiswa akan membuang sampah pada tempat yang telah tersedia. Sampah kertas  dan sejenisnya dibedakan dengan sampah jenis plastik. Setelah itu, piring dan nampan cukup diletakkan pada sebuah meja panjang berbahan stainless steel yang memiliki "roda berjalan". Nampan dan piring yang diletakkan di atasnya akan secara otomatis "berjalan" menuju sebuah ruang yang menurut perkiraanku adalah dapur atau tempat mencuci piring. Mirip eskalator horizontal.
Saat kami masuk, ruangan telah dipenuhi oleh mahasiswa yang juga sedang menikmati makan siang.Dan seperti dua hari lalu, kami kebingungan untuk memilih menu makan siang. Semua yang disajikan adalah roti (burger, sandwich, dan sebangsanya), kebab, salad, kentang goreng, makaroni, dsb. Sungguh menu yang sulit kami pilih. Saat itu juga kami merindukan kantin di Indonesia yang menawarkan menu: bakso, mie ayam, berbagai jenis soto, masakan ala warteg atau padang, gado-gado, sate, dsb.... huks!
Aku hanya mengambil kebab sebagai santapanku siang ini dan sebotol Lipton Ice Tea. Rasanya? Hmm.....jelas sangat jauh berbeda dengan kebab yang dijual di emperan sebuah minimarket! Hanya ukurannya saja yang sangat jumbo dibandingkan dengan kabab yang paling jumbo sekalipun yang ditawarkan di Indonesia!
Selesai makan siang, aku dan teman sekamarku menyempatkan diri untuk melihat-lihat student store yang letaknya berada di depan kantin.

Menjelang pukul 3 kami telah siap kembali di depan hotel. Tak lama kemudian, kami memasuki bus yang memang sudah ready di depan hotel dan bus pun segera meluncur. Kali ini perjalanan memakan waktu sedikit lebih lama karena lokasi yang kami kunjungi berada di pinggir kota Maastricht. Butuh hampir 25 menit untuk menuju sebuah kawasan perkantoran. Di kawasan tersebut berdiri sebuah gedung dengan arsitektural yang sangat futuristik. Gedung milik perusahaan Sabic.
Selama di dalam gedung kami tidak diperkanankan menggunakan kamera. Karenanya kami hanya bisa mengabadikan momen kunjungan tersebut di luar gedung saja. Dan saat kami masuk, suasana kantor terasa tidak biasa. Ada yang ganjil di sana. Ruangan sangat terbuka dan hening. Kami pun diingatkan untuk tidak banyak bercakap-cakap di sana.

Pertanyaan dalam benakku tentang hal ini terjawab saat dua orang manajer perusahaan menjelaskan tentang proses bisnis perusahaan tersebut dan perilaku organisasi yang dilakukan di lingkungan kantor. Mereka menyebutnya dengan Open Office. Setiap pegawai tidak memiliki ruang khusus. Semua pegawai dapat bekerja di mana saja di ruang-ruang kerja terbuka yang ada. Bila pun ada ruang kerja yang berada dalam sebuah ruangan, maka dinding ruang kerja tersebut terbuat dari kaca sehingga siapapun dapat melihat. Ruang kerja di tata apik. Tidak boleh ada pegawai yang makan atau minum selama bekerja. Semuanya demi menjaga higienitas ruangan. Pekerja hanya bisa menikmati makan siang atau snack pada jam-jam tertentu dan pada ruang lokasi tertentu.
Sebagian besar meja kerja dilengkapi dengan komputer. Pada pegawai juga bisa menggunakan telepon lokal ruang yang bisa diambil setiap saat dan harus mengembalikan pada tempat semula saat tidak memerlukannya lagi. Pokoknya, semuanya serba hi-tech!
Meski waktu kunjungan kami sangat singkat namun kami masih sempat berkeliling gedung meski hanya sampai lantai dua dari 6 lantai yang ada. Itupun tidak sampai seperempat luas lantai yang dapat kami kunjungi. Oya, Sabic juga menerapkan sistem "paper independent" untuk menggambarkan bahwa yang ada di atas meja kerja hanyanlah laptop atau komputer. Tidak ada berkas. Semuanya serba online. Bilapun harus menge-print, maka mereka tinggal memerintahkan komputer untuk menge-print pada lokasi mesin printer terdekat. Pegawaipun harus berjalan menuju ruang mesin printer yang kadan agak cukup jauh. Dengan kondisi ini, setiap pegawai akhirnya akan bekerja secara teliti agar tidak bolak-balik menuju ruang printer hanya karena ada kesalahan dalam tulisan. Sungguh pengalaman yang luar biasa menginspirasi!

Menjelang pukul 6 kami telah berada kembali di hotel. Kali ini kami tidak bisa bepergiaan jauh karena sempitnya waktu. Akhirnya, aku dan 3 orang temanku memutuskan untuk sekedar berjalan-jalan di pusat kota sambil mencari tempat untuk makan malam. Tempat yang kami tuju adalah daerah Market yang memang menjadi pusat perbelanjaan di kota Maastricht. Sayangnya semua toko, kecuali beberapa toko yang menjual makanan, telah tutup sejak pukul 6 sore.

Maastricht, Kamis, 7 Juni 2012, 08:10

No comments: