Monday, June 11, 2012

Kembali ke Tanah Air

Meskipun hanya seminggu mengikuti pelatihan di Maastricht Belanda, perjalanan ke luar negeri kali ini sangat berkesan buatku. Mengapa? Karena hanya berselang satu bulan sejak aku ditugaskan ke Melbourne, Australia selama seminggu pada bulan lalu, aku kembali mendapat kesempatan ke luar negeri. Ya, berarti sudah dua benua kupijakkan kakiku ini. Sebuah anugerah yang patut aku syukuri.... Sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh orang kecil sepertiku.
Selain itu, banyak sekali kesan yang kuperoleh selama berkunjung ke negeri kincir angin ini bersama 19 rekan sekerjaku yang lain. Paling tidak, keakraban di antara kali semakin terjalin dengan baik. Sesuatu yang bermanfaat bagi pelaksanaan tugas-tugas kami berikutnya sebagai Change Agent.
Perjalanan kembali ke tanah air sangatlah melelahkan bagiku. Pukul 9 pagi di hari Sabtu, 9 Juni 2012 bus yang akan mengantar kami bandara Schiphol di Amsterdam telah tiba di hotel. Tak lama setelah semua tas-tas masuk ke dalam bagasi, bus pun meluncur meninggalkan kota kecil Masstricht nan asri menyusuri highway menuju bandara. Mr. Evekink, manajer program pelatihan, berada di depan pintu masuk bus untuk memberi salam perpisahan kepada kami dengan menjabat tangan setiap rombongan yang akan memasuki bus.

Dua setengah jam waktu yang dibutuhkan untuk mencapai bandara Schiphol. Sesaat tiba di sana kami segera menuju counter check-in untuk mendaftarkan bagasi kami. Ya, kami tinggal mendaftarkan bagasi karena salah satu sahabat kami telah men-check-in-kan kami terlebih dulu kemarin secara on-line.
Setelah urusan bagasi selesai, ada tawaran menarik datang padaku. Seorang temanku menawarkan untuk melihat-lihat kota Amsterdam dengan ditemani oleh  sahabatnya yang sedang menempuh S-3 di Belanda. Waktu yang tersedia sampai dengan saat boarding memang hanya tinggal 2 jam lagi menurut skedul. Itu artinya bila kami harus ke Amsterdam, kami harus tergesa-gesa.
Setelah kupikir-pikir, aku berani menerima tantangan tersebut! Sementara, teman-temanku yang lain tak ada yang berani menerima tantangan tersebut dengan alasan khawatir dengan waktu yang sangat mepet. Walhasil, kami bertiga, aku, Agus Sunarya (teman rombongan), dan Maman (mahasiswa S-3 di Belanda) segera meluncur ke Amsterdam Central dengan menggunakan kereta api yang berada di lantai bawah bandara. Tiket pulang pergi sebesar 4 euro. Jujur saja, sebenarnya aku agak was-was juga menerima tantangan ini....hehehehe

Tiba di stasiun Sentral kami segera menapaki jalan-jalan di sekitar stasiun menuju Museum Patung Liling Madame Tussauds yang berada sekitar 500 meter dari stasiun.
Udara dingin segera menerpa kami saat keluar dari stasiun. Hilir mudik para pejalan kaki begitu riuhnya. Demikian pula hilir mudik kendaraan roda empat, roda dua, dan trem. Benar-benar crowded! Beberapa momen aku abadikan dengan tustel yang telah siap di genggamanku.
Kami bersyukur saat tiba di Museum Madam Tussauds antrean tidak begitu panjang. Menurut cerita Maman, biasanya antrean sangat panjang. Aku dan Agus Sunarya segera mengantre dan masuk ke dalam setelah membayar tiket yang cukup mahal, 22 euro per orang! Maman menunggu di luar karena ia sudah pernah masuk, katanya.
Hanya setengah jam kami berada di museum tersebut karena kami harus segera berjalan kaki kembali menuju stasiun dan menaiki kereta api menuju bandara. Sayang sekali memang! Bila ingin menikmati benar patung-patung lilin orang-orang terkenal tersebut paling tidak kita harus meluangkan waktu minimal 2 jam. Mudah-mudahan suatu saat nanti aku bisa kembali ke tempat ini. Aamiinn........

Dengan rasa was-was kami menuju stasiun.Langkah cepat dan kadang berlari kecil di tengah kerumunan banyak orang kami lakukan. Aku sangat menikmati hal tersebut karena aku memang senang berjalan kaki dengan cara seperti itu. Namun kulihat, sahabatnya yang bertubuh tambun, Agus Sunarya, agak kerepotan mengikuti langkah kaki ku dan Maman. Bahkan keringat terlihat mengucur dari keningnya meskipun udara saat itu sangat dingin.
Alhamdulillah kami akhirnya tiba kembali di Bandara Schiphol setelah menaiki kereta cepat dari stasiun Amsterdam Central. Jam di tangan menunjuk pada angka 14.30! Padahal dalam boarding pass tertulis waktu boarding adalah 14.00!! Yup kami terlambat setengah jam! Meski ada rasa was-was namun kami cukup yakin diri karena untuk penerbangan internasional batas waktu boarding biasanya adalah satu jam sebelum take-off. Dan alhamdulillah kami masih aman! Karena setelah memasuki gerbang imigrasi dan saat menuju gate G-9, kami bertemu dengan beberapa teman lain yang serombongan dengan kami. Dan final call pun belum ada!
Agus Sunarya segera bergabung dengan rekanku yang lain menuju gate G-9. Sementara aku malah kembali menuju duty free shop untuk melihat-lihat terlebih dahulu. Ya, masih ada sesuatu yang aku cari di sana. Sebuah hadiah yang akan kuberikan pada anakku yang akan berulang tahun di awal bulan depan.
Keberangkatan pesawat Emirates delayed selama 30 menit dari jadwal semula. Tahu begitu, aku masih bisa jalan-jalan dulu di duty free shop lebih lama, begitu pikirku nakal.
Akhirnya setelah menunggu cukup lama, kami masuk pesawat dan pesawatpun tinggal landas. Jam saat itu menunjukkan pukul 16.00 waktu setempat. Perjalanan menuju Dubai memakan waktu 6 jam!
Kami tiba di Dubai pukul 24.00 waktu setempat. Ada perbedaan waktu selama 2 jam lebih awal antara Dubai dengan Belanda. Karena saat boarding kembali adalah pukul 03.30 waktu Dubai, itu artinya kami punya waktu selama 3 setengah jam untuk mengekplorkan diri di bandara yang sangat luas ini. Pillihanku adalah: mencari smoking area bersama Sandri teman sekamarku dan  satu-satunya teman perokok diantara 19 rombongan lain.
Setelah selesai melepas hajat (merokok dan menghabiskan segelas kopi buatan starbuck ukuran large), aku dan Sandri mulai melirik dan menjajaki beberapa toko untuk membeli souvenir. Tak terasa, saat kami membayar kami diberitahu oleh petugas kasir bahwa waktu boarding bagi kami tinggal beberapa menit lagi padahal untuk menuju terminal 3 dari terminal 1 diperlukan waktu sekitar 15 menit berjalan kaki!
Pesawat lepas landas pukul 04.30 waktu Dubai. Pejalanan menuju Jakarta akan ditempuh dalam waktu 8 jam. Begitu sang pilot memberi tahu melalu pengeras suara sesaat sebelum kami take-off.
Setelah beberapa jam perjalanan yang membosankan kami diberitahu sang pilot bahwa pesawat harus mendarat darurat di kota Chennai, India karena ada seorang penumpang yang membutuhkan perawatan medis segera. Hmm....bagus juga perlakuan maskapai ini terhadap penumpangnya. Mereka rela mendaratkan pesawat (yang tentu saja berkonsekuensi pada biaya yang cukup besar) demi keselamatan penumpang.
Satu jam lebih kemudian kami meninggalkan bandara Chennai menuju Jakarta. Waktu tempuh adalah 4 jam. Oleh karenanya saat tiba di bandara Soekarno-Hatta, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam WIB. Benar-benar perjalanan yang cukup melelahkan....

Tangsel, Senin, 11 Juni 2012

No comments: