Sunday, June 03, 2012

Akhirnya menginjakkan kaki di negeri penjajah....

Badan terasa pegal luar biasa. Dan rasa kecewa pun sempat menghampiri saat rombongan (20 orang) turun dari bus yang membawa kami dari bandara Schipol Amsterdam menuju Maastricht, sebuah kota kecil di sebelah tenggara negeri kincir angin. Aku tak mengira kalau kami di tempatkan di sebuah hotel (Apart Hotel Randwyck) yang jauh dari keramaian. Namun kegundahan tersebut seketika sirna saat rekan-rekan ku lainnya mengingatkan bahwa kehadiran kami di kota ini memang bukan untuk vakansi melainkan untuk menimba ilmu. Hehehehehe......aku pun tersipu malu... Yup, kami datang ke sini memang untuk menimba ilmu, bukan untuk berlibur!!

Waktu tempuh bandara Schipol menuju Maastrich lebih dari 2 jam. Jalan yang dilalui seluruhnya adalah highway...! Sebelumnya kami harus menempuh penerbangan selama 16 jam dengan Emirates dari Jakarta. Sempat transit di Dubai selama 3 jam. Itu berarti total perjalanan yang perlu kami tempuh untuk menuju kota kecil nan asri ini adalah 21 jam!!! What a very long journey...

Meski lelah, semangat kami untuk langsung keliling kota kecil ini begitu besar. Kami penasaran dengan isi kota ini. Maka, setelah check in, mandi, dan mengganti pakaian, aku pun bergegas menuju lobi hotel untuk bergabung bersama rekan lain.
Beberapa orang bersemangat untuk tour kecil menuju pusat kota. Beberapa kawan lainnya lebih memilik istirahat untuk memulihkan tenaga akibat perjalanan yang sangat jauh tersebut.
Aku dan teman sekamarku, Sandri, dengan sigap memotret semua view yang menarik untuk diabadikan.
Sore itu, dengan menumpang bus umum bertarif 2 euro per orang kami pun menuju pusat kota. Jarum jam di tangan mengarah pada angka 6. Meski telah sore menurut jam Indonesia namun langit di Maastricht masih terang benderang. Ya, bulan Juni ini, malam di eropa memang sedang pendek. Langit gelap datang pukul 10 malam, dan fajar pagi telah terbit kembali pukul 5 pagi.
Sore itu kami menghabiskan waktu untuk makan malam di sebuah restoran pinggir jalan di pusat kota: Lezzet Gril, sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Turki.


2 comments:

Lucca Yoga said...

Waaa another amazing journey ya Pak :D

Lucca Yoga

Kuwat Slamet said...

hehehehe makasih mas....