Wednesday, April 06, 2011

Iwan Ketan, dalam kenangan

Perasaan kehilangan sesuatu mulai terasa kembali seiring kepergian kami sekeluarga meninggalkan kota Pekalongan. Kota ini menjadi tempat pembaringan terakhir bagi adikku tercinta, agus setiawan alias iwan ketan.
Pagi tadi sekitar jam 10 ia telah kami kebumikan. Gema tahlil dan takhmid serta doa-doa mengiringi acara pemakaman tersebut. Ini adalah kali kedua aku menghadiri pemakaman keluargaku. Acara pemakaman pertama adalah sewaktu kami harus mengebumikan ayahanda kami di tahun 2006 lalu di desa kelahirannya di magetan.
Untuk kesekian kalinya kucoba untuk tidak meneteskan air mata saat peti jenazah adikku masuk ke dalam liang kubur. Dalam hati aku pun berdoa, semoga ia mendapatkan tempat yang layak di sisi Nya, dilapangkan dan diterangi kuburnya. Selamat tinggal adikku. Istirahatlah dengan tenang. Suatu ketika, kami toh juga akan menyusulmu.
Saat bus yang kami carter dari Jakarta meninggalkan kota Pekalongan, kenangan masa lalu tentang adikku kembali menguak pikiranku. Tak kusangka ia tidak genap 28 tahun menghirup pekatnya kehidupan dunia ini. Ia mendahului ke lima kakaknya untuk menghadap sang Khalik.
Bayangan akan wajah cerah saat kami mandikan kemarin di Jakarta masih terbayang di benakku. Senyuman khas sang iwan ketan nampak jelas di wajahnya. Raut wajahnya pun menunjukkan sebuah kebahagiaan. Mungkin itu pertanda ia bahagia dapat menghadap sang Maha Pencipta.
Wajahnya memang tidak mulus, khususnya pada bagian kepala sebelah kanan atas. Ada beberapa goresan bekas luka di sana. Namun keceriaan raut wajah tetap nampak jelas terlihat. Dengan lembut aku dan beberapa saudaraku serta pemandi jenazah memandikan tubuh yang telah dingin namun belum kaku itu. Setiap kali ku usap bagian tubuhnya, pikiranku melayang ke masa-masa saat ia kecil dulu.
Karena tak ingin melepaskan kesempatan yang semakin singkat untuk melihat adikku ini, maka sesering mungkin kutatap wajahnya sambil tangan ku tetap mengusap dan menyabuninya.
Terakhir kali kumelihatnya adalah saat ia memberi materi pengenalan tentang hypnosis di kantorku di pusdiklat pajak, slipi.
Di sana ia mengenalkan hypnosis kepada para pegawai yang diselingi dengan beberapa permainan trik sulap. Aku ingat, ada sebuah permainan yang membutuhkan konsentrasi tinggi yang hampir gagal. Saat permainan itu selesai, langsung kutanyakan kenapa itu terjadi. Ia hanya mengatakan bahwa saat memulai permainan tersebut ia sempat blank. Penyebab utamanya, penutup mata yang ia gunakan terikat terlalu ketat. Akibatnya ia sempat pusing dan kehilangan konsentrasi.
Aku pun berpesan agar hal seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Ia hanya menjawab singkat "iya mas" sambil menyeringai khas.
Itulah saat terakhir kami saling bertemu. Karena kesibukan kami masing-masing, kami memang jarang bertemu. Oleh karena itulah, saat kakak ku menyampaikan kabar kecelakaan yang menimpa adikku ini, aku begitu shock. Semakin shock, saat mengetahui kondisi luka-luka yang dideritanya. Penjelasan dokter jaga dan dokter ahli syaraf atas hasil ct-scan seolah membuat denyut jantungku berhenti. Saat itu, di ruang UGD, aku benar-benar tak kuasa melihat kondisi pasca-kecelakaan tersebut. Sulit bagiku untuk mempercayai bahwa tubuh yang terbaring di atas dipan di ruang UGD itu adalah adikku. Saat itu, aku hanya bisa berpasrah diri seolah ia telah tiada. Dan Allah pun mengambil yang menjadi miliknya tidak sampai 24 jam kemudian.
Selamat jalan adikku sayang. Kenangan bersamamu baik pahit dan suka tak akan pernah aku lupakan. Engkau memang pernah membuat aku kecewa pada dirimu namun engkau pun banyak menginspirasi semangat diriku.
Perjuanganmu yang berat pada setiap titian usahamu untuk menghidupi keluargamu sungguh tak tertandingi. Engkau tidak pernah mengeluh meskipun sedang terhimpit perihnya kehidupan. Engkau senantiasa senyum di setiap kesempatan dan di mana pun kau berada.
Selamat jalan adikku sayang. Engkau takkan pernah kami lupakan hingga akhir hayat kami kelak, sebagaimana kami tak bisa melupakan ayahanda. Engkau adalah yang terbaik di keluarga ini. Kami, kakak-kakakmu, sulit menandingi kepandaianmu dan semangat ibadahmu. Perbuatan baikmu pada orang lain sering kaulakukan tanpa pamrih. Semoga engkau benar-benar mendapatkan yang terbaik di alam sana. Selamat tinggal....selamat tinggal....selamat tinggal wahai adikku tersayang.... Kami sungguh mencintaimu...!
Di atas bus menuju Jakarta, rabu, 6-4-11, pkl. 15.20
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

1 comment:

Yudhi Nugraha said...

Turut berduka Pak, Semoga Beliau diterima di sisi-Nya....

*berkaca2 bacanya